Mohon tunggu...
Arrizqi Riand Awwalla
Arrizqi Riand Awwalla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah Mahasiswa aktif di Universitas Nahdatul Ulama Surabaya, Jurusan Keperawatan dan saya akan membagikan informasi tentang kesehatan. hobi saya adalah futsal. Kepribadian saya cenderung ramah dan informatif, selalu berusaha untuk membuat interaksi menyenangkan dan bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Waspadai Penyakit Stroke di Usia Muda!

11 Oktober 2024   10:25 Diperbarui: 11 Oktober 2024   10:28 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

APA ITU STROKE?

Stroke adalah serangan otak yang timbul secara mendadak dimana terjadi gangguan fungsi otak sebagian atau menyeluruh sebagai akibat dari gangguan aliran darah oleh karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah tertentu di otak, sehingga menyebabkan sel-sel otak kekurangan darah, oksigen atau zat zat makanan dan akhirnya dapat terjadi kematian sel-sel tersebut dalam waktu relatif singkat.

A. Klasifikasi Stroke

Secara umum stroke dibagi berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya yaitu:

a. Stroke Hemoragik (pendarahan), yang disebabkan oleh pecahnya cabang pembuluh darah tertentu di otak akibat dari kerapuhan dindingnya yang sudah berlangsung lama (proses aterosklerosis/ penuaan pembuluh darah) yang di percepat oleh berbagai faktor. Stroke hemoragik dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1.    Pendarahan intraserebal (terjadi di dalam otak atau intraserebal), per-darahan ini biasanya timbul akibat hipertensi maligna atau sebab lain misalnya tumor otak yang berdarah, kelainan (malforasi) pembuluh darah otak yang pecah (Karyadia, 2002).

2.    Pendarahan subarakhnoid (PSA) adalah masuknya darah ke ruang subarakhnoid baik dari tempat lain (Pendarahan subarakhnoid sekunder) atau pendarahan berasal dari rongga subarakhnoid itu sendiri (Perdarahan subrakhnoid primer) (Iskandar, 2003).

b. Stroke Iskemik, yang dapat disebabkan oleh sumbatan setempat pada suatu pembuluh darah tertentu di otak yang sebelumnya sudah mengalami proses aterosklorosis (pengerasan dinding pembuluh darah akibat penumpukan lemak) yang di percepat oleh berbagai faktor resiko, sehingga terjadi penebalan kedalam lumen pembuluh tersebut yang akhirnya dapat menyumbat sebagian atau seluruh lumen (trombosis). Sumbatan juga dapat disebabkan oleh thrombus atau bekuan darah yang berasal dari lokasi lain misalnya plak dinding pembuluh darah leher yang besar atau dari jantung (emboli). Stroke iskemik adalah jenis stroke yang terjadi ketika aliran darah ke otak terhambat, biasanya oleh pembekuan darah. Ini adalah bentuk stroke yang paling umum, menyumbang sekitar 87% dari semua kasus stroke. Stroke iskemik dapat dibagi menjadi dua subtipe utama:

1. Stroke Thrombotik

  • Penyebab: Terjadi ketika pembekuan darah (trombus) terbentuk di arteri yang menyuplai darah ke otak. Pembekuan ini sering disebabkan oleh aterosklerosis, yaitu penumpukan plak di dinding arteri.
  • Risiko: Faktor risiko termasuk hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, dan merokok.

2. Stroke Embolik

  • Penyebab: Terjadi ketika trombus terbentuk di bagian lain dari tubuh (biasanya jantung) dan berpindah ke otak, menyumbat arteri otak.
  • Contoh: Atrial fibrillation, di mana irama jantung tidak teratur, dapat meningkatkan risiko pembekuan darah yang dapat berakhir di otak.

Macam atau derajat dari sroke iskemik berdasarkan perjalanan klinisnya.

Stroke iskemik dapat diklasifikasikan berdasarkan perjalanan klinisnya menjadi beberapa macam atau derajat, yang mencakup:

1. Transient Ischemic Attack (TIA)

  • Deskripsi: TIA adalah episode singkat dari gejala stroke yang biasanya berlangsung kurang dari 24 jam (sering hanya beberapa menit hingga beberapa jam) dan tidak menyebabkan kerusakan permanen.
  • Pentingnya: TIA sering dianggap sebagai peringatan bahwa stroke iskemik penuh mungkin terjadi di masa depan.

