Mancini berhasil membujuk Chiellini membatalkan niat pensiun sesudah Buffon dan Barzagli memang benar-benar pensiun dari timnas, lalu membuat para pemain muda nyetel dengan sepakbola yang diinginkannya, dengan Chiellini sebagai pengobar semangat sebagai pemain paling senior.
Pertanyaannya adalah apakah dalam situasi seperti ini dapat berarti bahwa Italia akan dengan mudah meneruskan tren kemenangannya dengan mengalahkan Spanyol di semifinal Euro nanti?
Jika harus jujur, maka tidak akan semudah itu, meski lebih cemerlang di Euro 2020 ini, sepakbola tidak bisa dinilai secara linier, matematis.
Meski selalu menang, mungkin penikmat bola dan penggemar Italia sempat terkejut bahkan was-was ketika skuad Mancini yang tampil hebat di fase grup hampir dikalahkan Austria di babak 16 besar.
Saat itu, jika gol Marko Arnautovic tidak dianulir di waktu normal, tidak ada lagi kisah kehebatan Italia.Â
Beruntung di babak perpanjangan waktu, dua pemain pengganti Marco Pessina dan Federico Chiesa mampu mencetak dua gol, yang dibalas Austria satu gol saja.
Keberuntungan? Ya, keberuntungan, satu faktor yang tidak boleh diremehkan. Siapa yang mendapat belas kasihan kemujuran di laga yang semakin berat ini, dialah yang akan menjadi pemenang.
Publik mungkin sedikit lupa, bahwa sejarah kejayaan Italia di Euro memang kental dengan keberuntungan. Satu-satunya gelar Italia di ajang ini yakni pada Tahun 1968, dinaungi oleh keberuntungan.
Saat itu dalam skema yang agak unik, dengan babak penyisihan dimainkan sejak 1966, empat tim berhasil menjejak semifinal.
Para legenda Italia, Giacinto Facchetti, Gianni Rivera, Luigi Riva dan sang Kiper, Dino Zoff di babak itu berhadapan dengan Yugoslavia, Uni Soviet dan Inggris.
Italia Vs Uni Soviet. Dalam laga 90 menit + 30 menit babak semifinal antara kedua tim, Â skor masih imbang kacamata.