Beberapa waktu lalu, ramai diberitakan, di suatu wilayah (Hanya saja lupa lagi tepatnya lokasi itu) di kota Jakarta warganya dihebohkan dengan ditemukannya sarang lebah pada sebuah pohon di sekitar komplek perumahan.
Karena dikhawatirkan akan menjadi ancaman yang membahayakan, maka penduduk sekitarpun sampai meminta bantuan petugas pemadam kebakaran untuk memusnahkankannya.
Selain menghasilkan madu yang baik untuk kesehatan, sengatan seekor lebah pun begitu menyakitkan memang. Bahkan bila sekawanan lebah yang jumlahnya sampai ribuan banyaknya menyerang seseorang, tak jarang juga bisa sampai dijemput kematian.
Terlebih lagi dengan lebah hutan yang paling ganas saat menyerang. Orang yang tidak berdosa pun, maksudnya tidak mengganggu lebah hutan itu, tapi kebetulan sedang berada di dekat lebah hutan yang sedang kalap karena sebelumnya mendapat gangguan, maka tak pelak lagi akan menjadi sasaran.
Sebagaimana yang penulis alami sendiri beberapa bulan lalu.
Hampir saban ahir pekan penulis memiliki kebiasaan pergi ke gunung. Menyusuri jalan setapak dengan sepeda motor trail, alias penggaruk tanah. Selain menikmati alam yang masih perawan, sekalian juga menguji adrenalin, juga agar tubuh tetap sehat dan bugar.
Hanya saja sekali waktu nasib sial pun datang menjelang. Saat menyusuri jalan setapak yang menanjak terjal, dan di kiri-kanannya dipenuhi semak belukar, tiba-tiba saja sekawanan lebah hutan mengerubungi tubuh, serta bertubi-tubi sengatnya menusuk kulit.
Awal mula kejadian itu, saya mendengar suara jeritan burung elang di angkasa. Dan ketika sesaat saya menengadah, tampak seekota elang sedang terbang berputar sambil mengibas-ibaskan sayapnya. Dari sayapnya itu berjatuhan noktah yang begitu banyaknya, tapi kemudian berterbangan tak tentu arahnya.
Saya mencoba untuk menghindar. Dalam suasana sedikit panik, handel gas pun di tarik sedalam-dalamnya. Tapi karena medan yang menanjak, ditambah lagi tanahnya becek berlumpur karena semalam habis diguyur hujan, jangankan jauh melesat, yang terjadi ban belakangnya malah selip berputar di tempat.
Sementara lebah hutan semakin ganas menusukkan sengatnya hampir di sekujur tubuh. Kecuali kepala yang tertutup helm, dan kaki sebatas dengkul ke bawah yang terbungkus sepatu dirasa masih aman. Tapi badan bagian atas yang dibungkus jersey, dan celana jean yang termasuk lumayan tebal, nyatanya masih bisa ditembus oleh sengatan.
Sakitnya bukan alang-kepalang saya rasakan.
Sehingga agar tidak menderita sakit lebih lama lagi, saya pun meloncat dari sepeda motor, dan membiarkan tunggangan yang selalu setia itu jatuh tergeletak begitu saja. kemudian lari menjauh dengan sekuat tenaga yang masih tersisa.
Tapi kawanan lebah itu masih tetap mengikuti saya. Dan seakan tak hentinya menancapkan sengatnya ke seluruh tubuh. Sungguh, saya merasa sedikit frustasi juga dibuatnya. Terlebih lagi saat itu tak seorang pun saya temui untuk dimintai pertolongan. Selain karena memang saya melakukan perjalanansorangan wae, alias sendirian saja, juga yang namanya di tengah hutan yang perawan sudah tentu bakal kesulitan untuk bertemu dengan sesama manusia.
Untunglah di tengah menderita rasa sakit yang tak tertahankan, nalar saya masih mampu berjalan. Biasanya untuk mengusir binatang sejenis itu adalah dengan memberi kepulan asap yang lumayan tebal.
