Paling akhir adalah soal kiper Diogo Costa. Permainan bola memang adalah kolektif, tetapi kesalahan individual akan memberi luka yang dalam, apalagi dalam babak knock out seperti ini. Â Gol striker Maroko, Youseff En- Nesyri saya kira tidak perlu terjadi, jikalau Costa pandai membaca arah bola.
Tidak sempurna menangkap bola, Costa bahkan bertabrakan dengan Ruben Diaz dan mempersilahkan En-Nesyri menyundul bola. Blunder lagi.
Ini bukan kali pertama Costa membuat kesalahan fatal. Seingat saya di fase penyisihan grup, Costa hampir juga membuat blunder ketika tidak melihat striker Ghana, dibelakangnya, beruntung striker Ghana itu terpeleset, jika tidak Portugal bisa dibuat gagal menang.
Yang membuat saya tak habis pikir adalah di bench masih ada Rui Patricio dan Jose Sa. Dua kiper yang bermain di liga lebih elit dengan tensi tinggi, tidak seperti Costa yang hanya bermain di liga lokal.
Nampaknya sesudah kesalahan tersebut, Santos sudah berpikir mengganti Costa, hanya dalam situasi ketinggalan, pergantian pemain juga perlu dilakukan dengan bijaksana. Nasi sudah menjadi bubur, Costa sudah ada di lapangan.
Bruno tak perlu lagi marah. Maroko pantas menang dengan situasi teknis yang saya maksudkan. Tak usah lagi bawel dengan hal-hal yang tak perlu. Hal non teknis tentang konspirasi itu saya rasa tidaklah penting untuk dibicarakan.
Yang paling penting sekarang adalah, Bruno sebagai pemain yang tergolong senior di timnas Portugal perlu menyiapkan timnas yang lebih kokoh dan hebat pasca Ronaldo, karena nampaknya, Ronaldo akan segera pensiun dari timnas.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H