2. Stroke Iskemik Kecil (Minor Stroke)

  • Deskripsi: Gejala yang muncul biasanya ringan dan dapat membaik dalam waktu cepat, biasanya dalam beberapa hari.
  • Pemulihan: Meskipun gejalanya tidak berat, tetap memerlukan penanganan untuk mencegah stroke di masa depan.

3. Stroke Iskemik Sedang (Moderate Stroke)

  • Deskripsi: Gejala lebih jelas dan signifikan, tetapi pasien dapat mengalami pemulihan yang baik dengan terapi rehabilitasi.
  • Pemulihan: Mungkin memerlukan waktu lebih lama untuk pulih sepenuhnya, tergantung pada luasnya kerusakan otak.

4. Stroke Iskemik Besar (Major Stroke)

  • Deskripsi: Gejala yang muncul parah dan dapat menyebabkan kecacatan yang signifikan.
  • Pemulihan: Proses pemulihan bisa sangat panjang, dan banyak pasien mungkin memerlukan rehabilitasi intensif.

5. Stroke Iskemik Berulang

  • Deskripsi: Pasien yang sebelumnya mengalami stroke iskemik dapat mengalami episode baru akibat faktor risiko yang tidak dikelola dengan baik.
  • Pentingnya: Menekankan pentingnya pemantauan dan pengelolaan faktor risiko untuk mencegah terjadinya stroke lebih lanjut.

B. Faktor Risiko dan Penyebab Stroke

Faktor risiko stroke adalah kondisi atau penyakit atau kelainan yang terdapat pada seseorang yang memiliki potensi untuk memudahkan orang tersebut me-ngalami serangan stroke pada suatu saat, faktor resiko stroke sangat individual pada seseorang.

a. Faktor risiko yang tidak dapat diobati di antaranya:

1. Usia

Usia tua merupakan faktor risiko untuk stroke, terutama bila disertai dengan tekanan darah tinggi, kegemukan, merokok atau diabetes. Usia tua juga berhubungan dengan post-stroke demensia. Stroke juga dapat mengenai orang dengan usia muda. Sekitar 28% penderita stroke mengenai usia dibawah 65 tahun.

2. Jenis Kelamin.

Stroke dapat mengenai pria maupun wanita, tetapi dari beberapa grup usia didapatkan bahwa pria lebih banya dibanding wanita. Wanita lebih beresiko untuk stroke pendarahan dibanding pria.

3. Etnis.

Dari hasil penelitian, beberapa ras yang mempunyai resiko tinggi terhadap stroke seperti orang Amerika, Hispanik, dan Afrikan-Amerikan. Juga pada orang-orang Asian-Amerikan. Pada orang-orang Afrikan-Amerikan mempunyai resiko2-3 kali lebih tinggi terkena stroke dibanding dengan orang-orang kaukasian, dan mempunyai angka kematian akibat stroke 4 kali lebih tinggi.

4. Genetik

Merupakam salah satu faktor yang ikut bertanggung jawabterhadap stroke. Diperkirakan 7-20% kasus-kasus pendarahan subarchnoid dikarenakan faktor genetik. Beberapa faktor genetik masih dalam penyelidikan seperti: kekurangan protein S dan C, yang dapat menghambat penggumpalan darah, diperkirakan bertanggung jawab pada kasus-kasus stroke usia muda.

b. Faktor risiko yang dapat diubah/diobati/dikendalikan/diperkecil diantaranya:

1. Hipertensi

Seseorang dikatakan hipertensi bila secara konsisten menunjukkan tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih tinggi, dan tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih tinggi. Angka tekanan darah orang dewasa dinyatakan normal adalah <120/80 mmHg.

Hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar yaitu :

Hipertensi Primer (Esensial): Jenis ini tidak memiliki penyebab yang jelas dan biasanya berkembang secara perlahan seiring bertambahnya usia. Faktor genetik, gaya hidup, dan lingkungan berperan dalam perkembangan hipertensi primer.

Hipertensi Sekunder: Jenis ini disebabkan oleh kondisi medis tertentu atau faktor eksternal, seperti penyakit ginjal, gangguan hormonal, atau penggunaan obat-obatan tertentu. Hipertensi sekunder biasanya muncul tiba-tiba dan dapat diobati dengan menangani penyebab yang mendasarinya.

