Misalnya saja ketika tiba saatnya untuk merayakan hari raya Iedul Fitri bagi umat Muslim, hari raya Natal bagi umat Kristiani, atau juga hari Nyepi bagi umat Hindu, Waisak bagi para penganut agama Budha, dan hari raya Imlek bagi penganut Konfusius, selalu ditandai dengan rasa bahagia, paling tidak dapat berkumpul bersama keluarga, dan untuk sejenak melupakan rutinitas sehari-hari.
Namun bagi saya ketika itu, beberapa tahun, bisa jadi dalam hitungan belasan tahun, tidak pernah mengenyam yang dinamakan hari libur, dan bisa menikmati quality time untuk berkumpul bersama keluarga.
Sebagai pekerja media, seringkali mendapat tugas yang diberikan pimpinan redaksi untuk meliput kegiatan para pejabat di saat hari-hari besar, yang notabene merupakan hari libur bagi orang kebanyakan.
Terkadang ada rasa iri, sesal, jengkel, yang bercampur-aduk dalam dada saat mendapat perintah untuk bekerja di hari besar. Namun apa boleh buat. Akhirnya harus dilaksanakan juga.Â
Untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan hati nurani, boleh jadi begitu susahnya. Mencoba untuk membangkang, sudah pasti menjadi malapetaka. Asap dapur tak lagi mengepul, seluruh keluarga juga yang akan menanggung akibatnya.
Terlebih lagi, pekerjaan itu juga yang sejak lama menjadi tujuan utama hidup ini. Bagi saya, tentunya. Dunia tulis-menulis, dan mencari tantangan baru adalah obsesi sejak dini. Sehingga selain profesi, sudah pasti juga merupakan hobi.
Jadi kesimpulannya, pekerjaan itu selalu dijalani dengan sukacita. Apa lagi di saat mengikuti kegiatan para pejabat, selain banyak bertemu dengan banyak kolega maupun bawahannya, saya pun jadi semakin mengetahui gaya hidup para pejabat yang sedang berkuasa, dan yang sesungguhnya.
Begitu juga dengan sambutan mereka khususnya kepada saya. Terkadang saya sendiri merasa bangga dengan pekerjaan yang sedang saya lakukan. Mereka, para pejabat itu, begitu memberikan perhatian khusus juga kepada saya. Meskipun sesungguhnya saya tetap berusaha untuk menjaga jarak.
Quality Time Itu Begitu Mahal Ternyata
Risiko yang harus ditanggung ketika bekerja di hari libur, adalah keluhan, hingga omelan dari anak-anak dan istri - tentunya, yang pastinya harus diterima dengan lapang dada. Juga menjelaskan konsekuensi seorang suami dan ayah yang bekerja di media.
Tapi kemudian anak dan istri pun akhirnya menyadari juga. Semua yang dilakukan adalah demi kepentingan keluarga juga.