Seperti prajurit yang ada di garis depan dengan pilihan terbatas. Modric berlari kesana kemari sepanjang 120 menit. Dia memaksa dirinya menjadi lebih muda dari usianya di setia gerakannya.
Di perannya, Modric memang membutuhkan mobilitas luar biasa. Dia bergerak mengatur serangan, membagi bola, maju dan segera mundur ketika bertahan.
Karena itu, pelatih Kroasia, Zlatjko Dalic tak pernah memberi aba-aba untuk mengganti Modric.
Dari aba-aba tangan, ia bahkan terlihat menginstruksikan timnya untuk mengatur irama, menahan laju. Mungkin untuk kebaikan Modric.
Terlihat Modric hanya akan berhenti ketika akan membetulkan uraian rambut panjangnya. Tipuan saja, karena mungkin sebenarnya dia ingin sedikit menarik napas lebih teratur.
Syukur karena rekan-rekannya yang lebih muda memahaminya. Pasalic, Kovacic dan Brozovic bergantian mengisi lubang ketika Modric melambat. Itulah yang membuat lini tengah Kroasia nampak tangguh, rapat, jarang berjarak. Salah satu kunci Kroasia menahan Brasil.
***
Mungkin saja senyuman tak berbalas itulah yang tak dipahami Casemiro. Brasil di Piala Dunia 2022 ini memang dianggap superior. Tak ada yang mengira mereka perlu kuatir tersingkir minimal sebelum babak semifinal.
Setelah mengalahkan Korea Selatan saja, Neymar sudah berkoar-koar akan menjuarai Piala Dunia, padahal perjalanan masih sangatlah jauh.
Tetapi begitulah Brasil. Mereka bergembira dalam kepercayaan diri, yang terkadang menebal tak terkendali. Casemiro salah satunya.
Dia bergerak santai seperti ketika bermain di Real Madrid, yakin bahwa akan menjadi juara juga. Dia lupa bahwa teman-temannya bukanlah Modric dan Toni Kroos.