Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Pendaki Gunung dan Penjelajah Hutan, Hati-hati Serangan Lebah Hutan

24 Maret 2017   09:48 Diperbarui: 25 Maret 2017   06:00 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iluatrasi orang yang diserang lebah hutan*

Sehingga agar tidak menderita sakit lebih lama lagi, saya pun meloncat dari sepeda motor, dan membiarkan  tunggangan yang selalu setia itu jatuh tergeletak begitu saja. kemudian lari menjauh dengan sekuat tenaga yang masih tersisa.

Tapi kawanan lebah itu masih tetap mengikuti saya. Dan seakan tak hentinya menancapkan sengatnya ke seluruh tubuh. Sungguh, saya merasa sedikit frustasi juga dibuatnya. Terlebih lagi saat itu tak seorang pun saya temui untuk dimintai pertolongan.  Selain karena memang saya melakukan perjalanansorangan wae, alias sendirian saja, juga yang namanya di tengah hutan yang perawan sudah tentu bakal kesulitan untuk bertemu dengan sesama manusia.

Untunglah di tengah menderita rasa sakit yang tak tertahankan, nalar saya masih mampu berjalan. Biasanya untuk mengusir binatang sejenis itu adalah dengan memberi kepulan asap yang lumayan tebal.

Maka sambil merasakan sakitnya sengatan, saya pun berusaha mengumpulkan ranting kayu yang sudah kering, dan yang memang banyak berserakan di sekitar. Setelah dirasa cukup banyak, lalu dibakar dengan korek api yang memang tak pernah ketinggalan.

Apipun menyala, dan mengeluarkan asap lumayan tebal. Kemudian saya pun mendekatkan diri, bahkan seperti hendak memeluk api unggun kecil itu, sehingga lambat-laun kawanan lebah hutan itu pun menjauh berterbangan.  Demikian juga rasa dingin karena merasakan sakitnya sengatan, sedikit reda karena hangatnya selimut asap pembakaran.

Setelah tak tampak ada lagi lebah di sekitar, saya pun beringsut ke arah seperda motor yang tergeletak begitu saja. kemudian diangkat, dan diputar balik menuju arah pulang.

Selama dalam perjalanan pulang yang jaraknya dari lokasi ke rumah sekitar enam kilometer, dan ditempuh dalam waktu sekitar setengah jam, seperti orang yang sedang mabuk saja saya rasakan. Kepala terasa pusing, perut mual-mual, sedangkan sisa sengatan di sekujur tubuh sakitnya  sudah tak bisa dikatakan lagi.

Begitu tiba di rumah, sepeda motor saya parkir di halaman, kemudian langsung masuk ke rumah, dan melucuti seluruh benda yang menempel di badan. Ternyata begitu jersey dibuka, entah berapa banyak bangkai lebah yang berjatuhan di lantai. Sedangkan rasa mual yang dibarengi tubuh yang menggigil seperti kedinginan semakin menjadi-jadi.

Maka dengan diantar istri dan anak yang jadi sopirnya, saya diantar menggunakan mobil ke tempat praktek dokter pribadi.

Setelah mendapat perawatan, dan sengat lebah hutan yang masih tertancap di tubuh dicabuti dokter bersama asistennya, rada tersanjung juga ketika dokter bilang, “Bapak termasuk kuat juga. Padahal tak jarang orang yang disengat lebah hutan sampai meninggal.”

Meskipun demikian, nyatanya tetap saja selama tiga hari tiga malam saya masih merasakan betapa sakitnya sisa sengatan lebah hutan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun