Bagi sebagian orang, kalau usia sudah memasuki 25 tahun, pasti sudah merasa was-was apabila belum menemukan jodoh. Terlebih bagi masyarakat Batak, hal itu sudah merupakan lampu merah.Â
Padahal kalau dilihat dari kemajuan zaman sekarang  usia segitu belum dikategorikan TUA, karena perempuan dan laki-laki masih sedang elok-eloknya berkarir, apalagi bila mereka mempunyai jabatan strategis baik di Perusahaan maupun di Birokrasi.Â
Disinilah para orang tua mulai gelisah, mulai timbul pertanyaan dan kecurigaan, " kenapa ya putriku belum ada gandengannya?kenapa ya putraku belum pernah membawa gadis kerumahku?Â
Ada apa dengan putriku?ada apa dengan putraku? Apakah putra-putri kita sudah pernah mengalami  kegagalan  didalam percintaan dan perjodohan, tapi kalau memang sama sekali di usia 25 tahun belum mengenal lawan jenis,kan berbahaya, siapa yang salah?Â
Apakah kita yang terlalu ketat menjaga dan mengawasi mereka ?apakah kita  terlalu memilih calon istri bagi putra kita?apakah calon mantu kita harus orang kaya? Â
Bagi perempuan Batak, mencari jodoh harus hati-hati dan jangan gegabah,sebab ada tertulis di Alkitab, yang sudah dipersatukan Tuhan tidak boleh dipisahkan oleh siapapun kecuali kematian. Oleh karena itu  kita sebagai orangtua harus mengarahkan putra-putri kita  kebeberapa hal yang harus dipertimbangkan.
Bagi orang batak, Marga adalah suatu identitas yang sudah harga mati dan memang harus dibawa mati. Jadi ketika pemuda batak akan memulai pertemanan dengan seorang perempuan Batak, yang akan mengarah ke perjodohan, harus memperhatikan hal ini.Â
Mereka tidak boleh berpacaran semarga ( satu marga yang berarti silsilah dari nenek moyang masih satu darah )  hal itu harus dihindari dan dibatalkan. Itu sebabnya ketika putra kita hendak mencari pacar, harus jelas marga orangtua si perempuan, (ibunya marga/boru apa) supaya ketika mereka  berencana akan melangsungkan pernikahan akan mudah bagi kedua orangtua nya melaksanakan adat dan kewajibannya.Â
Misalnya  :  si putra bermarga Pardede, dia tidak boleh berhubungan dengan boru Pardede. (  Pardede masih mempunyai kumpulan marga yang dahulu kala dilahirkan nenek moyang mereka dengan sebutan Sonak Malela yang terdiri dari marga Pardede, Simangunsong, Marpaung dan Napitupulu )mereka ini di sebut juga " Mardongan Tubu " jadi mereka  tidak boleh saling menikahi, kecuali,,,,,mereka mar pariban.( ribet kan ?)
Menikah dengan pariban ( sepupu ) arti sepupu itu adalah  jika  si putri  menikah dengan anak laki-laki dari adik atau kakak perempuan ayah. Dan bagi masyarakat batak ini hampir bisa disebut Wajib. Tapi ada juga putra putri batak tidak mau berjodoh dengan paribannya,dengan alasan sudah seperti abang adik dan tidak berkembang keturunannya. (bagi sebagian orang menganggapnya mitos)
Dijodohkan atau dicomblangi
Bagi sebagian orang Batak, akan menjadi Pamali kalau ada anggota  keluarganya yang belum menikah. Padahal mungkin putra-putri mereka sudah mempunyai kehidupan yang lumayan mapan.Â
Tapi entah kenapa, mencari jodoh ditengah kesibukannya  berkarir sangatlah susah, sehingga si putra-putri akan setuju saja ketika akan melibatkan orang lain untuk mencari jodohnya. Karena orangtua pasti menginginkan masa depan anak-anaknya berjalan dengan baik dan mempunyai keturunan.(  berlaku umum bagi orangtua se antero dunia )Â
Banyaknya orang tua yang  mencari jodoh buat putra-putrinya  saat ini dipandang menjadi suatu hal biasa.  Maka tidak heran  banyak mempelai Batak berjodoh karena di perkenalkan oleh orang-orang terdekat mereka.Â
Mak Comblang akan berperan disini, mereka tidak mungkin sembarangan dalam memilih jodoh untuk anak-anak mereka, bahkan dengan bantuan mak Comblang  tidak segan-segan menyelidiki  status dan  perilaku kedua orangtua yang akan ber besanan.
Berjodoh melalui aplikasi WhatsApp
Maraknya group-group  pertemanan di Whatsapp  menjadi suatu ajang  positif bagi sebagian para orangtua.  Ada keinginan untuk saling menjodohkan anak-anak mereka, yang mungkin sama permasalahannya " sianak susah dapat jodoh ". Terkesan lucu, tapi itulah yang terjadi saat ini dan banyak yang mendukung. dimulai dari bertukar foto si anak, lalu janjian bertemu di acara pesta dan banyak trik lain untuk mempertemukan para putra-putri mereka.  sebagian orangtua yang  ditanya,  alasan apa sehingga ikut repot mencarikan jodoh buat anaknya, umumnya mereka mengatakan  ingin melihat anaknya bahagia, tentu dengan status pendidikan dan pekerjaan calon jodoh  yang sudah mumpuni.bagi pihak yang mempunyai anak laki-laki, pasti  menginginkan calon menantunya cantik,  bekerja dan menghasilkan uang.  ahlak dan tingkah laku menjadi hal utama.
Dijodohkan karena menggantikan kakak / adik perempuan.
Perjodohan seperti ini bagi masyarakat Batak disebut GANTI TIKAR. Biasanya  perjodohan model seperti ini karena kakak atau adik perempuan meninggal dunia. Atau apabila si kakak/adik tidak bisa memberikan keturunan. Biasanya pihak laki-laki  akan membujuk si perempuan agar mau mengganti posisi kakak/adik tersebut.
 Dari urutan  cerita diatas, bahwa walaupun cara sianak mendapat jodoh karena dijodohkan , tidak perlu lah merasa malu atau gengsi, Nasib,karir dan jodoh memang sudah diatur Yang Kuasa, tapi kita sebagai manusia yang ber iman dan percaya dengan kekuatan Doa, syah -- syah saja.  barangkali putra-putri kita tidak yakin dengan  pasangan  yang  selama ini dipacari menjadi jodohnya, barangkali tanpa kita sadari  putra-putri kita pernah mengalami Patah Hati sehingga mengakibatkan Trauma dalam mencari Jodoh, atau barangkali putra-putri kita takut Ibunda nya tidak bisa menerima calon jodohnya menjadi menantu yang bukan pilihannya, ( sudah rahasia umum bahwa antara emak dan menantu jarang akur dan kompak ) makanya si anak percaya  kepada  orangtuanya untuk mencari jodohnya.  tidak heran dizaman sekarang banyak anak-anak muda masih " sendiri "  menikmati segala rutinitasnya. Lupa akan Usia sudah 30 ( tigapuluh) tahun tapi masih jomblo.Â
Demi kebaikan putra-putra kita, dijodohkan bukanlah hal yang tabu, tidak perlu gengsi. Toh... ketika dijodohkan pun belum tentu mereka langsung menikah, mereka sebaiknya berpacaran dulu,saling mengenali, kalau memang tidak cocok jangan diteruskan, mereka juga bukan anak-anak yang bodoh, yang menerima begitu saja perjodohan tanpa mengerti dan tidak saling mencintai. Siapa tahu dengan dijodohkan timbul rasa cinta dan saling suka ,mereka bisa hidup bahagia sampai tua dan beranak cucu.Â
Tentu hal ini juga harus dibarengi "DOA dan USAHA "  Perjodohan dengan cara dijodohkan adalah suatu hal yang baik, dengan  tahapan berkenalan  lebih dahulu lalu berpacaran dan  menjadi jodoh yang berakhir di pelaminan,  tanpa harus memaksa putra-putri kita untuk menyetujuinya.  Karena mereka yang akan menjalani biduk rumah tangga mereka. Â
                                                   Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H