Mohon tunggu...
Ar rafi Kusumarachman
Ar rafi Kusumarachman Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang pendidik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rekonstruksi Pendidikan Islam Era Turki Usmani untuk Konteks Pendidikan Masa Sekarang

6 Januari 2023   11:30 Diperbarui: 7 Januari 2023   15:48 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan Pendidikan Era Turki Usmani

Oleh : Ar rafi' Kusumarachman

Meski secara umum pendidikan di era Turki Usmani tidak mengalami kemajuan pesat sebagaimana pada masa dinasti Islam sebelumnya, tetapi usaha-usaha untuk mengembangkan pendidikan tetap dilakukan. Perkembangan pendidikan Islam di era Turki Usmani bisa dilihat dari dua fase, yakni fase zaman pertengahan (Usman I -- pra Mahmud II), dan zaman modern Mahmud II -- Abdul Majid).

Zaman Pertengahan

Sejak awal terbentuknya Dinasti Turki Usmani, pendidikan bukan menjadi prioritas utama, melainkan banyak dikonsentrasikan pada pelatihan militer. Dari sana terbentuk satuan militer Yennissery yang berhasil mengubah Negara Usmani menjadi mesin perang yang hebat. Pada masa ini lapangan ilmu pengetahuan menyempit. Madrasah adalah satu-satunya lembaga pendidikan formal yang di dalamnya hanya diajarkan pendidikan agama.   

Kehidupan sufistik sangat menonjol sehingga madrasah yang ada telah diwarnai dengan kegiatan-kegiatan sufistik. Madrasah-madrasah ada yang berkembang menjadi zawiyah-zawiyah yang menjadi media riyadhah kaum sufi lewat bimbingan para guru sufi. Ilmu pengetahuan keislaman seperti fiqih, tafsir, ilmu kalam, dan lainnya tidak mengalami perkembangan. Karya-karya yang dihasilkan oleh ulama hanyalah karya komentar atas karangan ulama pendahulunya, bukan karya yang orisinil. Buku-buku penunjang pelajaran sangat terbatas dan waktu belajar yang diberikan kepada anak didik terlalu singkat sementara materi pelajaran yang disampaikan seringkali sulit dipahami.

Pada masa ini umat Islam tidak tertarik dengan gairah intekektual, melainkan sufisme. Hal ini dikarenakan keadaan frustasi yang merata dikalangan umat Islam akibat konflik internal dan serangan tentara Mongol yang membabi buta. Secara otomatis, keilmuan tidak berkembang secara baik.[1] 

Baru pada masa Sultan Sulaiman I (1520-1566 M) yang bergelar Al-Qanuni, pendidikan mulai mendapat perhatian. Masa ini adalah masa keemasan Dinasti Turki Usmani. Sulaiman dikenal sebagai pemimpin yang turut memajukan kebudayaan. Ia mencinta seni dan kebudayaan. Selain menduduki tahta kesultanan, Sulaiman pun dikenal sebagai salah seorang penyair yang hebat dalam peradaban Islam. Pada era kekuasaannya, Istanbul, ibukota Usmani Turki, menjelma menjadi pusat kesenian visual, musik, penulisan serta filasafat. Inilah periode yang paling kreatif dalam sejarah kesultanan Usmani.    

Kecintaannya pada ilmu pengetahuan diwujudkannya dengan mendirikan Universitas As-Sulaimaniyah. Sama seperti halnya pembangunan masjid Agung Sulaiman, pembangunan perguruan tinggi itu dilakukan oleh arsitek ulung bernama Mimar Sinan. Sultan Sulaiman pun sempat menulis salinan Al-Qur'an dengan tangannya sendiri. Kini, salinan Al-Qur'an itu masih tersimpan di Masjid Agung Sulaiman.[2]

Zaman Modern  

Kekalahan umat Islam dari bangsa Eropa telah membuka mata Sultan Mahmud II (1807--1839 M) untuk melakukan reformasi. Salah satu reformasi yang dilakukan adalah reformasi dalam bidang pendidikan. Solusi yang diberikan oleh pemimpin Islam untuk memperbaiki kemunduran dan pendidikan Islam menurut Sultan Hamid II adalah :

  • Mengeluarkan perintah supaya anak sampai umur dewasa jangan dihalangi masuk madrasah.
  • Memperbaiki kurikulum dengan menambah pengetahuan-pengetahuan umum.
  • Mendirikan dua sekolah umum, yaitu : maktab-i ulum (sekolah pengetahuan umum), maktab-i edebige (sekolah sastra). Siswa untuk kedua sekolah itu dipilih dan lulusan madrasah bermutu tinggi, sedangkan di madrasah materi keagamaan tetap berjalan. Kemudian mendirikan sebuah sekolah militer.
  • Mengirimkan siswa-siswa ke Eropa untuk memperdalam pengetahuan dan teknologi, yang kemudian dimanfaatkan di Turki atau sering disebut alih teknologi.[3]   

 Kemudian pada tahun 1831 M, Sultan Mahmud II menerbitkan surat kabar resmi Takvim-i Vekayi yang memuat berita peristiwa-peristiwa dan artikel-artikel mengenai ide-ide yang berasal dari Barat. Media ini memberi pengaruh yang luas di masyarakat, dengan kritik terhadap adat istiadat Timur dan memuja Barat dalam kemajuan ilmu pengetahuan, kemerdekaan dalam agama, patriotisme, dan meratanya pendidikan.

Pada masa Sultan Abdul Hamid (diangkat 1876), sultan ke-37, ditengah pergolakan politik dan pro-kontra sistem pemerintahan dengan kelompok pembaru Usmani Muda, ia mendirikan perguruan tinggi. Kemudian pada tahun 1905, Sultan Abdul Hamid digantikan oleh saudaranya, Sultan Mehmed V. Pada masa ini dibuka sekolah guru. Kaum wanita juga bebas memilih sekolah, hingga bermunculan dokter-dokter dan hakim-hakim wanita. Perubahan juga menjalar pada pola berpakaian pria dan wanita dengan gaya Eropa.

Dalam bidang publikasi, surat kabar dicetak dengan oplah 60.000 eksemplar. Demikian pula majalah-majalah baru timbul dalam berbagai bidang, seperti sastra, politik, dan sebagainya. Ide-ide yang dimuat bersumber dari Prancis, antara lain filsafat positivism August Comte. Nasionalisme Turki juga mulai ramai dibicarakan.[4]  

Kurikulum Pendidikan  

Kurikulum merupakan landasan yang digunakan pendidikan untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental.[5] 

Maka tidak bisa dikatakan bahwa pendidikan Islam itu dapat dilakukan secara serampangan, karena pendidikan Islam mengaju kepada transformasi beberapa ilmu pengetahuan, ketrampilan, serta mental. Dari situlah antara kurikulum dan lembaga pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Di era Turki Usmani, pendidikan mulai disusun secara baik, meskipun masih sederhana. Mata pelajaran yang diberikan di madrasah-madrasah adalah pelajaran agama seperti Bahasa Arab, yaitu mulai nahwu, sharah, hingga balaghah, kemudian ilmu fiqih, ilmu kalam, ilmu tasawuf, dan lainnya. Ilmu berhitung juga diberikan tetapi sebatas untuk menghitung waris, juga ilmu miqat untuk mengetahui waktu shalat.[6]   

Di era Sultan Mahmud II, di sekolah-sekolah umum diajarkan Bahasa Arab, Bahasa Perancis, ilmu bumi, ilmu ukur, sejarah, dan ilmu politik. Di Sekolah Kedokteran diberikan materi kedokteran, ilmu alam, dan filsafat.   

Untuk metode pengajarannya adalah menghafal matan-matan meskipun murid-murid tidak mengerti maksudnya. Seperti menghafal matan al-jurmiyah, matan taqrib, matan alfiyah, matan sultan, dan lain-lain. Murid-murid setelah menghafal matan-matan itu barulah mempelajari syarahnya. Karenanya pelajaran itu bertambah berat dan bertambah sulit untuk dihafalkannya. Sistem pengajaran di wilayah ini masih digunakan sampai sekarang. Pada masa pergerakan yang terakhir, masa pembaharuan pendidikan Islam di Mesir dan Syiria (tahun 1805 M) telah mulai diadakan perubahan-perubahan di sekolah-sekolah (madrasah) sedangkan di masjid masih mengikuti sistem yang lama.[7]  

Setelah mempelajari pendidikan Islam di era Turki Usmani, maka ada beberapa hal yang perlu direkonstruksi untuk meningkatkan kemajuan pendidikan Islam di era sekarang. Diantara hal-hal tersebut adalah sebagai berikut :

  • Kemunduran Turki Usmani disebabkan karena kurangnya perhatian pemerintah dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu, agar suatu Negara bisa mencapai kemajuan, maka pendidikan harus menjadi prioritas utama.
  • Ilmu-ilmu 'aqliyah harus dimasukkan dalam pelajaran di sekolah-sekolah yang berbasis agama agar tidak tertinggal dengan bangsa lain, sebagaimana Turki Usmani yang tertinggal dari bangsa Eropa.
  • Adanya dikotomi keilmuan sebagaimana yang terjadi di era Turki Usmani harus dihapus agar keilmuan bisa berkembang lebih maju dan dinamis.
  • Ilmu arsitektur Islam yang diwariskan oleh Turki Usmani perlu untuk dipelajari dan dikembangkan di lembaga-lembaga pendidikan Islam.

Kesimpulan

Kerajaan Turki Usmani merupakan kerajaan yang dipimpin oleh 40 sultan. Pada abad pertengahan memang masa yang paling bersejarah bagi bangsa Arab, bahkan kemunduran bagi bangsa Barat, dalam segi pandang kerajaan, kekuasaan wilayah adalah yang terpenting. Turki Usmani yang memimpin selama kurang lebih 6 abad memberikan bukti kejayaannya sampai ke Eropa, akan tetapi dari stagnanisasi bangsa Usmani mereka lebih memajukan kemiliteran dari pada pendidikannya. Bagi mereka kemiliterannya adalah satu hal yang terpenting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, dengan orientasi penalukan Konstantinopel, membuat mereka menjadi bersemangat untuk menjadikan kerajaan Turki Usmani menjadi simbol kejayaan Islam.

Penyimpangan orientasi mereka ini membuat terlena dengan keluasan wilayah sehingga membuat mereka meninggalkan perkembangan pendidikan. Berbeda dengan bangsa Eropa yang telah mengugguli mereka, kemunduran kerajaan Turki Usmani ini terlihat dari bagian-bagian wilayah yang dikuasai oleh Turki Usmani mulai tergerak ingin merubah hidupnya menjadi yang lebih baik dan muncul paham kapitalisme individual sehingga sebagian mereka ingin melepaskan diri. Tampaknya pengaruh Barat mulai mendapatkan hasil dengan kelemahan kerajaan turki ini, dan terlahir paham-paham yang ingin membebaskan, sehingga paham Turki sendiri tidak dapat menghalangi mereka.

Daftar Pustaka 

Daulay, Haidar Putra dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam Dalam Lintasan Sejarah, Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2013

Engku, Iskandar dan Siti Zubaidah, Sejarah Pendidikan Islam, Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA, 2014

http://www.republika.co.id/berita/shortlink/38536 diakses pada 6/11/2014

Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992) hal. 69-70

Nata, Abudin, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan Pertengahan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004

Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2007

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun