Selain seperti orang yang linglung, tas tempat menyimpan uang pun tampaknya tidak terlihat jangankan diselempangkan di pundaknya seperti biasanya, ditengtengan tangannya pun sama sekali tidak tampak terlihat.Â
Jangan-jangan anak itu telah menjadi korban perampokan, pikir tetangga saya. Terlebih lagi dengan melihat penampilannya selain seperti orang linglung, tidak berkata barang sepatah kata pun, tampak tubuh dan pakaiannya kusut pula, dan seperti orang yang habis terkuras tenaganya.
Oleh karena itu, segera tetangga saya menyuruh salah seorang anak-buahnya untuk memberi minum kepada anak-buahnya yang baru datang itu.
Sejurus kemudian, setelah minum segelas air, tiba-tiba anak itu meraung-raung, menangis seperti bocah yang ditinggal mati oleh orang tuanya.
Tentu saja semua orang jadi kebingungan melihatnya. Sehingga sebagai seorang majikannya, tetangga saya berusaha untuk menenangkannya sambil bertanya-tanya, apa gerangan yang telah terjadi.
Satu jam kemudian barulah anak itu menjadi tenang, dan dengan terbata-bata dia pun menceritakan apa yang terjadi selama menghilang selama satu malam itu.
Menurut pengakuan anak itu, waktu menagih hutang kepada salah seorang langganannya, bukannya diberi uang angsuran, tapi dipaksa untuk menemaninya tidur.
Bukan hanya menemani tidur saja, ternyata anak itu pun dipaksa, katanya, untuk melakukan hubungan sebagaimana halnya sepasang suami-istri.Â
Menurut pengakuan anak itu, meskipun dirinya sudah menolaknya dengan berbagai cara, tetap saja dipaksa untuk menemaninya. Malahan dipaksa secara kasar oleh perempuan itu. Kedua tangan dan kakinya sampai  diikat tak berdaya.
Apa boleh buat. Sepanjang malam keperjakaan anak itu diperas hingga tandas. Lalu keesokan harinya, anak itu disuruh pulang, uang dan tasnya pun dirampasnya. Begitu juga utangnya pun dianggap lunas.Â
Ketika anak itu meminta uang dan tasnya untuk dikembalikan, perempuan itu malah mengancamnya akan berteriak kalau dirinya sudah diperkosa oleh anak itu.