2. Diabetes Mellitus.

Diabetes melitus adalah kondisi kronis yang ditandai dengan kadar gula darah (glukosa) yang tinggi akibat ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Ada beberapa jenis diabetes, yang paling umum adalah:

Diabetes Tipe 1 : Kondisi autoimun di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sel beta penghasil insulin di pankreas. Kondisi ini biasanya terjadi pada anak-anak dan dewasa muda.

Diabetes Tipe 2 : Bentuk yang paling umum, sering dikaitkan dengan obesitas dan gaya hidup yang tidak banyak bergerak. Kondisi ini terjadi ketika tubuh menjadi resistan terhadap insulin atau ketika pankreas gagal memproduksi insulin yang cukup.

Diabetes Gestasional : Jenis ini terjadi selama kehamilan dan biasanya sembuh setelah melahirkan. Namun, dapat meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2 di kemudian hari.

3. Penyakit Jantung (katup / otot / irama).

Penyakit jantung dapat dibagi menjadi beberapa kategori, termasuk penyakit katup, penyakit otot jantung (kardiomiopati), dan penyakit irama jantung (aritmia). Berikut penjelasannya:

Penyakit Katup Jantung: Ini terjadi ketika katup jantung tidak berfungsi dengan baik, bisa karena penyempitan (stenosis) atau kebocoran (regurgitasi). Gejalanya termasuk sesak napas, kelelahan, dan pembengkakan pada kaki atau perut.

Penyakit Otot Jantung (Kardiomiopati): Ini adalah kondisi yang mempengaruhi otot jantung, membuatnya sulit untuk memompa darah. Ada beberapa jenis, seperti kardiomiopati dilatasi dan hipertrofik. Gejalanya mirip dengan gagal jantung, termasuk sesak napas dan nyeri dada.

Penyakit Irama Jantung (Aritmia): Ini terjadi ketika ada gangguan pada ritme detak jantung. Aritmia dapat menyebabkan jantung berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Gejalanya bisa termasuk palpitasi, pusing, atau pingsan.

4. Merokok.

Merokok adalah kebiasaan yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Berikut beberapa dampak negatifnya:

Penyakit Jantung: Merokok meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Zat-zat dalam rokok dapat merusak pembuluh darah dan menyebabkan penyumbatan.

Penyakit Paru-paru: Merokok dapat menyebabkan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), emfisema, dan kanker paru-paru.

Kanker: Selain kanker paru-paru, merokok juga berkontribusi pada berbagai jenis kanker lainnya, termasuk kanker mulut, tenggorokan, esofagus, dan kandung kemih.

Dampak pada Kesehatan Reproduksi: Merokok dapat memengaruhi kesuburan, serta meningkatkan risiko komplikasi selama kehamilan.

Kesehatan Mental: Merokok dapat berhubungan dengan masalah kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi.

5. Kolesterol Tinggi

Kolesterol tinggi adalah kondisi di mana kadar kolesterol dalam darah melebihi tingkat normal. Ini bisa meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, terutama penyakit jantung dan stroke. Berikut beberapa poin penting mengenai kolesterol tinggi:

  1. Diet Tidak Sehat: Konsumsi makanan tinggi lemak jenuh, trans fat, dan kolesterol, seperti makanan cepat saji dan produk olahan.
  2. Kurang Aktivitas Fisik: Gaya hidup sedentari dapat menyebabkan penumpukan kolesterol.
  3. Obesitas: Berat badan berlebih meningkatkan risiko kolesterol tinggi.
  4. Genetik: Riwayat keluarga juga bisa berperan dalam kadar kolesterol.
  5. Kondisi Medis: Penyakit tertentu, seperti diabetes, dapat mempengaruhi kadar kolesterol.

6. Darah Kental.

Darah kental, atau kondisi yang dikenal sebagai hiperkoagulabilitas, merujuk pada keadaan di mana darah lebih mudah membeku daripada normal. Ini dapat meningkatkan risiko pembekuan darah yang dapat menyebabkan masalah serius seperti trombosis vena dalam (DVT), emboli paru, atau serangan jantung. Berikut beberapa informasi penting mengenai darah kental:

Penyebab

  1. Genetik: Beberapa orang mungkin memiliki kondisi genetik yang mempengaruhi pembekuan darah, seperti faktor Leiden atau defisiensi protein C dan S.
  2. Dehidrasi: Kekurangan cairan dapat menyebabkan darah menjadi lebih kental.
  3. Penyakit Tertentu: Kondisi seperti kanker, diabetes, dan penyakit autoimun dapat meningkatkan risiko darah kental.
  4. Obesitas: Kelebihan berat badan dapat berkontribusi pada masalah pembekuan.
  5. Gaya Hidup: Kurangnya aktivitas fisik dan kebiasaan merokok juga dapat berpengaruh.

7. Obesitas.

Obesitas adalah kondisi medis yang ditandai dengan kelebihan lemak tubuh, yang biasanya diukur menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT di atas 30 dianggap obesitas. Obesitas dapat memiliki dampak serius pada kesehatan, dan berikut adalah beberapa informasi penting mengenainya:

  1. Pola Makan Tidak Sehat: Konsumsi makanan tinggi kalori, lemak jenuh, gula, dan kurangnya serat.
  2. Kurang Aktivitas Fisik: Gaya hidup sedentari dengan sedikit aktivitas fisik.
  3. Faktor Genetik: Riwayat keluarga dapat berkontribusi terhadap risiko obesitas.
  4. Kondisi Medis: Beberapa kondisi seperti hipotiroidisme dapat menyebabkan penambahan berat badan.
  5. Faktor Psikologis: Stres, depresi, atau kecemasan dapat memicu makan berlebih.

 

8. Obat-obatan (kokain, amfetamin, extasy, heroin, pil yang mengandung hormon estrogen tinggi).

Penyalahgunaan obat, terutama kokain dan methamphetamine, merupakan faktor reaksi yang kuat untuk stroke terutama pada usia muda. Begitu pil extaxy yang digunakan untuk "body building" dapat meningkatkan resiko stroke

9. Kurang Berolahraga.

Kurang berolahraga adalah masalah yang umum dan dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan fisik dan mental. Berikut beberapa efek buruk dari kurangnya aktivitas fisik:

Risiko Penyakit Jantung

Kurang berolahraga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, hipertensi, dan kolesterol tinggi, yang semuanya dapat berkontribusi pada serangan jantung dan stroke.

Obesitas

Kurangnya aktivitas fisik sering kali menyebabkan penambahan berat badan dan obesitas, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan tambahan seperti diabetes tipe 2 dan gangguan metabolisme.

3.    Kesehatan Mental

Aktivitas fisik terbukti dapat meningkatkan suasana hati dan mengurangi risiko depresi dan kecemasan. Kurang berolahraga dapat memperburuk kondisi mental.

4.    Kekuatan Otot dan Kesehatan Tulang

Tidak berolahraga dapat menyebabkan penurunan massa otot dan kepadatan tulang, meningkatkan risiko osteoporosis dan patah tulang.

5.    Kualitas Tidur Buruk

Kurang bergerak dapat berkontribusi pada masalah tidur, termasuk insomnia dan gangguan tidur lainnya.

6.    Gangguan Metabolisme

Kurangnya aktivitas fisik dapat mempengaruhi metabolisme, menyebabkan tubuh lebih sulit untuk membakar kalori dan memproses gula, yang dapat berkontribusi pada diabetes.

7.    Penuaan Dini

Aktivitas fisik yang cukup dapat membantu memperlambat proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup seiring bertambahnya usia. Kurang berolahraga dapat mempercepat efek penuaan.

10. Setress yang Berkepanjangan.

Stres yang berkepanjangan, atau stres kronis, adalah kondisi di mana seseorang mengalami tekanan mental dan emosional yang terus-menerus, biasanya disebabkan oleh faktor-faktor seperti pekerjaan, masalah pribadi, atau lingkungan. Berikut adalah beberapa dampak dan cara mengatasi stres berkepanjangan:

Dampak Stres Berkepanjangan

Masalah Kesehatan Fisik:


    • Penyakit Jantung: Stres dapat meningkatkan risiko hipertensi dan penyakit jantung.
    • Gangguan Pencernaan: Stres kronis dapat menyebabkan masalah seperti sindrom iritasi usus (IBS) atau maag.
    • Sistem Imun Melemah: Stres dapat menurunkan daya tahan tubuh, membuat seseorang lebih rentan terhadap penyakit.

