"Ya, sama tiga adikya si Santi saja, Pak. Menangnya kenapa, Pak?" Teh Euis balik bertanya sambil merapikan rambutnya.
"Yang benar, tadi saya lihat ada lelaki dewasa. Siapa dia?" pak RW mencoba langsung menjebaknya.
Teh Euis tampak gelagapan. Wajahnya memucat. Tapi, "Tidak ada, Pak. Tidak ada siapa-siapa selain adiknya si Santi yang kelas enam SD," katanya berkilah.
"Jangan bohong kamu. Mata saya belum kena katarak kok. Masih normal.. Kepala keamanan pun melihatnya juga. Iya 'kan Ri?" ketua RW kepada kepala keamanan seolah minta dukungan.
Kepala keamanan kampung pun langsung ikut nimbrung.
"Kamu jangan coba-coba bohong. Saya juga tadi melihat dengan mata sendiri. Kamu sedang berduaan di kamar sama si Opik!"
"Sumpah, Pak. Tidak ada si Opik sejak tadi juga. Lagi pula kalau ada juga tidak pernah menginap. Paling kalau ke sini juga hanya sebentar," kelitnya.
"Boleh saya periksa?" tanya kepala keamanan seperti sudah tak sabar lagi.
"Silahkan saja," Teh Euis seperti menantang.
Ketua RW pun sepertinya setuju.Â
Lalu Ketua RW, kepala keamanan, dan ketua pemuda masuk ke ruang tengah. diikuti Teh Euis sebagai tuan rumah.Â