Hal kedua yang saya perlu garis bawahi adalah cara pergantian pemain oleh coach Shin Tae-yong yang lagi-lagi tidak tepat.
Pergantian mana yang saya maksudkan? Saya kira ketika Elkan Baggott dan Egy Vikri dimasukkan, menggantikan Rizki Ridho dan Ricky Kambuaya, saat kita membutuhkan tambahan gol.
Nampak pergantian ini bertujuan agar Indonesia bermain lebih agresif, tetapi pada kenyataannya tidak. Pertama-tama, saya menggaris bawahi soal dimasukannya Elkan Baggot. Ada dua hal yang menjadi perhatian saya sebenarnya. Â
Pertama, Elkan masuk tidak merubah formasi dasar, karena menggantikan Rizki Ridho berarti memainkan pola tetap 5-4-1, karena bek tengah tetap diganti bek tengah.
Selanjutnya memang Elkan ditempatkan di depan menemani Hanis Saghara, tetapi itu dilakukan setelah Indonesia di ujung tanduk, ketinggalan 1-2. Sedangkan Elkan masuk ketika skor masih 1-1.
Kedua, Elkan memiliki keunggulan postur tubuh, namun soal kecepatan, saya kira Elkan masih biasa saja, termasuk kemampuan positioningnya yang juga menjadi tanya, karena Rizki Ridho nampak kuat jika bicara soal positioning.
Tidak memiliki kecepatan, membuat saya lebih lanjut bertanya apa harapan dari Shin Tae-yong memasukkan Elkan ketika laga seharusnya dipercepat temponya.
Tidak efektif, dan menurut saya dimasukannya Elkan hampir tanpa kontribusi sama sekali.
Soal dimasukannya Egy Vikri menggantikan Ricky, jelas kemampuan agresifitas. Hanya nampak keliru, karena sepeninggal Ricky, kreatifitas hampir padam bagi timnas.
Ricky yang biasa mampu memberikan assist, membuka ruang belum bisa digantikan perannya oleh Egy, yang nampak masih belum nyetel dengan tim.
Ketiga, persoalan mental dan psikologis yang urgen dibenahi.Â