Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Menanti Role Play ala Guardiola di Polesan Taktik Shin Tae-yong

24 Juni 2023   04:27 Diperbarui: 25 Juni 2023   09:10 1145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Asnawi ini nampaknya bisa dimainkan STY sebagai gelandang, kuat berduel, memiliki passing akurat dan cara membaca permainannya mantap" begitu kata Abe, pandit kampung di bincang Warung Kopi kemarin. Masih hangat euforia bolamania seperti Abe meski laga Indonesia vs Argentina telah usai 

Imajinasi Abe tidaklah salah, komentar mulut besarnya juga pas momentum karena sebagai fans fanatik Manchester City, dia merasa pantas berlagak seperti Joseph "Pep" Guardiola, pelatih hebat di dekade ini. Abe memang sedang menjunjung role play, cara hebat Guardiola mendesain taktiknya.

Jika role play itu secara sederhana berarti bermain peran dan peran itu perlu didesain secara kreatif dan inovatif, maka di sepak bola, Joseph Guardiola memang jagoannya.

Pelatih asal Spanyol yang berhasil membawa Manchester City menjuarai Piala FA, Liga Inggris, dan Liga Champions musim 2022/23 itu memang terbilang jenius soal memodifikasi peran para pemain di timnya.

"Seharusnya, STY mampu belajar dari Guardiola untuk melihat peluang inovasi itu dilakukan di timnas Indonesia," kata Abe, semakin bersemangat.

"Sudah, yang penting timnas tampil semakin baik saja sudah cukup om," balas saya yang mulai bosan dengan komentar Abe.

"Aih..tidak bisa, STY itu dibayar mahal om, jadi harus bisa," kata Abe lagi, kali ini berlagak kayak donatur besar PSSI.

Meski terkadang nampak konyol, tapi menurut saya, apa yang diungkapkan Abe ini menarik untuk dibahas. Lagian menurut saya, harapan dari Abe sudah sedikit tampak dari gaya permainan timnas di bawah asuhan coach Shin Tae-yong.

Sebelum dilanjutkan, sebagai informasi, paling tidak ada 3 (tiga) permainan peran yang berhasil dimainkan oleh Guardiola di tim yang dibesutnya. Pertama, false nine, kedua, inverter full back, dan ketiga, paling anyar halfback John Stones yang berhasil membuat Inter Milan kebingungan di final Liga Champions kemarin.

Pertanyaan besarnya adalah bagaimana inovasi role play ini dapat diterapkan di timnas senior? Mari kita bahas satu per satu.

Pertama, soal false nine. Saat masih menukangi Barcelona, Guardiola terbilang moncer memainkan taktik false nine.

Seorang pemain yang secara formasi ditempatkan seabgai pemain bernomor punggung 9 yang berarti striker, tetapi dalam perannya bisa amat fleksibel.

Itulah makanya tim yang memainkan false nine kerap disebut tidak mempunyai striker, karena tak ada pemain yang memainkan peran striker. Di Barcelona, Guardiola sukses menyulap Lionel Messi menjadi false nine yang mumpuni.

Pada saat awal pertandingan, Messi akan berada di posisi depan, tapi di fase build-up, Messi kerap turun ke lini tengah menjemput bola, mendesain serangan, dan akhirnya menyulitkan lawan.

Di akhir 2021, di Kompasiana saya pernah menuliskan sebuah tulisan berjudul "Berani Coba False Nine, Shin Tae-yong?". Waktu itu gagasannya lahir dari mandulnya lini depan timnas.

Ide yang ditawarkan juga sederhana. Saya menjabarkan bahwa filosofi false nine itu adalah ini bukan soal formasi, tetapi soal peran. Ada peran pemain yang dibuat menjadi false nine, yang dari konstan bergerak dari kedalaman, dan masuk ke pertahanan lawan.

False nine ini akan turun ke lini tengah untuk mengambil dan menerima bola dan disupport dengan teknik yang dimiliki, dia akan menguasai bola dan bergerak membuka ruang atau bahkan menjadi seorang finisher.

Waktu itu saya memberikan kemungkinan bahwa peran itu dapat dimainkan Witan Sulaeman, ketika tak ada striker murni berkelas yang dimiliki---jauh sebelum Dimas Dradjad ditemukan STY.

Bagaimana sekarang? Saya kira kemungkinan itu amat mungkin dapat diterapkan, karena kedatangan Rafael Struik dan fleksibilitas dari seorang Dimas Dradjad. 

Kedua pemain yang menjadi andalan STY di depan ini, nampaknya berkarakter bukan striker murni, tapi lebih senang bergerak dari kedalaman.

