Paijo menoleh ke samping kiri. Terlihat sosok perempuan muda. Perempuan semampai berbalut kain putih. Kain yang menutupi tubuhnya dari pundak hingga ujung kaki.
“Kunti?”
“Ya, Bapak”
“Ubahlah wujudmu, Anakku”
Sosok semampai. Mata dan bibir memucat. Kulit wajah nan putih. Seibarat putihnya kapas. Perlahan dan perlahan, berubah. Cantik memesona.
“Mbok. Kok diam saja, sih?”
Painem yang ditanya Kunti. Tetap diam. Kembali memandang rembulan. Bibirnya masih terkunci. Entah apa yang menguncinya.
“Duduklah Kunti. Jangan ganggu Mbokmu”
“Memangnya kenapa, Mbok? Habis bertengkar ya?” Tanya Kunti dan memandang Paijo.
“Ya, ndaklah. Mana pernah Bapak marah sama Mbokmu? Betul khan, Nem?”
Suara tokek dari belakang rumah berbunyi. Memainkan nada alam. Sedang Painem, masih tetap bungkam.