Maka sambil merasakan sakitnya sengatan, saya pun berusaha mengumpulkan ranting kayu yang sudah kering, dan yang memang banyak berserakan di sekitar. Setelah dirasa cukup banyak, lalu dibakar dengan korek api yang memang tak pernah ketinggalan.
Apipun menyala, dan mengeluarkan asap lumayan tebal. Kemudian saya pun mendekatkan diri, bahkan seperti hendak memeluk api unggun kecil itu, sehingga lambat-laun kawanan lebah hutan itu pun menjauh berterbangan. Demikian juga rasa dingin karena merasakan sakitnya sengatan, sedikit reda karena hangatnya selimut asap pembakaran.
Setelah tak tampak ada lagi lebah di sekitar, saya pun beringsut ke arah seperda motor yang tergeletak begitu saja. kemudian diangkat, dan diputar balik menuju arah pulang.
Selama dalam perjalanan pulang yang jaraknya dari lokasi ke rumah sekitar enam kilometer, dan ditempuh dalam waktu sekitar setengah jam, seperti orang yang sedang mabuk saja saya rasakan. Kepala terasa pusing, perut mual-mual, sedangkan sisa sengatan di sekujur tubuh sakitnya sudah tak bisa dikatakan lagi.
Begitu tiba di rumah, sepeda motor saya parkir di halaman, kemudian langsung masuk ke rumah, dan melucuti seluruh benda yang menempel di badan. Ternyata begitu jersey dibuka, entah berapa banyak bangkai lebah yang berjatuhan di lantai. Sedangkan rasa mual yang dibarengi tubuh yang menggigil seperti kedinginan semakin menjadi-jadi.
Maka dengan diantar istri dan anak yang jadi sopirnya, saya diantar menggunakan mobil ke tempat praktek dokter pribadi.
Setelah mendapat perawatan, dan sengat lebah hutan yang masih tertancap di tubuh dicabuti dokter bersama asistennya, rada tersanjung juga ketika dokter bilang, “Bapak termasuk kuat juga. Padahal tak jarang orang yang disengat lebah hutan sampai meninggal.”
Meskipun demikian, nyatanya tetap saja selama tiga hari tiga malam saya masih merasakan betapa sakitnya sisa sengatan lebah hutan itu.
Oleh karena itu, bagi siapa saja yang punya hobi mendaki gunung, atawa berkelana ke dalam hutan, agar terhindar dari musibah, atawa boleh juga disebut nasib sial sebagaimana yang pernah saya alami, yakni mendapat serangan lebah hutan, saya kembali mengingatkan.
Apabila melihat seekor burung elang yang terbang berputar sambil mengepakan sayapnya, kemudian terlihat banyak noktah berjatuhan dan kemudian berterbangan, sudah dapat dipastikan burung elang itu baru saja mengganggu sarang lebah hutan.
Maka sebaiknya segera saja pergi jauh untuk menghindar, atawa kalau sudah keburu diserang, meskipun memang begitu sakit terasa sengatannya, jangan panik dan menyerah begitu saja. Sebaiknya mengumpulkan ranting-ranting kayu yang sudah kering agar mudah dibakar. Lalu buatlah api unggun. Agar mengeluarkan asap tebal, di atas ranting yang sudah terbakar itu diberi lagi ranting kayu dengan dedaunannya yang masih hijau.
Selain itu sebaiknya jangan pergi ke hutan sorangan wae, alias sendirian. Selain demi keamanan, juga bila terjadi kecelakaan akan mudah untuk mendapat pertolongan. Jangan lupa juga membawa sedikit perbekalan, paling tidak berupa air minum dan obat-obatan yang diperlukan, semisal obat luka dan pembalutnya, obat untuk penawar sengatan lebah dan sejenisnya.
Pokoknya jangan pernah lengah, dan harus tetap waspada. ***
*Sumber ilustrasi: di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H