Kesehatan Mental:


    • Kecemasan dan Depresi: Stres yang berkepanjangan dapat memicu atau memperburuk masalah kesehatan mental.
    • Gangguan Tidur: Stres sering menyebabkan insomnia atau gangguan tidur lainnya.

Perubahan Perilaku:


    • Makan Berlebihan atau Kekurangan: Stres dapat memengaruhi pola makan, menyebabkan makan berlebihan atau kehilangan nafsu makan.
    • Kecanduan: Beberapa orang mungkin beralih ke alkohol, rokok, atau obat-obatan sebagai cara untuk mengatasi stres.

Masalah Hubungan:


    • Stres dapat menyebabkan ketegangan dalam hubungan dengan keluarga, teman, dan rekan kerja.

 

11. Migrain.

Migrain adalah jenis sakit kepala yang parah dan sering kali disertai dengan gejala lain seperti mual, muntah, dan sensitivitas terhadap cahaya dan suara. Berikut adalah beberapa informasi penting tentang migrain:

Penyebab migrain belum sepenuhnya dipahami, tetapi beberapa faktor pemicu meliputi:

Faktor Genetik: Migrain cenderung menurun dalam keluarga.

Perubahan Hormon: Perubahan hormonal, terutama pada wanita, bisa memicu migrain.

Stres: Stres emosional atau fisik dapat menjadi pemicu.

Makanan dan Minuman: Beberapa makanan (seperti cokelat, keju, dan alkohol) dapat memicu migrain.

Kurang Tidur atau Tidur Berlebihan: Gangguan pola tidur dapat berkontribusi.

 

12. Kondisi fisik dan medis lainnya.

Kondisi fisik dan medis lainnya dapat mencakup berbagai masalah kesehatan yang dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang. Berikut adalah beberapa kategori umum dan contoh kondisi yang mungkin ada:

1. Kondisi Kardiovaskular

  • Hipertensi: Tekanan darah tinggi yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.
  • Penyakit Jantung Koroner: Penyempitan arteri yang menyuplai darah ke jantung, dapat menyebabkan serangan jantung.

2. Kondisi Pernafasan

  • Asma: Gangguan pernapasan yang menyebabkan kesulitan bernapas akibat penyempitan saluran pernapasan.
  • Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK): Penyakit progresif yang mengganggu aliran udara dan menyebabkan kesulitan bernapas.

3. Kondisi Metabolik

  • Diabetes Tipe 2: Gangguan metabolisme yang memengaruhi cara tubuh menggunakan glukosa, menyebabkan kadar gula darah tinggi.
  • Sindrom Metabolik: Kumpulan kondisi yang meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes.

4. Kondisi Mental

  • Depresi: Gangguan suasana hati yang menyebabkan perasaan sedih yang berkepanjangan dan kehilangan minat.
  • Kecemasan: Gangguan yang ditandai dengan kekhawatiran berlebihan dan ketegangan.

5. Kondisi Musculoskeletal

  • Artritis: Peradangan sendi yang dapat menyebabkan nyeri, kaku, dan pembengkakan.
  • Osteoporosis: Penurunan kepadatan tulang yang meningkatkan risiko patah tulang.

6. Kondisi Pencernaan

  • Sindrom Iritasi Usus (IBS): Gangguan pencernaan yang menyebabkan gejala seperti kram, kembung, dan perubahan pola buang air besar.
  • Refluks Gastroesofagus (GERD): Kondisi di mana asam lambung mengalir kembali ke kerongkongan, menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan.

7. Kondisi Neurologis

  • Migrain: Jenis sakit kepala parah yang dapat disertai gejala lain seperti mual.
  • Epilepsi: Gangguan neurologis yang ditandai oleh kejang berulang.

8. Kondisi Kulit

  • Eksim: Kondisi kulit yang menyebabkan peradangan, gatal, dan kemerahan.
  • Psoriasis: Penyakit autoimun yang menyebabkan pertumbuhan sel kulit yang cepat dan bercak merah bersisik.

Pengelolaan dan Perawatan

  • Konsultasi Medis: Penting untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat dari profesional kesehatan.
  • Gaya Hidup Sehat: Diet seimbang, olahraga teratur, dan manajemen stres dapat membantu mengelola banyak kondisi.

Dukungan Psikologis: Terapi atau dukungan emosional dapat sangat bermanfaat untuk kondisi mental.                                                                                                                  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun