Soal ini, saya akan berkomentar singkat. Tidak ada pemain yang bertipe leader di lapangan yang mampu menggerakan semangat pemain ketika tertinggal dari lawan dan waktu hampir habis. Tidak ada.
Sebagai kapten, saya kira Asnawi juga belum mampu. Malah dalam kepanikannya, Asnawi ragu dan tak berhasil memberikan umpan akurat pada rekan-rekannya.
Biasanya, peran ini diambil oleh pemain yang lebih senior, seperti Fachrudin misalnya, tetapi hal ini tidak berjalan. Ini membuat pemain tenggelam dalam kepanikan di lapangan. Umpan antar pemain dipenuhi dengan kesalahan, dan mulai tidak percaya diri bahwa akan dipermalukan oleh Singapura.
Saya bermimpi, ada sosok pemain yang berteriak, menggerakan kedua tangannya untuk mengangkat semangat tim, apalagi dalam keadaan tertekan. Saya kira Asnawi perlu berlatih untuk itu.
Sebenarnya ada Rachmad Irianto atau Ricky Kambuaya yang dapat melakukannya, seperti para gelandang bertipe keras seperti Edgard Davids atau Gennaro Gattuso yang bukan saja mampu bermain spartan tetapi juga mampu membangkitkan semangat timnya.
Jika tidak, maka dalam situasi yang sama di babak final, belum tentu timnas Indonesia mampu mengatasinya.
Bicara final, jelas sekali bahwa jika Indonesia bermain seperti ini maka akan jadi bulan-bulanan lawan, baik itu Thailand atau Vietnam. Artinya masih ada kesempatan bagi Shin Tae-yong sebagai pelatih untuk memberikan evaluasi dan perubahan di babak final nanti. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H