”Bunda..., Ayah harus segera ke kantor. Hati-hati di rumah ya..”
”Oh ya.... Nanti sore, Bunda ada janji sama teman, namanya Winda. Orangnya pintar Bahasa Inggris dan rendah hati. Bunda ingin belajar lebih banyak Bahasa Inggris lagi dengan Winda. Boleh khan Ayah...?”
”Boleh Bunda..., hati-hati di jalan ya...” jawab Ayah. Bunda Chintya terlihat senang.
****
Sore yang cerah. Bunda dan Chintya segera berangkat ke rumah teman Bunda Chintya. Di tengah perjalanan, mereka singgah di swalayan. Membeli oleh-oleh dan seragam pramuka seukuran Chintya. Kata Bunda Chintya, seragam pramuka itu akan diberikan ke adik Tante Winda.
Tak lama kemudian sampailah mereka ke rumah yang dituju. Tante Winda segera menyambut. Orangnya masih muda dan sederhana, namun terlihat cantik. Sekilas Chintya seakan sudah mengenal Tante Winda. Bunda Chintya terlihat bercakap-cakap menggunakan Bahasa Inggris dengan Tante Winda. Chintya merasa bangga dengan Bunda. Bahasa Inggris Bunda Chintya sudah cukup lancar, namun masih mau belajar lebih banyak lagi dengan orang lain. Di rumah, Bunda Chintya adalah guru terbaik Bahasa Inggris bagi Chintya.
Tante Winda kemudian mempersilahkan duduk,”Maaf..., rumah kami begini adanya, kurang terawat sejak orang tua kami meninggal. Maklum, saya hanya tinggal berdua dengan adik perempuan satu-satunya. Panggilannya Tiwi”
Chintya ingat cerita Bunda sebelum berangkat tadi. Kata Bunda, kedua orang tua Tante Winda meninggal akibat kecelakaan saat berlibur ke Bali, dua tahun yang lalu. Sungguh kasihan Tante Winda dan Tiwi, masih muda sudah ditinggal kedua orang tuanya, pikir Tya.
”Can you speak English?” tanya Tante Winda.
”Yes, I can. But... Just a little” jawab Chintya singkat dan bersemangat.
“Very good. Kenalan sama adik saya ya..., Bahasa Inggrisnya lumayan. Sejak kecil kami dibiasakan berbahasa Inggris. Ayah kami dulu Dosen di Sastra Inggris”.