Sangat sedih rasanya mendengar teman baik tiba-tiba dikabarkan masuk rumah sakit. Apalagi di masa pandemi Covid-19 yang belum teratasi secara tuntas.
Mau menjenguk? Jelas ada kekhawatiran dan memang semua pihak harus memaklumi. Khawatir yang sakit divonis terpapar Covid-19.
Apa yang bisa dilakukan? Hanya menunggu kepastian sakit yang diderita dan kapan bisa pulang ke rumah. Sembari mendo'akan agar lekas sembuh.
Divonis Mengidap Kanker Paru-paru
Kabar yang ditunggu itupun datang. Teman sudah diperbolehkan pulang meskipun dengan beberapa saran dari dokter ahli yang menangani saat di rumah sakit.
Penulis bersama beberapa tetangga menjenguk di rumahnya. Untuk menyampaikan do'a dan memastikan sakit yang diderita.
Terlihat teman yang sakit sudah dapat makan dan minum. Berbanding terbalik saat sebelum dibawa ke rumah sakit, makan satu sendok muntah, minum tiga teguk air pun muntah.
Bahkan menurut penuturan teman dan keluarganya, berjalanpun limbung dan ambruk. Hanya dapat istirahat di tempat tidur.
Selanjutnya teman yang sakit menyampaikan, dari hasil CT (computed tomography) Scan dan analisis, dokter ahli memvonis kanker paru-paru.
Bagai mendengar suara petir di siang hari tanpa hujan, teman dan keluarganya begitu kaget. Tetapi, nasi sudah menjadi bubur. Apapun harus diterima dan dijalani.
Kebiasaan Merokok, Penyebab Sakit Kanker Paru-paru
Ibarat memutar kaleidoskop, rasanya sangat wajar teman baik ini sampai menderita sakit kanker paru-paru.
Sangat jelas, beberapa bulan belakangan ini sering batuk dan tidak sembuh. Bahkan pernah mengeluh, saat batuk beberapa kali ke luar dahak bercampur darah.
Sudah sering diingatkan kebiasaannya merokok seperti cerobong pabrik dapat menggangu kesehatan dan menjadi beban keluarga. Tetapi tetap bersikukuh, tidak mau berhenti.
Saat diingatkan sering membandingkan dengan beberapa warga yang meninggal dunia, tetapi bukan perokok.
Sering pula menyampaikan alibi, kalaupun ingin menghentikan perokok, "tutup total pabrik rokoknya". Keras kepala dan banyak akal rupanya.
Benarkah kebiasaan merokok penyumbang terbesar penderita penyakit paru-paru? Berikut kutipan dari id.wikipedia.org:
Merokok, khususnya sigaret, secara umum merupakan penyumbang utama kanker paru. Rokok sigaret mengandung lebih dari 60 jenis karsinogen, termasuk di antaranya radioisotop dari peluruhan sekuens radon, nitrosamin, dan benzopiren. Selain itu, nikotin menekan respons imun terhadap pertumbuhan kanker pada jaringan yang terpapar. Di seluruh negara maju, 90% dari kematian karena kanker paru pada laki-laki selama tahun 2000 disebabkan oleh merokok (70% untuk perempuan). Merokok bertanggung jawab terhadap 80--90% kasus kanker paru-paru.Â
Gejala dan Pengobatan Medis Kanker Paru-paru
Sudah banyak jurnal medis dan media kesehatan menyampaikan bahwa kanker paru-paru adalah kondisi ketika sel ganas (kanker) terbentuk di paru-paru dan banyak dialami oleh orang yang memiliki kebiasaan merokok.
Terdapat dua tipe kanker paru, yaitu small cell lung cancer (SCLC) dan non-small cell lung cancer (NSCLC).
Sekitar 10-15% kasus kanker paru merupakan tipe SCLC yang merupakan jenis kanker paru agresif yang berkembang secara cepat dan menyebar ke bagian tubuh lain. SCLC diketahui sangat berkaitan dengan efek samping merokok (Lihat Referensi: iccc.id).
Gejala awal kanker paru-paru tidak begitu tampak, bahkan sering tidak menimbulkan gejala pada tahap awal.
Website alodokter.com, menyatakan bahwa gejala baru muncul ketika tumor sudah cukup besar atau kanker telah menyebar ke jaringan dan organ sekitar.Â
Sejumlah gejala yang dapat dirasakan penderita kanker paru-paru adalah batuk kronis, batuk darah, penurunan berat badan drastis, nyeri dada dan tulang, serta sesak napas.
Gejala yang sama persis dirasakan oleh teman dan memang tidak begitu tampak pada tahap awalnya.
Lantas, bagaimana pengobatan kanker paru-paru? Apakah bisa disembuhkan sesuai dengan harapan penderita dan keluarga?
Dokter ahli menyarankan kepada teman untuk rujuk ke Surabaya. Beberapa rumah sakit sudah mampu menangani pengobatan kanker paru secara medis.
Disebab faktor mental, biaya, dan "mungkin lainnya", teman memilih pengobatan alternatif.
Melihat kondisi fisik yang semakin melemah, badan yang semakin kurus dan pucat, pihak keluarga lebih menyarankan pengobatan medis. Namun, teman bersikukuh.
Secara medis, terapi (pengobatan penyakit) kanker paru-paru dapat lewat pembedahan, radiasi, dan kemoterapi.
Jenis terapi yang diperlukan bergantung pada ukuran, cakupan, tipe kanker paru, dan kondisi kesehatan pasien secara umum (Sila baca lebih lanjut: iccc.id).
Bisa dibayangkan, pada saat anda sudah terjangkit kanker paru-paru, bersiaplah menjalani hal-hal yang sebelumnya "sama sekali tidak Anda bayangkan". Rasa tidak nyaman, waktu wira-wiri, dan kerugian finansial siap akan Anda rasakan.
Wasana Kata
Kesehatan mahal harganya. Tidak dapat dikalkulasi secara tepat dengan materi. Bijaklah menjaga kesehatan Anda dan keluarga.
Berhenti merokok sedini mungkin langkah lebih bijak untuk semua. Jikapun Anda sudah merasakan gejala dini kanker paru-paru, segeralah periksa secara medis dan jangan ditunda.
Lebih bermanfaat lagi dengan tetap rajin berolahraga, hentikan dan hindari rokok, makan dan minum yang menyehatkan, perbanyak konsumsi buah dan sayur.
Semoga semua selalu sehat dan bahagia bersama keluarga tercinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H