Tujuannya tiada lain untuk mengadakan penggerebekan. Â Karena masalah semacam itu, agar ada kepastian harus dapat tertangkap basah .
Pak RW dengan diiringi anak buahnya dan para pemuda langsung menuju tekape, iya tempat kejadian perkara. Dan setibanya di lokasi langsung memberi perintah, agar rumah yang menjadi sasaran dikepung dari segala penjuru. Sementara Pak RW Â senduri, diiringi oleh kepala keamanan dan ktua pemuda, menggedor pintu depan seraya mengucap salam.
Tapi untuk sesaat, jangankan ada yang membukakan pintu, orang yang membalas salam pun tak terdengar dari dalam.
Baru setelah selang beberapa saat, terdengar ada langkah kaki yang tergesa menuju ke arah pintu. Â Tak lama pintu pun terbuka. Kepala Teh Euis melongok dari dalam dengan wajah yang tampak cemas dan rambutnya yang berantakan
"Eh, Pak RW, saya kira siapa. Ada apa, pak, malam-malam?" kata Teh Euis dengan suara bergetar.
"Ada perlu sama kamu, boleh saya masuk?" tanya pak RW seraya menata tajam.
"Mari, silahkan masuk," kata Teh Euis sedikit tergopoh, sambil membuka daun pintu lebih lebar lagi.
Setelah duduk berhadap-hadapan, pak RW langsung menuju pada pokok permasalahan.
"Suamimu ada?"Â
"Baru saja sebulan lalu pulang, Pak. Ya sekarang mah masih di kota. Sebulan kemudian baru pulang kembali, seperti biasanya."
"Lalu sekarang kamu di rumah sama siapa saja?"