Mohon tunggu...
ARIF R. SALEH
ARIF R. SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengenang Ular Berjanggut Putih dan Salto di Sungai Takir Banyuwangi

23 Juli 2021   11:34 Diperbarui: 24 Juli 2021   08:24 1987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Sasin Tipchai on pixabay.com

Masih sebelah timur sungai, ada tebing rimbun cukup curam, mampu mematahkan pancaran sinar matahari secara langsung yang cukup panas menjelang siang. Di kaki tebing, meliuk-liuk jalan setapak dengan bunga aneka warna yang indah hampir sepanjang jalan.

Di ujung kedung arah timur laut, ada mata air dengan pancuran bambu yang cukup deras. Airnya, sangat bening dan menyegarkan. Bahkan bisa langsung diminum.

Nah, untuk menambah dalam dan deras air lebih tenang, kami membendung hilir kedung dengan tumpukan bebatuan. Jadilah kedung semacam kolam alami buatan jahil anak-anak negeri. Hebat khan? Hehe...

Bersalto Ria

Mempertimbangkan letak kedung cukup sepi, kami datang dengan rombongan. Minimal 5 anak kala waktu masih siang selepas pulang sekolah. Jika hari libur, bisa sampai 20 anak, ramai banget dan heboh jadinya.

Sesampai di kedung, dengan bertelanjang bulat khas anak desa, mulailah pertunjukan salto dipertontonkan. Riuh dan sangat menyenangkan.

Salto di air apalagi menginjak padas, butuh cara cepat dan tepat. Jangan lupa ambil ancang-ancang (langkah akan melompat), saat kaki menginjak padas lontarkan tubuh lebih tinggi dan lempar ke tengah sungai dengan posisi salto (gerakan jungkir balik di udara tanpa menyentuh tanah).

Ingat, jangan ragu agar kepala tidak membentur padas. Jikapun saat tubuh mencebur sungai air masuk ke hidung, jangan kapok (jera) karena butuh perjuangan agar terbiasa menghadapi tantangan. Pada akhirnya, terbiasa dan pengalaman mampu menahan air tidak masuk hidung saat bersalto ria.  

Begitulah, kami bersalto ria sepuasnya di kedung Sungai Takir. Menikmati karunia alam dari Tuhan Yang Maha Pemurah.

Diterjang Ular Berjanggut Putih

Bagi orang yang belum pernah mengalami, mungkin kenangan ini dianggap fiksi. Mengada-ada.

Saat penulis masih anak-anak senang mancing di sungai, main dan mengejar layangan putus hingga ke  pekarangan orang, sawah, dan tegalan.

Maklumlah zaman dulu dan hidup di desa. Nggak mungkinlah main dan mengejar layangan putus hingga terminal, bandara, apalagi pelabuhan. Hehehe...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun