1Arrie Widhayani, M.Pd., 2Erma Lestari, S.Pd., 3Namila Neysa Setya Putri, 4Zahra Anandya Putri zahranandyaa,5 Hanaya Cantika Febriyani, 6Yunia Adellita Putri Setyawan, 7Rianti Bimas Pratitis, 8Neza Amelia Agustina, 9Naswa Fathina Amarani, 10Arnubu Nawarya Raesrari, , 11Cindy Aulia Az-zahra, dan 12Vivi Kusuma Wati
                                                 SMK Negeri 3 Surakarta
Ekstrakurikuler merupakan wadah kreativitas siswa untuk mengasah dan melejitkan potensi diri dalam berkarya. Misalnya KIR sebuah media untuk siswa berkolaborasi membuat aneka projek yang dapat bernilai manfaat untuk dirinya dan orang lain.Â
Untuk menciptakan siswa yang kreatif bisa dengan melakukan beberapa kegiatan yang dapat memancing keinginan mereka untuk mencoba berbagai hal yang baru. Keberhasilan seorang siswa sangat ditentukan dengan kerja sama antara pihak sekolah dan guru yang dapat menciptakan siswa -- siswa yang kompeten.Â
Sebagaimana KIR Skaga melakukan event inovasi dan kreatif projek kolaborasi siswa untuk menghasilkan karya seni mading dan publikasi ilmiah terkait tema daur ulang sampah.Â
Tema tersebut menjadi urgenitas KIR Skaga untuk melakukan serangkaian kegiatan mulai dari sosialiasi pembina kepada anggota KIR, proses pemilahan sampah untuk bahan mading, pengerjaan daur ulang sampah menjadi bahan mading seperti sedotan menjadi rumput, kardus menjadi pohon besar dan batang pohin, bungkus kopi, bungkus detergen menjadi hiasan serta botol dan tutup botol yang disulap menjadi karya seni indah.
A. Tahap Prapembuatan Mading
1. Proses edukasi pengelolaan sampah daur ulang oleh Pembina KIR SKAGA
Tahap awal sebelum memulai projek membuat mading, laporan, dan publikasi ilmiah. Pembina melakukan pengarahan edukatif terkait sampah daur ulang yang dapat dijadikan media pembuatan mading SKAGA. Pengarahan ini disampaikan oleh Pembina KIR Skaga Ibu Arrie Widhayani, M.Pd. dan Ibu Erma Lestari, S.Pd. dan dibantu oleh koordinator projek mading Hanaya Cantika Putri kelas X AKL. Â
Pengarahan ini dapat dijadikan sumber referensi untuk membantu siswa melakukan proses memilah sampah yang tepat, seperti botol bekas, sedotan, bungkus kopi, bungkus snack, bungkus detergen, bungkus sabun cuci piring, kardus, kresek dan lainnya sebagai bahan untuk pembuatan mading bertema daur ulang sampah. Gambar 1 merupakan sosialisasi dan pengarahan edukasi yang dilakukan Pembina KIR SKAGA dan koordinator projek mading skaga bertemakan daur ulang sampah.
2. Proses pemilahan sampah di perkarangan rumah dan sekolah
Setelah siswa mendapatkan edukasi daur ulang sampah. Siswa secara kelompok melakukan projek sesuai jobdesk kelompok masing masing. Proses memilah sampah adalah tahap awal yang dilakukan siswa KIR. Tahap ini kelompok mengamati dan memilah sampah seperti botol bekas, sedotan, bungkus kopi, bungkus snack, bungkus detergen, bungkus sabun cuci piring, kardus, kresek dan lainnya yang dapat dijadikan bahan untuk pembuatan mading bertema daur ulang sampah. Gambar ini siswa berkelompok memilah sampah yang tepat untuk dijadikan bahan pembuatan mading.
B. Pelaksanaan Pembuatan Mading
1. Proses menyiapkan bahan untuk pembuatan mading SKAGA
Pada gambar 3 Â kelompok siswa melakukan daur ulang sampah yang telah diambil menjadi bahan untuk mading, misalnya sedotan dibuat menjadi rumput, kardus belas di buat untuk rumah keong dan ranting pohon, menyiapkan naskah puisi, anekdot, dan informatif edukasi lainnya untuk konten/ isi mading daur ulang.
