Mohon tunggu...
Array Nuur
Array Nuur Mohon Tunggu... -

krusuk-krusuk... pletuukkk... ketimprang..... bledugg.... jedoorrrr.... hapooowww.... cleebbb.... deziiiigggg... deziiiiggg..... tuuuuuuiiiiiingggg... duaaarrr.... 2654042D

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Rindu Itu Koma: Kisah Kecil Epilepsi #Stadium 5 - Lima Puluh Lima

3 Februari 2014   22:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:11 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Lalu apa? Ada rahasia apa? Bukankah selama ini kita selalu terbuka untuk memecahkan masalah bersama."

"Tidak, Neng tak bisa beritahu."

"Ayolah berikan alasan tepat, agar Akang bisa menerima keputusan Neng," desak Koma.

"Tidak sekarang, suatu saat Akang akan tahu. Yang pasti, tidak! Cari saja gadis lain yang lebih baik dan lebih pantas bersanding dengan Akang," tukas Rindu. Ingin sekali Koma segera membongkar apa dibalik penolakan Rindu, tapi nuraninya mencegah.

Bagi Koma, tak ada yang mampu menggantikan sosok Rindu. Koma telah melihat gadis itu di mimpi, di malam ketiga selepas beristikharah. Baginya sudah terkunci satu nama di hati, dialah Rindu.

Koma tak begitu saja dapat menerima keputusan itu. Koma masih menyangkal kenyataan Rindu sudah menolak ajakannya. Sangat berlawanan dengan bayangan sebelumnya. Tapi untuk sementara, Koma berusaha menerima. Nurani Koma berkata itu bukan diri Rindu sebenarnya. Mungkin tunggu beberapa saat lagi, saat yang tepat. Koma akan mencoba sekali lagi, dan beberapa kali lagi.

Serupa "dejavu", pengulangan adegan dahulu ketika ada seorang lelaki baik hati yang berkali-kali mengajak ibunya menikah, tapi justru ditolak dengan alasan tidak jelas, itu menimpa juga pada Koma. Mungkin itu sebuah karma?

"Baiklah, untuk sementara Akang bisa terima keputusan Neng. Mungkin saat ini Neng belum bersedia. Tapi akang akan tetap menunggu, sampai kapan pun. Karena tak ada gadis yang paling Akang inginkan selain Neng!" tegas Koma.

"Ya, terserah Akang. Maafkan Neng!" tak kuasa menahan, Rindu berurai air mata dan berlalu meninggalkan Koma sendirian.

Koma benar-benar mirip Surya, tak mudah menyerah dalam urusan cinta. Kesuksesan usahanya, adalah hasil ketidakmenyerahannya menghadapi ujian cobaan dan kegagalan. Untuk Rindu, Koma juga takkan menyerah. Selalu ada kesempatan kedua, ketiga, keempat dan kesempatan berikutnya, hingga pintu kesempatan itu benar-benar tertutup. ***

SEMINGGU kemudian, Koma kembali menyambangi Rindu. Kali ini Koma menghadap langsung pada calon mertuanya. Koma sudah menganggap Kyai Mastur ayahnya sendiri. Jasa sang kyai begitu besar. Salah satu cara untuk membalas jasa-jasa sang kyai adalah dengan menikahi dan membahagiakan Rindu, memberikan cucu-cucu yang lucu untuk Abah, demikian Koma memanggil sang kyai. Di pesantren itu, hanya Koma saja yang secara tak langsung diberikan legalitas untuk memanggil Kyai Mastur dengan sebutan Abah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun