Perkembangan Pendidikan Era Turki Usmani
Oleh : Ar rafi' Kusumarachman
Meski secara umum pendidikan di era Turki Usmani tidak mengalami kemajuan pesat sebagaimana pada masa dinasti Islam sebelumnya, tetapi usaha-usaha untuk mengembangkan pendidikan tetap dilakukan. Perkembangan pendidikan Islam di era Turki Usmani bisa dilihat dari dua fase, yakni fase zaman pertengahan (Usman I -- pra Mahmud II), dan zaman modern Mahmud II -- Abdul Majid).
Zaman Pertengahan
Sejak awal terbentuknya Dinasti Turki Usmani, pendidikan bukan menjadi prioritas utama, melainkan banyak dikonsentrasikan pada pelatihan militer. Dari sana terbentuk satuan militer Yennissery yang berhasil mengubah Negara Usmani menjadi mesin perang yang hebat. Pada masa ini lapangan ilmu pengetahuan menyempit. Madrasah adalah satu-satunya lembaga pendidikan formal yang di dalamnya hanya diajarkan pendidikan agama. Â Â
Kehidupan sufistik sangat menonjol sehingga madrasah yang ada telah diwarnai dengan kegiatan-kegiatan sufistik. Madrasah-madrasah ada yang berkembang menjadi zawiyah-zawiyah yang menjadi media riyadhah kaum sufi lewat bimbingan para guru sufi. Ilmu pengetahuan keislaman seperti fiqih, tafsir, ilmu kalam, dan lainnya tidak mengalami perkembangan. Karya-karya yang dihasilkan oleh ulama hanyalah karya komentar atas karangan ulama pendahulunya, bukan karya yang orisinil. Buku-buku penunjang pelajaran sangat terbatas dan waktu belajar yang diberikan kepada anak didik terlalu singkat sementara materi pelajaran yang disampaikan seringkali sulit dipahami.
Pada masa ini umat Islam tidak tertarik dengan gairah intekektual, melainkan sufisme. Hal ini dikarenakan keadaan frustasi yang merata dikalangan umat Islam akibat konflik internal dan serangan tentara Mongol yang membabi buta. Secara otomatis, keilmuan tidak berkembang secara baik.[1]Â
Baru pada masa Sultan Sulaiman I (1520-1566 M) yang bergelar Al-Qanuni, pendidikan mulai mendapat perhatian. Masa ini adalah masa keemasan Dinasti Turki Usmani. Sulaiman dikenal sebagai pemimpin yang turut memajukan kebudayaan. Ia mencinta seni dan kebudayaan. Selain menduduki tahta kesultanan, Sulaiman pun dikenal sebagai salah seorang penyair yang hebat dalam peradaban Islam. Pada era kekuasaannya, Istanbul, ibukota Usmani Turki, menjelma menjadi pusat kesenian visual, musik, penulisan serta filasafat. Inilah periode yang paling kreatif dalam sejarah kesultanan Usmani. Â Â
Kecintaannya pada ilmu pengetahuan diwujudkannya dengan mendirikan Universitas As-Sulaimaniyah. Sama seperti halnya pembangunan masjid Agung Sulaiman, pembangunan perguruan tinggi itu dilakukan oleh arsitek ulung bernama Mimar Sinan. Sultan Sulaiman pun sempat menulis salinan Al-Qur'an dengan tangannya sendiri. Kini, salinan Al-Qur'an itu masih tersimpan di Masjid Agung Sulaiman.[2]
Zaman Modern Â
Kekalahan umat Islam dari bangsa Eropa telah membuka mata Sultan Mahmud II (1807--1839 M) untuk melakukan reformasi. Salah satu reformasi yang dilakukan adalah reformasi dalam bidang pendidikan. Solusi yang diberikan oleh pemimpin Islam untuk memperbaiki kemunduran dan pendidikan Islam menurut Sultan Hamid II adalah :
- Mengeluarkan perintah supaya anak sampai umur dewasa jangan dihalangi masuk madrasah.
- Memperbaiki kurikulum dengan menambah pengetahuan-pengetahuan umum.
- Mendirikan dua sekolah umum, yaitu : maktab-i ulum (sekolah pengetahuan umum), maktab-i edebige (sekolah sastra). Siswa untuk kedua sekolah itu dipilih dan lulusan madrasah bermutu tinggi, sedangkan di madrasah materi keagamaan tetap berjalan. Kemudian mendirikan sebuah sekolah militer.
- Mengirimkan siswa-siswa ke Eropa untuk memperdalam pengetahuan dan teknologi, yang kemudian dimanfaatkan di Turki atau sering disebut alih teknologi.[3] Â Â
 Kemudian pada tahun 1831 M, Sultan Mahmud II menerbitkan surat kabar resmi Takvim-i Vekayi yang memuat berita peristiwa-peristiwa dan artikel-artikel mengenai ide-ide yang berasal dari Barat. Media ini memberi pengaruh yang luas di masyarakat, dengan kritik terhadap adat istiadat Timur dan memuja Barat dalam kemajuan ilmu pengetahuan, kemerdekaan dalam agama, patriotisme, dan meratanya pendidikan.