Saya yang mencak-mencak di rumah, apalagi terjadi saat Indonesia masih tertinggal 0-1mengira Rumakiek sudah cedera. Shin Tae-yong apalagi, dia terlihat beradu mulut dengan wasit keempat di pinggir lapangan.
Syukurlah seusai kejadian aneh itu, kamera menyoror Rumakiek yang sempat dipapah ke luar lapangan sudah berdiri dan melompat-lompat, semangat lagi. Mungkin Rumakiek bergumam dalam hati " Gw demen nih sama wasitnya, kayak main di Liga 1".
Kejadian kedua adalah ketika Ezra Walian dikartu kuning wasit yang bernama panjang Ammar Ebrahim Hasan Mahfoodh ini.
Kejadian itu terjadi ketika Indonesia menguasai bola, lalu passing dilakukan Ezra pada Irfan Jaya dan diganggu pemain Malaysia (kalau tak salah) Badroll Baktiar, dan Badroll jatuh dan Ezra mendapat kartu kuning. Aneh tapi nyata.
Masih ada kejadian lainnya akan tetapi sudahlah, Indonesia sudah menang. Lagian satu hal yang paling saya takutkan adalah jikalah Ebrahim "kumat" dengan menganulir gol, yang sepantasnya gol.
Ini membuat saya kira perlu diberi catatan serius yaitu mempertimbangkan agar VAR dapat digunakan di AFF berikutnya. Â
Maksud saya begini. Positifnya memang Ammar dapat menghibur dengan kekonyolan melalui keputusan-keputusannya tetapi jelaa tidak selaras dengan semangat fair play.Â
Lebib lanjut, saya bahkan kuatir jika Ebrahim yang emimpin laga Indonesia di semifinal. Semoga jangan. Â
Kejanggalan kedua yakni soal Dion Cools, pemain naturalisasi yang dibanggakan seantero rakyat Malaysia itu.
Pantas saja Dion Cools diagungkan, pemain yang  lahir pada 4 Juni 1996 di Kuching, Malaysia ini pernah bermain di kasta tertinggi klub Eropa, yakni Liga Champions. Kalau tidak percaya, lihat saja di Youtube, ada kok.
Jadi, pemain jangkung ini ternyata pernah membela tim utama Club Brugge saat mengarungi Liga Champions 2015.Â