Keduanya mampu bergerak tanpa bola dengan baik, dan tak segan turun jauh ke tengah untuk menjemput bola, atau membuka ruang bagi rekan lainnya untuk muncul tiba-tiba dari garis belakang.

Jika keduanya belum maksimal, saya kira mendorong Marselino Ferdinan sebagai false nine juga bisa menjadi sebuah kemungkinan, karena kemampuan menahan bola dan membaca arah permainan Marselino yang berkelas. Artinya, false nine dapat menjadi solusi dan perlu dicoba oleh STY suatu saat.

Kedua, inverted full back. Penjelasan sederhananya adalah seorang pemain yang seharusnya menjadi fullback tapi diinstruksikan dalam beberapa situasi berubah menjadi gelandang tengah.

Meski role play ini sudah dimainkan sejak lama, yakni saat Piala Dunia 2002 yang dimotori oleh Roberto Carlos dan Cafu, namun paling anyar adalah keberhasilan Pep Guardiola merevolusi peran Joshua Kimmich di Beyern Muenchen dan Kyle Walker di Manchester City.

Di peran barunya ini, para pemain ini bahkan tak jarang terlihat menjadi pengatur permainan dengan kemampuan passingnya sekaligus menambah kekuatan di lini tengah.

Terakhir, Jurgen Klopp mengekor dengan merubah Trent Alexander-Arnold menjadi seorang Inverted Fullback-nya Liverpool. Berhasil.

Bagaimana dengan timnas Indonesia? Peran ini dapat perlahan diadaptasi oleh Asnawi pemain yang paling menarik perhatian dan nampaknya mempunyai kualitas untuk itu.

Di beberapa laga bersama timnas, nampaknya Asnawi pernah diinstruksikan untuk menjadi inverted full-back oleh STY, tapi karena belum lama berperan seperti itu, Asnawi masih terlihat kagok. Masih butuh waktu.

Selain Asnawi ada lagi pemain yang dapat memainkan peran ini? Meski agak ragu, saya kira nama Yakob Sayuri dapat dikedepankan. Pemain serba bisa yang berposisi asli di fullback ini, berulang kali dicoba STY dalam posisi yang berbeda. Perlu dicoba dan ya itu, masih butuh waktu.

Terakhir, reinkarnasi halfback John Stones di Manchester City. Lagi-lagi bisa dikatakan bahwa Guardiola sangat berani mencoba metode ini, karena memaksa Manchester City bermain dengan taktik 3-2-4-1 dari Februari 2023.

Penjelasannya adalah Guardiola mencari dua pivot di depan trio beknya, Ruben Diaz, Manuel Akanji, dan Nathan Ake. Sudah ada Rodri sebagai pivot pertama, tapi belum ada padanan yang pas dalam pencarian itu.

Alasannya cukup kuat, pivot ini perlu memiliki kemampuan bertahan yang baik, tapi juga memiliki kualitas mengoper bola dan mengontrol permainan dengan baik. Akhirnya Guardiola menemukan John Stones sebagai jawaban.

Pemahaman dan adapatasi cepat John Stones yang awalnya adalah seorang bek tengah, membuat City lancar menyerang dengan taktik 3-2-4-1 tapi tanggun ketika bertahan dengan 4-4-1-1 dengan John Stone yang mengisi ruang di belakang.

Bagaimana dengan timnas? Sangat mungkin diterapkan, karena satu nama, yakni Jordi Amat. Perhatikan bagaimana Jordi Amat bergerak dalam beberapa laga bersama timnas. 

Jordi terlihat piawai berperan sebagai gelandang dan memiliki kualitas umpan yang di atas rata-rata.

Hanya jika mau mencoba Jordi Amat sebagai halfback, STY perlu mencari tambahan bek belakang yang kuat, karena trio Jordi Amat, Elkan Baggot, dan Rizky Ridho sudah terlihat paten. 

Di bench sebenarnya masih ada Fachruddin Ariyanto yang dapat dicoba, atau jika perlu ada pemain lagi yang dinaturalisasi untuk peran itu. Akan menarik jika suatu saat benar dicoba oleh STY nantinya.

Imajinasi soal role play ini mungkin dari beberapa sisi terkesan berlebihan, tetapi sekali lagi sebenarnya sudah dicoba oleh STY meski tak kental seperti yang dilakukan oleh Guardiola di Manchester City, karena faktor kualitas pemain juga menentukan.

Oleh karena itu, dengan optimisme tinggi dan harapan bahwa taktik sepak bola modern akan terus berkembang dalam berbagai inovasi maka mesti terus menerus dicoba berbagai role play untuk mendapatkan penampilan timnas Indonesia yang lebih baik.

Begitu saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun