Sebagai organisasi otonom di bawah Muhammadiyah, IMM tidak hanya fokus pada intelektualitas kader-kadernya tetapi juga menjalankan tugas-tugas sosial dengan mengusung prinsip dakwah amar ma'ruf nahi mungkar. Amar ma'ruf nahi mungkar pada esensinya punya tujuan yakni agar manusia secara perseorangan dan kolektif tetap berada pada jalan yang lurus dan dalam bingkai moral yang jelas (Ma'arif, 2019).
Jika presepsi antara yang ma'ruf dan mungkar ini disalahartikan akan menjadi presepsi yang kacau dan akan membahayakan dalam menguasai arus pemikiran masyarakat, dalam hal ini masyarakat akan dialanda kegalaun dan kebingungan, entah itu menyangkut masalah agama, politik, sosial dan budaya.Â
Maka dari itu Syafii Ma'arif menegaskan bahwasannya yang baik menurut agama juga baik menurut juga baik menurut akal sehat (Ma'arif, 2019)
Ikhtisar
Sebagai salah satu elemen penting dalam civil society, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah memiliki tanggung jawab strategis untuk membangun narasi politik yang berlandaskan etika Qurani dan prinsip intelektualitas. Di tengah derasnya arus pragmatisme politik yang mengikis moralitas, IMM harus mampu menjadi penggerak perubahan dengan mengedepankan nilai-nilai keadilan, kemanusiaan, dan kebermanfaatan.Â
Namun, tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana kader IMM dapat mempertahankan idealisme mereka tanpa tergelincir dalam praktik-praktik politik kotor yang semakin merajalela. Pertanyaannya, mampukah IMM terus konsisten menjadi pelita moral di tengah kabut politik pragmatis yang menyesakkan, ataukah ia akan tergerus oleh arus besar ambisi kekuasaan yang tak terelakkan?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI