"Besok, di mana pun Anda berada, lakukan perubahan kecil di kelas Anda."
-Nadiem Makarim-
Jargon "Merdeka Belajar" sangat tepat diusung oleh Kemendikbudristek di Kurikulum Merdeka. Memberi keluasan dan keleluasaan satuan pendidikan dan guru mengembangkan kompetensi siswa sesuai potensinya yang beragam.
Lantas, kalau ada yang bertanya, "Apa program yang paling menarik di Merdeka Belajar?". Jawabannya "Pembelajaran Berdiferensiasi". Salah satu kunci penting di Semarak Merdeka Belajar.
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan dasar yang dibutuhkan untuk mengubah mindset pembelajaran sesuai dinamika zaman. Mindset yang seharusnya sudah menggeser dan menghilangkan model kelas dan strategi konvensional.
Implementasi pembelajaran berdiferensiasi diharapkan menggeser kelas yang minim pajangan hasil belajar siswa, kelas yang belum banyak memanfaatkan teknologi untuk memfasilitasi keaktifan dan kreatifitas siswa, kelas dengan penataan tempat duduk masih "model bus" dan sederet minus lainnya. Kondisi yang masih mewakili proses pembelajaran berkiblat buku teks pelajaran dan teacher centered, bukan mengembangkan kompetensi siswa secara holistik.
Menata Ruang Kelas yang Memfasilitasi Kebutuhan Belajar
Dalam buku "Kelas Surga, Kelasnya Para Juara" (Suyitno, 2015) ditegaskan bahwa lingkungan belajar yang kondusif akan berpengaruh terhadap suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan.
Kelas yang terdapat sudut baca, penuh pajangan hasil belajar siswa, hiasan-hiasan edukatif, terdapat fasilitas multimedia akan sangat berbeda nuansanya dengan kelas yang kusam, tanpa atau minim pajangan hasil belajar siswa.
Demikian juga kecukupan ventilasi, kebersihan, penataan tempat duduk yang memfasilitasi kolaborasi dan diskusi akan berbeda suasananya dengan kelas yang kumuh, kurang pencahayaan dan tempat duduk masih model bus.
Fasilitas ruang belajar yang atraktif dengan sudut baca, banyak pajangan hasil karya siswa, tempat duduk memfasilitasi kerja kelompok dan diskusi, fasilitas multimedia untuk efektivitas presentasi, akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan. Lingkungan yang dibutuhkan dalam mendukung Merdeka Belajar.
Environmental Learning Menjawab Merdeka BelajarÂ
Strategi belajar environmental learning (pendekatan lingkungan) menjadi salah satu cara mengembangkan potensi dan minat belajar peserta didik yang beragam.
Environmental learning menjadi bagian dari landasan implementasi pembelajaran berdiferensiasi. Baik diferensiasi konten, proses, dan produk.
Kelebihan environmental learning (Hamzah, 2012) salah satunya mengarahkan peserta didik ke dunia konkret, sehingga peserta didik tidak menghayalkan materi. Siswa mendapatkan pengetahuan dan pemahaman dengan cara mengamati lingkungan sekitar dan berkolaborasi dalam kelompok.
Guru sebagai pendesain, fasilitator, dan evaluator pembelajaran sebatas menghubungkan materi dengan lingkungan nyata di sekitar siswa. Sebagai subyek belajar, siswalah yang menentukan konten, proses, dan produk belajar.
Capaian Pembelajaran (CP) di Tema (pada Kurikulum Merdeka) ditetapkan oleh pemerintah sebagai acuan pengembangan kompetensi siswa. Selanjutnya CP disusun satuan pendidikan/guru dalam Tujuan Pembelajaran (TP) sedapat mungkin disesuaikan dengan lingkungan. Sehingga pembelajaran lebih bermakna dan nyata adanya.
Penerapan environmental learning yang selaras dengan pembelajaran berdiferensiasi contohnya pada Pelajaran IPS Kelas VII, Tema "Potensi Ekonomi Lingkungan".
Guru memfasilitasi pembelajaran dengan mengangkat Sub Tema "Aktivitas Kewirausahaan di Masyarakat Sukapura".
Tujuan Pembelajaran (yang dirancang oleh guru) pada Sub Tema "Kewirausahaan di Masyarakat Sukapura" di antaranya: (1) mengidentifikasi aktivitas kewirausahaan dalam bentuk produk dan jasa di masyarakat; (2) menganalisis tantangan dan peluang kewirausahaan di masyarakat; dan (3) menemukan solusi atau ide kreatif terhadap tantangan kewirausahaan di masyarakat.
