Istilah brain drain sendiri sebenarnya lebih akrab digunakan untuk menggambarkan kepergian seorang ahli tertentu, misalnya dokter spesialis, ilmuwan, profesor, dan ahli-ahli lainnya dari berbagai bidang.Â
Sehingga, ketika mereka meninggalkan posisinya tersebut, maka akan ada tempat kosong yang mereka tinggalkan di negara asal. Kehilangan ahli inilah yang dapat menyebabkan kekurangan pasokan ahli dalam suatu bidang tertentu.
Misalnya, seorang dokter spesialis yang ahli di suatu negara pindah ke negara lain dengan alasan, misalnya untuk mendapatkan peluang kerja yang lebih baik, gaji yang lebih tinggi, memiliki akses ke fasilitas riset yang lebih baik, dan lingkungan kerja yang lebih stabil.Â
Akibatnya, negara yang ditinggalkan akan kekurangan pasokan terhadap layanan kesehatan yang berkualitas.
Jika hal seperti ini terjadi di negara-negara berkembang, maka ini bisa menjadi dampak serius bagi perkembangan negara tersebut.Â
Misalnya, dalam contoh dokter spesialis yang migrasi tersebut, jika hal seperti itu terjadi di negara berkembang, maka akan sulit bagi negara tersebut untuk mendapatkan pengganti yang setara atau setidaknya yang memenuhi kompetensi seperti mereka yang bermigrasi.Â
Akibatnya, kualitas layanan kesehatan negara tersebut menjadi terganggu dan menurun.
Jika contoh tersebut juga terjadi di bidang krusial yang lain, misalnya pendidikan, maka hal-hal negatif seperti menurunnya kualitas pendidikan dan kualitas sumber daya manusia di negara tersebut juga tidak dapat dihindarkan.Â
Untuk menghindari hal-hal semacam itu, maka salah satu langkah yang mungkin akan dilakukan adalah mendatangkan pekerja dari negara maju.
Impor Pekerja Asing Terampil
Salah satu solusi yang mungkin akan dilakukan oleh negara berkembang untuk menutupi lubang oleh ahli-ahli yang berpindah kewarganegaraan adalah dengan mendatangkan ahli dari negara lain.Â