Hari Sabtu adalah hari rutinitas membersihkan kandang sapi. Kegiatan wajib yang harus dilakukan Engkong, dibantu si Jijay.
Seluruh bagian kandang akan dibersihkan. Termasuk sudut-sudut tersulit debu dan kotoran bersarang maupun berkembang. Semua dilakukan Engkong dan Jijay demi menjaga kebersihan sapi jantan satu-satunya.
Di tangan Engkong, kualitas susu sapi jantan ini diakui pelanggan berlabel "limited editions". Tiada tanding dan tiada banding, karena memang satu-satunya di dunia nyata dan dunia maya, sapi jantan yang "bersusu".
Semua berawal dari kebiasaan Engkong yang piawai memeras susu sapi jantannya. Nah, dari teknik piawai Engkong inilah, sapi jantan tangguh ini mampu memproduksi susu berkualitas.
***
"Boleh istirahat, Kong?" Tanya Jijay. Sangat berharap.
"Boleh." Jawab Engkong, pendek dan jelas.
"Sebentar, Jay."
Jijay mengurungkan langkah ke luar kandang. Memutar badan setengah lingkaran. Pandangan tegap lurus di depan Engkong.
"Istirahat di tempat!"
Mendengar sekonyong-konyong perintah Engkong, Jijay cengengesan.
"Jayyy.... Jay. Baru kali ini kulihat engkau berlagak serdadu tempur."
"Siap, Komandan!"
"Cobak ulangi!"
Tangan Engkong mulai gerah dikerjain Jijay. Tomat di sebelah kanan mulai bergerilya di genggaman.
Jijay terdiam, mematung. Tak lagi berani cengengesan untuk mendua kali.
"Aku mau ke luar agak lama, Jay."
"Apanya yang keluar, Kong?"
Engkong mendelik. Reflek karena terbiasa, tomat di tangan Engkong melayang ke lutut Jijay. Tepat di tengah-tengah tulang kering.
Ganti Jijay mendelik. Menahan rasa ngilu. Sengilu-ngilunya.
"Ngerti Jay? Kalau aku ke luar rumah cukup lama?"
"Iyyaaa, Kong." Jawab Jijay meringis. Tak lagi cengengesan. Â
***
Dengan langkah tegap dan dada dibusungkan, Jijay melangkah ke Mabes (markas besar) warga Gang Sapi. Ke mana? Ya jelaslah, pos ronda!.
Bara surya menyengat. Menatap tajam rona kehidupan manusia-manusia di ujung pekan. Memaksa peluh menyeruak di antara ketiak-ketiak penghuni pos ronda.
"Jay! Mau ke mana tuh Engkong? Barusan lewat dan ngebut." Bertanya Iwur dengan penekanan cukup dalam.
"Yaaa, ke luar rumah."
"Ke luar rumah ke mana?"
"Gak tahu."
"Betulan gak tahu?" Timpal Inot berselonjor di sudut timur laut.
Jijay tidak menjawab. Diraihnya gelas persatuan. Dicuci air kran. Lantas, seperempat cangkir kopi hitam hangat mengaliri kerongkongannya cukup deras. Gluk, gluk, gluk, tandas!.
***
Belum sempat Jijay menjawab pertanyaan Iwur dan pertinyiin Inot, sepeda motor butut garang merapat ke pos ronda.
Wajah sangar menyembul dari helm retro bogo. Sorot mata tajam. Setajam silet berkarat.
"Permisi, Om. Boleh nanyak?"
Suara halus bin sopan meluncur lancar, tak secadas wajahnya.
"Boleh. Ada yang bisa kami bantu dan sampaikan?" Balik Haut menyahut, tak kalah mensopani.
"Eeee, betulkah ini Gang Sapi. Gang legendaris satu-satunya di Jakarta?"
"Betul."
"Eeee, rumah Engkong yang mana, ya?"
"Maaf, Om ini siapa?" Jijay tiba-tiba menimpali dengan tanya.
"Eeee, saya Jack, dari Curup."
"Oooo, Man of Tjoeroep? Engkong pernah cerita panjang kali lebar!"
"Eeee, iyyaaa. Ya, betul."
"Babang Jack, Engkong biasa menyapa. Betulkah?" Tanya Iwur menginvasi.
"Eeee, kok tahu?"
"Ya, tahulah. Engkong pernah diskusi empat malam tentang menolak mati ketawa."
"Bukan hanya itu! Engkong pernah membabar petani loteng nan sadis dari sosok Babang Jack, benarkah?" Ibud tak kalah agresif menggunting bincang-bincang khas pos ronda.
"Eeee, boleh saya duduk?"
***
Yaelahhh... Yaelah! Pasukan Gang Sapi baru sadar. Menyandera tamu nan jauh dari Bengkulu dengan pertanyaan dan pertinyiin tiada ujung pangkal menuju lorong kegelapan.
"Silahkan. Maaf, sampai lupa mendudukkan." Sambung Inot yang bergegas merubah posisi, bersila.
"Kopi, Babang."
Cekatan Jijay menyodorkan secangkir persatuan kopi hitam hangat melihat Babang Jack kepayahan dan sering mengawali percakapan dengan huruf vokal "e".
"Maaf. Saya tidak minum kopi."
Ibud, Haut, dan Iwur saling pandang.
"Jay. Minuman Engkong ada?" Tanya Inot ke Jijay.
"Eeee, sepertinya ada."
Mendengar awalan "e" Jijay, semua tertawa. Termasuk Babang Jack.
"Kasih dikitlah Babang Jack. Masak jauh-jauh dari Bengkulu nyari Engkong nggak dikasih suguhan istimewa!" Haut cepat menimpali.
Jijay bergegas ke rumah Engkong. Tak lama, kembali lagi dengan secangkir air berwarna putih susu.
Ya, ternyata susu beneran. Jijay segera memberikan ke Babang Jack.
"Silahkan diminum, Babang Jack. Semoga menghilangkan haus dan kembali menyegarkan badan."
"Terima kasih." Singkat Babang Jack menimpali dan segera meneguk habis susu pemberian Jijay. Gluk, gluk, gluk, tandas pula.
***
"Enak, Babang Jack?" Tanya Haut.
"Hmmm, mantep banget. Baru kali ini ada rasaaaa... mmmhhh... Delicious!" Ucap Babang Jack seakan bergumam. Meyakinkan sembari  memejamkan  mata. Cukup lama. Menikmati sesuatu yang aduhai.
Haut, Ibud, Inot, Iwur, dan Jijay saling lirik. Lantas terkekeh-kekeh menahan suara tawa.
"Kenapa? Ada yang lucu dari saya?"
"Oooo, tidak!" Serempak pasukan Gang Sapi menjawab. Sekaligus kembali pada sikap sempurna, diam di tempat.
"Eh, Babang Jack bawa gitar?" Tanya Ardni yang tiba-tiba nguping dan nongol tanpa diundang.
"Ya, untuk teman perjalanan."
"Wah, pasti Babang pinter main gitar dan bernyanyi." Ujar Inot penasaran.
Babang Jack segera menurunkan gitarnya dari pundak. Melepas sarung gitar dan membuka resliting jaketnya.
Petikan gitar mengalun dan mendayu. Membuai pasukan Gang Sapi. Semua seakan menikmati. Senikmat susu sapi jantan Engkong nan aduhai.
Pada saat Babang Jack mulai bernyanyi, pasukan Gang Sapi dibuat mual dan mendelik. Mata melotot seakan dibetot. Apa sebab? Suara Babang Jack mirip Giant, teman Nobita dalam film kartun Doraemon!...
Gak percaya? Dengerin nich!!!...
***
Selamat Ulang Tahun Babang Jack. Tertawalah sebelum tertawa berwujud Angka, hahaha...
Katanya Engkong, nama bekennya Zaldy Chan. The Man from Tjoeroep. Lelaki bercambang yang terobsesi menjadi Elpis Presli. The Forest Kompasianer.
Semoga terhibur dengan kisah nyata dari Gang Sapi. Satoe-satoenja gang njeleneh di Kota Djakartah.
Probolinggo, 17 Agoestoes 1945. Bertepatan dengan tanggal Oelang Tahoen Om Zaldy Chan, 20 Oktober 2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H