Berto, kawan kantor yang adalah Milanisti garis keras kerap misuh-misuh, meski Timnas Italia juara Euro 2020. Seharusnya tidak, karena ada pertalian darah Italia dan AC Milan? Tetapi tidak demikian dengan Berto, dia terlalu personal melihatnya, karena merasa telah dikhianati dan tersakiti.
Berto mengingat dengan jelas bagaimana caranya Gianluigi Donnaruma, sang kapten yang memilih untuk tidak memperpanjang kontrak dan memilih klub kaya, PSG sebagai labuhan berikut, setelah sempat membuat muak Berto tampak awut-awutan takkala rumor Donnaruma ke Juventus juga santer terdengar.
Ketika Donnaruma mengangkat tropi Euro 2020 dan plakat pemain terbaik Euro, Berto terdiam, tak antusias sama sekali.
Berto juga tak mau ikut tertawa akan meme yang bertebaran, salah satunya yang menyebut bahwa Donnaruma ingin menyamai Messi saat memilih ke PSG.
Menjadi pemain terbaik dunia sebanyak enam kali? Tentu saja tidak, tetapi minimal bayaran gaji yang diterima setara atau mendekati.
Soal kemampuan finansial, Berto tertunduk sedih, sedikit malu. Bukankah itu juga yang membuat Berto memukul keras tembok di kantor saat baru menyadari Hakan Chalhonuglo, playmaker asal Turki itu malah pindah ke rival terbesar mereka, Inter Milan. Khianat dan perselingkuhan terjadi.
Hakan memang berselingkuh, dan Berto terlihat menyesal, karena dirinya jarang sekali menikmati sinetron buatan Turki, yang ternyata tak sedikit kisahnya adalah tentang perselingkuhan, bukan hanya propaganda kebesaran tentang Erdogan semata.
Kerap tersakiti, Berto nampak tak terlalu berselera untuk mengikuti berita transfer AC Milan musim yang baru ini.
Mungkin Berto tak mau bersenang akan kedatangan pemain baru hanya untuk disakiti atau ditinggalkan lagi. Beuhh, Berto memang melankolis orangnya.
Saya sendiri, tidak mau pesimis. Lagian, seharusnya menurut saya sebagai penggemar garis keras bin fanatik, saya kira Berto tidak mesti secengeng itu.
Lah, menjadi penggemar itu harus siap bahwa aka nada pasang dan surut, nah yang sejati akan tetap ada kala duka maupun senang, meski memang risikonya tersakiti.
Berto tak bisa terlalu banyak berharap bahwa era Marco Van Basten, Frank Rijkaard, dan Ruud Gullit akan terulang segampang membalikkan telapak tangan. Ah, lupakan trio Belanda, sebut saja era Andriy Shevchenko, Clarence Serdoff, Nesta, dan Thiago Silva, itu juga tak mudah.
Akan tetapi bukankah itu kenikmatan sebagai seorang penggemar sejati, diobok-obok secara emosional, diejek, tersudutkan di balik layar monitor kantor ketika cerita tentang prestasi dan transfer Milan menjadi bahan bully yang tak sopan sama sekali.
Soal transfer Milan, menurut saya Berto harus optimis, meski sedikit dipaksakan.
Misalnya kedatangan Olivier Giroud, meski sudah melewati kepala tiga, Berto mesti berbangga, karena Milan kedatangan pemain bermental Piala Dunia. Ini sang juara Piala Dunia 2018.
Lupakan sejenak bahwa Giroud yang tak terpakai di Chelsea dan menjadi cadangan di Timnas Prancis.
Bayangkan saja bahwa Giroud ingin membuktikan sesuatu saat berseragam nomor sembilan di AC Milan.
Giroud ingin membuktikan bahwa dia belum habis, bahkan menuju Piala Dunia 2022 nanti, dia lebih baik dari Karim Benzema.
Ya, Benzema-lah yang membuat Giroud harus terpinggirkan, apalagi jarang dimainkan di Chelsea membuat Deschamps, pelatih Prancis bahkan ragu memainkan Giroud dari awal.
Giroud juga seperti hanya dipanggil untuk memotivasi Kylian Mbappe dan Benzema, agar membuktikan bahwa duet mereka lebih berhasil daripada mesti memainkan Giroud.
Nah, jika tampil hebat di Milan, Giroud tentu saja bisa kembali menarik perhatian Deschamps.
Yang terakhir, soal Giroud, maka banyak orang akan penasaran untuk melihat duet veteran, Giroud dan Ibrahimovic. Duet pemain bertubuh besar, yang diharap akan menyulitkan para bek di Seri A nanti.
Berto tak usah berpikir, bahwa keuzuran mereka akan membuat mereka tampil lambat bin lamban dan gampang dimatikan bek lawan.
Ah, ingat saja Ibra, yang sempat diragukan malah tampil hebat di Milan, meski akhirnya dihantam cedera. Begitu juga, Giroud bisa membuat kejutan di Milan nanti.
Kabar transfer terakhir juga menyebutkan bahwa aka nada swap deal antara Coutinho dan Allesio Romagnoli, bek berpengalaman AC Milan.
Jika ini terjadi, maka Berto pantas bergembira, kehilangan Hakan akan ditutupi kedatangan Coutinho secara paripurna.
Dan yang pasti, ketersediaan pelayan bagi para raksasa tua, Ibra dan Giroud sudah terpenuhi dengan kehadiran Coutinho, tetapi dengan syarat, Berto harus banyak berdoa, agar Coutinho yang melempem di Barca jangan habis cair di Milan. Kasihan nanti.
Di pos kiper, sudah ada Mike Maignan, pengganti Donnaruma. Saya optimis dengan Maignan ini, penampilannya bersama Lille bisa terbilang hebat.
Debut Maignan pasti akan ditunggu Milanisti, bisa saja, Maignan bisa sehebat Donnaruma, atau menyerupai Dida pada masanya.
Nama-nama seperti Fikayo Tomori, Sandro Tonali, Ballo Toured an Brahim Diaz juga menjadi langkah cerdas transfer Milan yang diarsiteki Paulo Maldini dan Ricky Massara.
Ada investasi pemain muda disana, dan jika berjalan baik, dua atau tiga tahun, mereka akan tampil hebat dan membawa AC Milan meraih prestasi---asal dengan catatan, jangan mudah terjual lagi.
Sederhananya akan seperti ini. Jika para pemain baru ini, cepat nyetel dengan Stefano Pioli, maka Milan akan tampil hebat.
Berto perlu berharap agar konsistensi juga terjaga, karena tentu saja asanya bukan saja tampil hebat dan menjadi juara paruh musim saja, tetapi meraih scudetto dan tampil baik di Eropa. Begitu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H