2. Proses penempelan bahan pada mading SKAGA
 Pada gambar 4 kelompok siswa penempelan bahan daur ulang sampah seperti rumput, rumah keong, pohon besar, ranting pohon, naskah puisi, anekdot,dan informatif edukasi lainnya untuk konten/ isi mading. Kelompok ini melakukan penempelan dengan bantuan lem tembak, dobel tips/ isolatif sebagai perekat bahan ke papan mading SKAGA. Pada kegiatan ini tidak hanya ke ahlian yang dimiliki setiap siswa yang dilihat, tetapi kekompakkan dan kerjasama yang dimiliki oleh setiap siswa juga dapat dilihat. Pada pembuatan prakarya ini setiap siswa dari setiap kelompok mempunyai perannya masing -- masing contohnya dalam satu kelompok terdapat siswa yang membuat gulungan kertas, mewarnai gulungan kertas, dan menempel setiap gulungan -- gulungan kertas. Kreativitas yang dimiliki siswa juga terlihat dari cara siswa mewarnai setiap gulungan -- gulungan kertas yang ada.
C. Paska pembuatan mading
3. Mading SKAGA Siap di Publikasikan
Setelah selesai mading ditempel gambar  6 ini karya mading telah termuat berupa publikasi di lingkungan sekolah dan media sosial. Harapannya dengan mempublikasikan karya ini dapat memberikan edukasi kepada banyak orang bahwa sampah dapat diolah dan daur ulang menjadi barang tepat guna dan bernilai seni, seperti mading ini. Pasca Pembuatan Mading
D. Proses membuat artikel daur ulang sampah menjadi Mading SKAGAÂ
Pada kegiatan ini kelompok membuat artikel daur ulang sampah menjadi mading SKAGA dengan struktur, kaidah bahasa dan template yang ditentukan oleh pengelolah pemberitaan online seperti kompasiana, Dwijo.id, dan blogspot KIR SKAGA. Waktu penyelesaian artikel ini 2 hari. Tim melakukan serangkaian kegiatan, misalnya mencari referensi daur ulang di situs resmi misalnya: jurnal berakreditasi, jurnal internasional bereputasi, dan referensi buku online baik sekunder dan primer tentang pengolahan sampah menjadi karya seni indah.
Gambar 8 kelompok sharing untuk upload naskah di jurnal online/Dokpri
Dengan mengoptmalkan kolaborasi siswa dalam berkarya akan dapat mengasah kreativitas berpikir sampai bekaraya siswa. Misalnya pembuatan prakarya yang dilakukan langsung oleh siswa. Hasil yang di dapatkan oleh peneliti setelah melakukan penelitian kegiatan pembuatan mading dengan media daur ulang sampah ini dapat mengasah dan melejitkan portensi siswa dalam berkarya sesuai minat dan bakat siswa.Â
Kegiatan KIR ini melibatkan langsung siswa dan siswi dalam pembuatan proses, pelaksanaan, sampai paskapembuatan mading dengan mempublikasikan karya untuk banyak orang.
SIMPULANÂ
Antusias siswa dalam mengerjakan projek ini sangat tinggi terbukti karya mereka berhasil dipublikasikan sehingga harapannya dapat mengimbaskan kepada siswa lain akan pentingnya daur ulang sampah sehingga dapat menghasilkan karya seni indah dan dapat menghasilkan pendapatan dari prakarya dibuat. Pada proses pembuatan ini siswa tidak hanya dilatih kreatif namun inovasi dengan membuat publikasi ilmiah sehingga dapat dijadikan referensi sumber penelitian berikutnya. Â Dari pembelajaran ini dapat di simpulkan bahwa dengan kekompakkan dan kerjasama juga akan menumbuhkan rasa kreativitas yang dimiliki siswa. kegiatan pembelajaran.
REFERENSI
Semiawan, Conny R. 2009. Kreativitas Keberbakatan : Mengapa, Apa dan Bagaimana. Jakarta: PT. Indeks Permata Puri Media.
Siregar, Eveline. 2010. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta.
Undang -- undang Republik Indonesia Nomor 18, Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H