Mohon tunggu...
ARIF R. SALEH
ARIF R. SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rona Merah Pipi Chintya

9 Desember 2020   09:26 Diperbarui: 9 Desember 2020   20:58 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi persahabatan dua anak. Sumber: Pexels. Pixabay.com

”Betul Tya. Seharusnya Tya berteman baik dengan siapapun tanpa menilai kelebihan dan kekurangannya. Apalagi teman yang pintar. Khan bisa untuk teman diskusi dan tukar pengetahuan” Jawab Mama Tya sambil membelai rambut Tya nan lembut. Chintya merenungkan nasihat Papa dan Mamanya. Dia segera menyadari sikap dan pikirannya yang keliru.

Tak terasa jam dinding menunjukkan pukul satu siang kurang lima belas menit.

”Ma..., Papa harus segera ke kantor” Jawab Papa sambil mencium kening Mama dan Chintya.

”Oh ya... Pa. Nanti sore, Mama ada janji sama teman, namanya Winda. Orangnya pintar Bahasa Inggris dan rendah hati. Mama ingin belajar lebih banyak Bahasa Inggris lagi. Boleh Pa...?”

”Boleh Ma..., hati-hati di jalan ya...” jawab Papa. Mama Chintya terlihat senang.

****

Sore yang cerah. Chintya dan Mamanya segera berangkat ke rumah teman Mama Chintya. Di tengah perjalanan, mereka singgah di Swalayan. Membeli oleh-oleh dan seragam Pramuka seukuran Chintya. Kata Mama Chintya, seragam Pramuka itu akan diberikan ke adik Tante Winda.

Tak lama kemudian sampailah Chintya dan Mamanya di rumah Tante Winda. Seseorang segera menyambut. Orangnya masih muda dan sederhana, namun terlihat cantik.

Sekilas Chintya seakan sudah mengenal Tante Winda. Mama Chintya terlihat bercakap-cakap menggunakan Bahasa Inggris dengan Tante Winda. Chintya merasa bangga dengan Mamanya. Bahasa Inggris Mama Chintya sudah lancar, namun masih mau belajar lebih banyak lagi Bahasa Inggris dengan orang lain. Di rumah, Mama Chintya adalah guru terbaik Bahasa Inggris bagi Chintya.

Tante Winda kemudian mempersilahkan duduk,”Maaf..., rumah kami begini adanya, kurang terawat sejak orang tua kami meninggal. Maklum, saya hanya tinggal berdua dengan adik perempuan satu-satunya. Panggilannya Tiwi”

Chintya ingat cerita Mamanya sebelum berangkat tadi. Kata Mama, kedua orang tua Tante Winda meninggal akibat kecelakaan saat berlibur ke Bali dua tahun yang lalu. Sungguh kasihan Tante Winda dan Tiwi, masih muda sudah ditinggal kedua orang tuanya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun