Di babak pertama, Lautaro Martinez berhasil mencetak gol ketika nampak berhasil lolos dari perangkap offside, beruntung bagi Arab Saudi, tangan Lautaro masih tertangkap garis VAR.
Selain lepasnya Lautaro, saya kira strategi ini berjalan baik. Banyak offside terjadi, dan Argentina nampak frustrasi dibuat pemain Arab Saudi.
Kedua, pendekatan yang tepat dari pergerakan sayap pemain lawan. Renard mampu membaca bahwa kelemahan Argentina akan terlihat di sektor sayap. Khususnya sayap kanan mereka.
Di sisi ini, tugas diberikan kepada Nahuel Molina dan Angel Di Maria untuk saling membahu membangun serangan atau bertahan.
Renard dengan cerdik menempatkan Salem Al Dawsari di sana, pemain yang dijuluki Neymar Arab Saudi ini dibilang memiliki kecepatan yang mampu merepotkan pertahanan dengan akurasi tendangan yang di atas rata-rata.
Benar. Sektor ini dibuat lumpuh. Di babak pertama, Molina dibuat jarang meninggalkan posnya karena Salem Al Dawsari terus bergerak lincah di sektor itu. Itulah yang membuat Di Maria nampak bekerja sendiri, yang akhirnya tak efektif.
Di awal babak kedua, ruang ini menjadi berongga ketika Argentina berusaha lebih agresif, akibatnya sisi itu hanya terisi oleh dua bek tengah.
Hal ini membuat Al Dawsari dan penyerang tengah Saleh Al-Shehri memiliki ruang lebih untuk melepaskan tendangan mematikan dan menghasilkan gol.
Ketiga, kontra strategi saat sedang unggul yang lagi-lagi ampuh. Perhatikan saja. Ketika Lionel Scaloni menjadi panik dan memasukan tambahan pemain agresif seperti Julian Alvarez, Renard memasukan Alganham yang lebih defensif.
Kontra strategi membuat tak banyak ruang terbuka bagi Albiceleste, terutama ketika mereka ingin memainkan bola dari kaki ke kaki.