Langkah-langkah proses pembelajaran berdiferensiasi saat murid melakukan environmental learning sebagai berikut:
Pertama, guru menjelaskan dan tanya jawab interaktif konsep kewirausahaan serta mengaitkannya dengan lingkungan sekitar Sukapura.
Proses ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas multimedia di kelas lewat google streetview atau media lainnya.
Kedua, murid membentuk kelompok dan menentukan konten.
Murid dibebaskan mencari teman dalam satu kelompok yang terdiri 4-5 siswa. Selanjutnya setiap kelompok mendiskusikan konten bentuk kewirausahaan yang akan mereka angkat sebagai tugas proyek.
Murid dalam kelompok bebas menentukan bentuk kewirausahaan yang akan mereka angkat sebagai tugas proyek. Murid bebas menentukan obyek proyek apakah pedagang kaki lima, toko kelontong, jasa pariwisata, jasa transportasi dan atau lainnya.
Langkah pertama dan kedua ini dirancang dalam satu kali pertemuan (2 jam pelajaran).
Ketiga, murid dalam kelompok merancang dan melakukan analisis data di lingkungan sekitar.
Kelompok yang dibekali lembar observasi dan wawancara melakukan kegiatan proyek analisis data dan dokumentasi ke obyek belajar yang telah mereka tentukan.
Langkah ini menggambarkan diferensiasi proses. Sesuai potensi belajar siswa dalam kelompok.
Kelompok dibebaskan menentukan waktu dan teknik pengumpulan data. Cuma, tetap ada kesepakatan di pertemuan berikutnya hasil kerja kelompok untuk dipresentasikan.
Keempat, Presentasi Kelompok.
Hasil proyek dipresentasikan oleh tiap kelompok. Selanjutnya kelompok lain menanggapi, sehingga dapat dihasilkan pengetahuan seputar kewirausahaan yang holistik.
Presentasi bisa memanfaatkan multimedia di kelas. Rancangan dan teknik presentasi diserahkan sepenuhnya kepada siswa dalam kelompok. Peran guru sebatas fasilitator dan evaluator pada keterampilan proses.
Kegiatan presentasi ini dilakukan dalam dua kali pertemuan (@ 2 jam pelajaran misalnya) atau menyesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia dalam satu semester. Guru diberikan keleluasaan merencakan alokasi waktu pembelajaran sesuai keluasan materi ajar dan kalender pendidikan.
Kelima, Tagihan Produk.
Setelah presentasi dan refleksi terlaksana. Guru meminta kelompok mengumpulkan hasil tugas proyek. Bentuk tagihan produk diserahkan sepenuhnya ke murid dalam kelompoknya.
Murid di kelompoknya bebas menentukan bentuk produk apakah diproses dalam bentuk kliping, movablebook, atau bentuk lainnya yang bisa dipajang di kelas. Bisa juga dalam bentuk produk digital berupa infografis, buku digital dan lainnya.
Langkah ini merupakan bentuk diferensiasi produk. Tagihan tugas yang disesuaikan potensi siswa dalam keterampilan desain sedapat mungkin dioptimalkan. Peran guru sebagai evaluator dapat mengukur keterampilan siswa dalam kelompoknya.
Wasana Kata
Perubahan terus berproses dan bertahap termasuk penerapan Kurikulum Merdeka. Environmental learning dan pembelajaran berdiferensiasi adalah salah satu jiwa Merdeka Belajar.
Environmental learning mendekatkan murid dengan lingkungan sekitar sehingga pembelajaran adalah nyata dan bermakna. Siswa diajak untuk menghubungkan materi pelajaran dengan situasi nyata, memecahkan masalah, dan menerapkan pengetahuan mereka dalam konteks yang relevan.
Pembelajaran berdiferensiasi baik konten, proses, dan produk memfasilitasi kebutuhan belajar siswa yang beragam. Menumbuhkembangkan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sejalan dengan pembentukan Profil Pelajar Pancasila untuk menjawab tantangan zaman yang semakin kompleks.
****
Semoga Bermanfaat.
Referensi Bacaan:
Anggraena, Yogi. dkk., Â 2022. Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah. Jakarta: Kemendikbudristek.
Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad. 2012. Belajar dengan Pendekatan PAIKEM. Jakarta: Bumi Aksara.
Suyitno. 2015. Kelas Surga, Kelasnya Para Juara: Jurus Utama Menuju Sekolah Unggul. Yogyakarta: Q-Media.
Video:
Kompas.com. (17 Mei 2023). Bergerak Bersama Semarakkan Merdeka Belajar [Video].
https://www.youtube.com/watch?v=vV9OEnzOc74&t=1s
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H