Mohon tunggu...
Adidan Ari
Adidan Ari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hanya seorang mahasiswa yang masih harus belajar banyak hal

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Review Novel The Poppy War, Sebuah Buku Fiksi Anti Mainstream

17 Februari 2024   16:50 Diperbarui: 19 Februari 2024   09:53 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://id.pinterest.com/pin/734368283015160305/

Ingin membaca buku fantasi yang penuh dengan politik dan peperangan? Kekuatan supernatural yang di luar nalar? Juga tentang persahabatan dan pengkhianatan? Mungkin buku The Poppy War ini bisa jadi pilihan.

Apa itu The Poppy War?

The Poppy War atau Perang Opium adalah novel debut yang ditulis oleh Rebecca F. Kuang, seorang penulis asal Cina yang menetap di Amerika. Kisah yang diceritakan dalam buku The Poppy War ini merupakan kisah fiksi diambil dari dunia nyata. Yaitu Perang Opium yang pernah terjadi antara Ingris melawan Tiongkok pada abad ke-19.

Buku ini adalah novel pertama dari trilogi The Poppy War. Novel ini dirilis pada bulan Mei 2018. Untuk novel keduanya terbit pada Agustus 2019 dengan judul The Dragon Republic. Sedangkan sebagai penutup dan klimaks cerita, adalah novel berjudul The Burning God yang diterbitkan pada November 2020.

Lalu, apa yang membuat The Poppy War ini sebagai novel anti mainstream? Nah, simak penjelasannya di bawah.

Sinopsis Novel The Poppy War

Sebelum lanjut, saya akan lebih dulu memaparkan sinopsis dari buku The Poppy War karya Rebecca F. Kuang yang menjadi pemenang debut Fantasi 2018 lalu.

The Poppy War ini menceritakan tentang seorang gadis yatim piatu korban perang yang hidup di provinsi Ayam kekaisaran Nikan. Di sana, dia diasuh oleh sebuah keluarga bermarga Fang yang menjadi penjual Opium. Sedangkan pada masa itu sang Maharani melarang keras penjualan Opium di seluruh kekaisaran.

Karakter utama dalam novel ini bernama Fang Runin yang biasa dipanggil Rin, sebagai penjaga toko bisnis keluarganya. Ia selalu dipandang sebelah mata oleh kedua orang tua angkatnya, tak heran karena Rin diasuh dengan terpaksa. Rin tahu itu, dan dia tak punya pilihan.

Suatu ketika, keluarga Fang ingin menikahkan Rin kepada salah satu saudagar kaya di sana. Tentu saja Rin menolak. Saat itu, satu-satunya pilihan bagi Rin untuk dapat lolos dari perjodohan dan keluarga Fang adalah mengikuti ujian Keju agar bisa mendapat beasiswa di sekolah bergengsi bernama Akademi Sinegard.

Akan tetapi, untuk dapat masuk ke Akademi Sinegard, seseorang harus mendapat predikat lulus dengan nilai terbaik. Akhirnya bersama seorang tutor bernama Tutor Feyrik, Rin belajar siang malam tanpa henti bahkan sampai berhenti tidur. Setelah dua tahun menyiksa diri sendiri, akhirnya Rin berhasil melewati ujian neraka tersebut dengan namanya berada pada peringkat satu di seluruh provinsi.

Nah, itulah sinopsis dari novel The Poppy War, kisah pembuka dari trilogi The Poppy War.

Hal-Hal Menarik dari buku The Poppy War

Walau mengambil latar belakang kejadian nyata, yaitu Perang Opium pada abad ke-19, Rebecca F. Kuang tidak menggunakan nama-nama asli dari sejarah tersebut. Sebagai contoh, daratan Tiongkok di dalam novel ini bernama kekaisaran Nikan. Sedangkan pihak Inggris yang menjadi lawan dari Perang Opium, Kuang memberinya nama sebagai Hesperia. Lalu ada juga suatu tempat di sebelah timur Nikan, yaitu Federasi Mugen atau pulau busur panjang, yang di dunia nyata adalah negara Jepang.,

Hal menarik yang saya maksud di sini adalah pengembangan cerita yang sama sekali tidak terprediksi. Awal-awal saya baca, saya berpikir ini seperti novel kebanyakan, di mana sang protagonis utama, yaitu Fang Runin, melakukan perjalanan dari seorang pecundang menjadi sosok hebat. Eh, ternyata agak melenceng dari dugaan.

The Poppy War ini menceritakan tentang Rin yang berjuang demi negaranya, yaitu Nikan, dari gempuran Federasi Mugen yang menciptakan Perang Opium ketiga. Ia yang awalnya murid akademi, dipaksa turun ke pertempuran ketika tiba-tiba pihak Federasi Mugen menyerbu ke Sinegard. Saat itulah cerita ini mulai berkembang dengan amat luar biasa.

Kehidupan Rin di sekolah yang selalu dibully karena berasal dari provinsi ayam yang penduduknya berkulit gelap, berubah menjadi interaksi antar dewa-dewa dan rahasia tersembunyi dalam kekaisaran Nikan selama ini.

Salah satu master Sinegard, Jiang, menjelaskan bahwa dunia ini adalah mimpi para dewa. Untuk mencapai keberadaan para dewa, seseorang harus pergi ke suatu tempat bernama Panteon. Tempat itu dapat dicapai dengan teler. Ya, teler. Benar-benar teler, itu bukan salah ketik.

Inilah yang membuat menarik dari novel The Poppy War. Peperangan yang terjadi di awal-awal mungkin hanya perang biasa antara baja melawan baja. Namun ketika Rin dikirim ke sebuah organisasi bernama Cike, akhirnya ia tahu bahwa teman-temannya tak hanya bertempur mengandalkan senjata, tetapi juga para dewa.

Kuang menuliskan sebuah dunia fantasi yang tidak terprediksi. Masa lalu Rin yang ternyata tidak sesederhana itu, teman-teman yang memiliki berbagai macam sifat, juga kekuatan dahsyat yang selama ini bersemayam dalam diri Fang Runin. Dikemas menjadi sebuah kisah epik petualangan dan peperangan.

Dunia politik yang dipenuhi kelicikan, kepalsuan dan pengkhianatan, sangat terasa dalam novel The Poppy War ini. Juga perjuangan Fang Runin dalam mencari kekuatan demi negaranya, benar-benar mengaduk emosi pembaca. Kegagalan demi kegagalan, sebuah perjalanan panjang yang penuh lika-liku, hingga akhirnya Rin berhasil memanggil sang dewa amarah, Phoenix, turun ke dunia untuk menghancurkan musuh-musuhnya, selama itu pembaca akan dibuat marah, kesal dan terharu.

Kelebihan

Menurut pendapat saya, kelebihan novel ini terletak pada unsur fantasinya. Dengan melibatkan dewa-dewa di panteon dalam memberi kekuatan kepada manusia, tetapi juga bayaran yang tidak murah, akan membuat pembaca berdebar-debar.

Juga unsur politik yang membuat Nikan terpecah belah dan tak pernah damai, disampaikan dengan amat detail.

Di halaman awal, terdapat peta kekaisaran Nikan yang bisa memudahkan pembaca untuk mengikuti latar tempat di setiap bab.


Kekurangan

Kekurangan paling mencolok yaitu alur cerita yang cukup berat. Apalagi tentang dunia politik yang membingungkan, mungkin dapat membuat beberapa pembaca kebingungan.

Lalu tentang hubungan antara para dewa dan dunia manusia, jujur sampai sekarang saya masih tidak terlalu paham soal itu.

Alur yang menurut saya cukup lambat saat Rin masih bersekolah di Akademi Sinegard, hal ini tentu bisa menimbulkan rasa bosan. Walau sebenarnya tidak selambat itu, tetapi ketika Rin masih bersekolah di Sinegard, unsur-unsur fantasinya belum begitu terasa.

Kesimpulan

Yah, terlepas dari kelebihan dan kekurangan, novel The Poppy War ini sangat cocok untuk dibaca pada waktu senggang. Walau saya pribadi harus mikir keras agar cerita bisa dipahami dengan sempurna. Intinya, bagi anda yang mungkin tertarik dengan novel ini tapi masih ragu-ragu untuk membeli, semoga artikel saya kali ini bisa sedikit membantu untuk bahan pertimbangan.

Novel ini bagus, sebagai pecinta fantasi, saya tidak menyesal telah membelinya.

Sekian, terima kasih ....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun