Bingung. Saya kira itu kata yang cukup tepat untuk menggambarkan suasana pikiran dan hati saya ketika skor akhir menunjukan 2-1, untuk kemenangan Arab Saudi atas tim yang jauh lebih diunggulkan Argentina.
Apakah Argentina yang tampil buruk, ataukah Arab Saudi yang terlampau hebat untuk dikalahkan Argentina?
Kecondongan saya lebih memilih yang pertama, tetapi tak dapat dipungkiri bahwa Arab Saudi dikatakan tampil apik, dengan taktikal yang tepat.
Untuk itu, saya perlu mengetengahkan nama Herve Renard pelatih Arab Saudi berusia 54 tahun itu, sebagai protagonis dalam laga tersebut.
Kontra strategi Renard membuat pelatih Argentina, Lionel Scaloni hampir habis akal terutama setelah ketinggalan 1-2. Apa yang dilakukan oleh Renard?
Saya kira paling tidak ada 3 (tiga) cara yang dapat dikatakan jenius oleh Renard untuk melumpuhkan Argentina.
Pertama, strategi high line defensive yang terbilang sukses. Saya kira ini strategi yang amat berani, atau dalam kata lain sebuah perjudian dengan resiko tinggi, dan syukurnya berhasil bagi Arab Saudi.
Perhatikan saja. Ketika Argentina menguasai bola, maka empat pemain belakang sejajar milik Arab Saudi akan naik mengikuti para striker Argentina hingga mendekati garis tengah lapangan.
Garis pertahanan yang naik jauh ini, memang membuat pressing pemain Arab Saudi berjalan berhasil, karena ruang menjadi semakin sempit bagi pemain Argentina, tapi jika tak berhasil maka akan terhukum dengan kejam.
Maksud saya adalah jika ada umpan terobosan yang berhasil—tidak terkena jebakan offside, ketika salah satu pemain belakang kurang disiplin, maka striker akan tinggal berhadapan dengan kiper Al-Owais.
Di babak pertama, Lautaro Martinez berhasil mencetak gol ketika nampak berhasil lolos dari perangkap offside, beruntung bagi Arab Saudi, tangan Lautaro masih tertangkap garis VAR.
Selain lepasnya Lautaro, saya kira strategi ini berjalan baik. Banyak offside terjadi, dan Argentina nampak frustrasi dibuat pemain Arab Saudi.
Kedua, pendekatan yang tepat dari pergerakan sayap pemain lawan. Renard mampu membaca bahwa kelemahan Argentina akan terlihat di sektor sayap. Khususnya sayap kanan mereka.
Di sisi ini, tugas diberikan kepada Nahuel Molina dan Angel Di Maria untuk saling membahu membangun serangan atau bertahan.
Renard dengan cerdik menempatkan Salem Al Dawsari di sana, pemain yang dijuluki Neymar Arab Saudi ini dibilang memiliki kecepatan yang mampu merepotkan pertahanan dengan akurasi tendangan yang di atas rata-rata.
Benar. Sektor ini dibuat lumpuh. Di babak pertama, Molina dibuat jarang meninggalkan posnya karena Salem Al Dawsari terus bergerak lincah di sektor itu. Itulah yang membuat Di Maria nampak bekerja sendiri, yang akhirnya tak efektif.
Di awal babak kedua, ruang ini menjadi berongga ketika Argentina berusaha lebih agresif, akibatnya sisi itu hanya terisi oleh dua bek tengah.
Hal ini membuat Al Dawsari dan penyerang tengah Saleh Al-Shehri memiliki ruang lebih untuk melepaskan tendangan mematikan dan menghasilkan gol.
Ketiga, kontra strategi saat sedang unggul yang lagi-lagi ampuh. Perhatikan saja. Ketika Lionel Scaloni menjadi panik dan memasukan tambahan pemain agresif seperti Julian Alvarez, Renard memasukan Alganham yang lebih defensif.
Kontra strategi membuat tak banyak ruang terbuka bagi Albiceleste, terutama ketika mereka ingin memainkan bola dari kaki ke kaki.
Ketika buntu, Scaloni mulai menginstruksikan pemain Argentina untuk lebih melakukan crossing.
Sial bagi Argentina, instruksi ini terlihat mubazir, karena seperti memaksa Messi untuk berduel udara, sebuah spesfikasi paling minim yang dimilikinya. Tak efektif.
Jika terus tampil cerdas seperti ini, saya kira Arab Saudi bukan tak mungkin dapat bergerak lebih jauh. Dengan catatan, Renard juga perlu membaca karakteristik pemain Meksiko ataupun Polandia, dua lawan selanjutnya bagi Arab Saudi.
Bagi Argentina, kekalahan ini belumlah kiamat. Saya memprediksi peluang untuk lolos masih terbukan lebar. Laga pertama memang sulit, dan kekalahan ini bisa menjadi koreksi dan pelecut agar Messi cs dapat tampil lebih hebat di laga selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H