Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kota Kupang, Curah Hujan, dan Mimpi "Menanam Air"

5 Januari 2021   21:38 Diperbarui: 6 Januari 2021   15:30 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam 5 Januari 2021 ini, suhu udara terasa panas. Saya tidak bisa memastikan bagaimana cuaca karena langit terlihat gelap, bintang tak banyak terlihat. Mengapa saya harus memastikan hal ini, karena biasanya kalau malam terasa panas maka hujan akan turun. Tapi entah kapan, hujan memang penuh misteri di Kota Kupang,NTT.

Panas di malam hari memang tak berarti hujan. Begitu juga dengan langit Kupang yang jika meminjam judul sebuah lagu bahwa tak selamanya mendung itu kelabu, begitu juga langit kupang, tak selamanya mendung bahkan pekat itu berarti akan hujan. Padahal sudah Januari.

Menurut prediksi BMKG di Januari ini akan masuk puncak curah hujan. Tetapi belum terlihat hujan akan tampak terus menerus akan turun. Mungkin saja pada tahun ini curah hujan juga akan rendah di Kupang seperti yang terjadi pada akhir tahun 2019 lalu.

Beberapa tahun lalu, biasanya hujan deras akan mulai turun waktu natal dan pada tahun baru, namun pada akhir tahun 2020, hujan hanya turun beberapa hari sebelum 25 Desember. Sesudah itu Kota Kupang menjadi panas terik, dan baru tadi siang kembali hujan mesti tidak merata di beberapa tempat di Kota. Ada yang gerimis, tapi ada yang lumayan deras.

Persoalan yang paling besar di balik curah hujan yang rendah ini sebenarnya bukan soal panas terik, tetapi kekuatiran bahwa curah hujan yang rendah akan membuat musim kemarau semakin panjang dan regenerasi air akan terhambat.

Saya akan membahas lebih lanjut tentang bagaimana soal regenerasi air ini di dalam sebuah frasa "krisis air" di Kota Kupang. Curah hujan yang kecil dipercaya berpengaruh kepada pasokan air tanah yang ada, sehingga ketika air tanah semakin dieksploitasi tanpa daur ulang atau isi ulang dari air hujan, maka krisis air di Kota Kupang akan semakin memburuk di masa depan.

Di tengah kekuatiran ini, konsep "menanam air" kembali dimunculkan dan ingin digalakkan Pemerintah Kota sejak 2017. Menanam air ini adalah konsep sederhana untuk menangkap air hujan agar terserap ke dalam tanah.

Dalam konsep ini, ketika hujan terjadi maka air hujan yang pada dasarnya merupakan air bersih berusaha dialirkan ke dalam tanah melalui sumur resapan, resapan biopori atau berbagai tempat penampungan air lainnya seperti danau, situ, waduk, ataupun sungai.

Apakah program ini berjalan dengan baik? Dari landasan teori mungkin dapat dipahami tapi mimpi "menanam air" ini jika dilihat dari taraf aplikasinya maka menemui berbagai kendala. Awalnya memang timbul masalah dari konsep program dan pembiayaan, namun ternyata berkembang menjadi persoalan pembebasan lahan.

Di sebuah daerah di pinggiran kota bahkan timbul penolakan dari masyarakat dalam hal pembebasan lahan untuk pembuatan bendungan.

Sebenarnya pembuatan sumur resapan dapat diusulkan melalui dana kelurahan, namun persoalannya di kelurahan tersebut juga tidak tersedia lahan untuk "menanam air".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun