Mohon tunggu...
ARIF R. SALEH
ARIF R. SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dari Harta Karun Sukarno dan Tahta Suharto, Akankah Ada "Wanita" Joko Widodo?

12 September 2021   16:45 Diperbarui: 19 September 2021   08:01 1025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sangking daripada hebohnya, pemerintah Orde Baru sampai membentuk tim khusus "Pemburu Harta Karun Sukarno". Apa yang didapat? Nihil!.

Kenihilan yang sepadan dengan pembodohan yang terjadi di masyarakat. "Harta Karun Sukarno" sempat dijadikan "jualan yang sangat menggiurkan" lewat penemuan logam mulia batangan dan keping uang emas di berbagai daerah (Sumber: 1 dan 2).

Lebih miris lagi, "Harta Karun Sukarno" sempat dijadikan "jualan yang menjanjikan" lewat Yayasan Amalillah (Sumber: liputan6.com).  

Keberadaan "Harta Karun Sukarno" yang menghebohkan sempat dibantah tegas oleh Guntur Sukarno.  

"Bukan karena saya ingin membela ayah saya. Namun, saya tahu pasti bahwa Bung Karno sejak sebelum menjadi presiden sampai menjadi presiden sebenarnya ialah seorang yang kantongnya selalu tipis. Sebagai presiden, Bung Karno ialah presiden yang paling miskin di dunia ini. Ia tidak punya tanah, tidak punya rumah, apalagi logam-logam mulia seperti yang digembar-gemborkan orang selama ini". (Sumber: mediaindonesia.com)

Tahta Suharto, pasti semua orang yang pernah mencicipi zaman Orde Baru akan ingat pada sepak terjang "The Smiling General".

KKN (kolusi, korupsi, dan nepotisme) begitu lekat dengan penguasa 32 tahun ini. Bahkan Mbak Tutut (Siti Hardijanti Rukmana, putri pertama Keluarga Cendana) digadang-gadang sebagai penerus "The Smiling General".

Dinamika politik susah ditebak. Saat kekuasaan Keluarga Cendana melambung di puncak, badai begitu kencang menghantam. Meruntuhkan dan memporak-porandakan kekuasaan dan kekuatan Orde Baru.

Bercermin dari dua penguasa terlama di NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), Pak Jokowi perlu wawas.

Perlu berpikir ulang, jangan sampai "libido politik" mudah disusupi "wanita" yang hanya akan menimbulkan keruntuhan dan keutuhan sebagai "Bapak Bangsa".

Wasana Kata

Dalam berbagai kesempatan, Pak Jokowi menolak memanjangkan kekuasaannya sebagai presiden. Meskipun hanya lewat juru bicaranya.

Semoga ini terbukti. Mengingat libido politik terkadang memang susah diprediksi. Sesuai dengan makna politik yang hakiki "Dalam Politik, Kemungkinan  Apapun Akan Terjadi".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun