Mohon tunggu...
Arra Yusuf
Arra Yusuf Mohon Tunggu... Freelancer - Arra Itsna Yusuf suka jalan-jalan dan nulis suka-suka

Setidaknya, dengan menulis, "Aku menghadirkan diri, meski kau anggap aku mati" (Arra Yusuf)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Anak-anak dan K-Pop

23 Februari 2018   22:52 Diperbarui: 23 Februari 2018   23:09 937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Boyband EXO (Instagram @weareone.exo)

D. B aja sih

E. Semua jawaban benar

Oke, jadi ini inti pembicaraannya ini ke mana, Yeorobun?

Oke, Yeorobun, jadi gini. Perkembangan teknologi informasi semakin pesat berdampak pada gaya hidup masyarakat.  Gaya hidup masyarakat desa dan perkotaan juga pasti berbeda.

Anak-anak kelas 6 di pedesaan mungkin masih asyik main tanah dan rumah-rumahan atau sinetron-sinetronan saat teman-teman sebaya mereka di kota-kota besar cenderung bebas dengan Smartphone. Mereka inilah yang tampaknya gampang tersentuh dampak dari meluas dan mudahnya akses informasi, apalagi jika mereka dibebaskan memegang gawai aka gadget di rumah sehari-hari. Apalagi jika tanpa pengawasan dengan jaringan WiFi super cepat yang tersedia. Informasi apapun akan mudah masuk ke alam pikiran mereka, salah satunya tentang K-Pop.

Sebagai orang "dewasa" kekinian, melarang bukan berarti menutup diri dari informasi yang diakses anak-anak. Boleh, dong, kita juga (sekadar) cari tahu, biar bisa cari celah mengobrol dengan anak. Karena tipikal anak-anak zaman now, sih, ya, sepertinya akan selalu punya seribu jawaban dan alasan untuk tidak mendengarkan nasihat kita, biar apa? ya biar kembali bisa bebas melihat apa yang ingin mereka lihat, walaupun belum cukup umur dan sebenarnya tontonan tersebut juga minim faedah untuk mereka.

Katakanlah kita bicara saring menyaring informasi. Filter diri. Kita, orang dewasa  Insya Allah kan sudah punya fondasi itu sehingga tidak mudah terpengaruh dan terpancing. Kalau anak-anak? apalagi dengan rasa penasaran yang tinggi, belum tentu bisa menyaring semua informasi yang diterima otaknya. Jadi yang dikhawatirkan adalah dampak buruk. 

Oleh karena itu perlu kiranya terus dipahamkan dan diingatkan, juga didampingi setiap kali mereka terlalu asyik dengan gawainya. Semua orang dewasa saya pikir punya tanggung jawab akan hal ini (termasuk saya, pastinya) untuk mengawasi dan menjaga. Duh, berat ya, iya berat, makanya bilangin sama Dilan, yang berat itu bukan cuma rindu, tapi jadi orangtua dan guru. 

Jadi intinya gini, Yeorobun, saya tidak bisa menyalahkan keberadaan K-Pop, fans K-Pop yang berjuta-juta itu di seluruh dunia, bahkan krucil unyu-unyu yang mulai suka K-Pop. Yaaah,  seperti kita tahu dunia hiburan Korea Selatan memang gemerlap dengan segala renik peliknya, makanya anak-anak yang ngerti main medsos lama-lama sangat bisa kepincut hal-hal tersebut.

Ya, barangkali kita bisa mengatakan kepada anak-anak untuk (boleh hanya) mencontoh keramahan, kerja keras dan dedikasi mereka (para idol) untuk penggemar dan negaranya.

Suka boleh, gitu, lho.. tapi jangan berlebihan. Karena teh manis hangat memang enak, tapi kalau kemanisan karena kebanyakan gula toh malah jadi enek, kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun