Etika Qurani dalam Politik
Jarang kita melihat politik itu bersih, ini disebabkan banyak praktiknya yang kotor dan orang-orang yang masuk dalam ranah politik juga dengan tujuan yang salah. Dalam hal ini kita tidak perlu heran karena praktik yang kotor itulah yang menjadi sebuah landasan filsafatnya dalam berpolitik, dan yang parahnya politik itu dibalut dan dibungkus dengan jubah agama.
 Dalam tulisanya Syafii Maarif mengatakan tidak jarang agama dijadikan kedok untuk meraih ataupun mempertahankan kekuasaan (Maarif, 2019).
Dalam proses ini, terlihat bahwa nilai-nilai etika yang diajarkan oleh Al-Qur'an telah diabaikan, digantikan oleh etika yang didasari kepentingan politik sesaat. Fenomena ini mencerminkan bagaimana orang cenderung mengabaikan pelajaran dari masa lalu, termasuk pengalaman pahit yang pernah melemahkan persatuan umat sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa belajar dari sejarah adalah hal yang sulit dan memerlukan kesadaran yang mendalam.
Konflik politik sering kali berujung pada rusaknya persaudaraan umat. Kepentingan politik jangka pendek cenderung menggantikan etika Qur'ani yang seharusnya menjadi pedoman. Nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh Al-Qur'an terkubur oleh etika politik pragmatis.Â
Dalam hal ini, Kuntowijoyo menegaskan pentingnya politik positif dalam identitas umat Islam. Politik positif diperlukan untuk mengatasi kesenjangan struktural, sedangkan kesenjangan natural hanya dapat diatasi dengan politik negatif (Kuntowijoyo, 2018).
IMM Sebagai Civil Socity
Kelahiran Ikatan Mahasiwa Muhammadiyah sepenuhnya adalah karena keharusan sejarah. Setidaknya itu adalah jawaban singkat untuk mengurai pertanyaan filosofis untuk apa IMM hadir hingga saat ini.
 Bahkan, keyakinan akan keharusan sejarah itu yang menjadi landasan gerak kader IMM untuk terus memberikan kontribusi dan menyumbangakan diberbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Olehnya, bagi kader IMM, puncak dari pengetahuan dan keyakinan kebergamaan adalah kebermanfaatan untuk manusia.
Implementasi dari segala ide pokok gerakan itu mengharuskan IMM sebagai civil society tidak tinggal diam dan segera mengambil peran dalam setiap momen kebangsaan.
 Lagi pula IMM sangat percaya bahwa sejak memutuskan untuk memilih demokrasi sebagai pedoman hidup bernegara, para pendiri bangsa Indonesa percaya bangsa ini meyakini kemajuan tidak akan pernah diraih oleh Indonesa secara total tanpa melibatkan seluruh elemen masyarakat termasuk organisasi masyarakat sipil dan kemahasiswaan seperti IMM