Mohon tunggu...
Arnoldus Ajung
Arnoldus Ajung Mohon Tunggu... Guru - Inspirasi Hidup

Hidup selalu dihadapkan pada pilihan. Maka hidup harus selalu dimaknai, agar hidup berkualitas. Hidup yang berkualitas adalah hidup yang bermakna dan bernilai, tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain. Mencoba memaknai hidup yang dianugerahkan, mencari butir-butir mutiara hidup yang tersembunyi di dalam setiap peristiwa dan pengalaman hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kedudukan dan Peranan Perempuan dalam Kitab Suci

30 Agustus 2021   03:18 Diperbarui: 30 Agustus 2021   03:22 5101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dari kisah penciptaan nyata bahwa manusia baik laki-laki maupun perempuan memiliki kesamaan martabat di hadapan Allah, yakni mereka diciptakan serupa atau secitra dengan Allah. Tidak dikatakan bahwa perempuan lebih rendah dari laki-laki atau sebaliknya, perempuan lebih tinggi martabatnya dari laki-laki. 

Mereka memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah. Artinya laki-laki dan perempuan tidak boleh saling menguasai satu sama lain atau yang satu merasa lebih hebat (superior) dari yang lain. Hendaknya laki-laki dan perempuan saling melengkapi dan bekerja sama untuk mengambilbagian dalam keseluruhan karya penciptaan Allah, yakni dengan memelihara dan mengembangkan ciptaan Allah di dunia.

Kehadiran perempuan mulai diakui atau dipandang sejajar dengan laki-laki pada saat kehadiran dan kedatangan Yesus dalam "Perjanjian Baru", dimana tanda eksklusif, yakni sunat diganti menjadi tanda inklusif, yakni permandian bagi semua orang. Dengan kata lain, kehadiran Yesus dalam Perjanjian Baru menjadi titik temu "komunitas baru", yakni antara laki-laki dan perempuan. 

Karena tanda sebagai umat pilihan khusus yang dibuat Yesus tidak hanya berlaku untuk kaum laki-laki saja, tetapi juga kaum perempuan; baik untuk seorang Yahudi, maupun bukan Yahudi; baik untuk seorang atasan, maupun budak; tanda yang menjadi pembebasan bagi mereka yang kecil, miskin, dihina, dikucilkan, ditindas dan dianggap tidak layak untuk Kerajaan Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun