Jorji lalu berjalan menuju sudutnya. Membereskan handuk, raket dan tas olahraganya. Tak banyak yang terlihat. Jorji tentu saja bersedih, dia pada akhirnya tak mampu menjadi penyelamat tim.
Tak mengapa Jorji.
Tak ada waktu yang bisa diputar kembali, penyesalan juga tak ada gunanya. Menyesali kekalahan atas Thailand, dengan ingatan blunder komposisi pemain juga tak bisa mengubah situasi dan kenyataan bahwa kali ini babak semifinal pun tak dapat dipijak.
China memang tim yang tangguh, namun dalam sejarah, hanya tiga tim yang pernah menjuarai Piala Sudirman ini; China, Korsel dan Indonesia.Â
Artinya, tersingkir di perempatfinal bukanlah sebuah kepantasan bagi Indonesia. Nelangsa atau derita yang tak pantas sebenarnya.
Perlu ada evaluasi mendalam. Sudah sangat lama, yakni sudah sejak 1989, kita tak pernah juara di ajang ini. Entah sampai kapan menunggu, jikalau emas sepakbola sejak 32 tahun bisa diraih, seharusnya asa untuk juara di Piala Sudirman itu mesti terpelihara.
Harap saja, sebelum Jorji pensiun, Sudirman Cup akan kembali lagi ke tanah air. Saatnya pulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H