Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Lawan Virus Mutasi, Pasrah atau Adaptasi dengan 2 Cara Ini?

4 Januari 2021   18:32 Diperbarui: 4 Januari 2021   19:47 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dilansir dari Kompas.Com, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro mengatakan bahwa virus mutasi corona yang awal mula teridentifikasi di Inggris membuat ancaman Covid-19 semakin tidak boleh diremehkan. Paling tidak salah satu hal yang membuat virus mutasi ini semakin berbahaya adalah kemampuannya dalam penularan yang menjadi lebih tinggi, yakni hingga 70 persen. Virus mutasi ini disebut dengan SARS-CoV-2 yang merupakan jenis virus RNA (ribocnuleic acid) yang tergolong paling besar dalam keluarga virus corona.

Di lingkungan sekitar saya, berita bermutasinya virus corona  ini mengundang beragam tanggapan. Ada yang berespons serius dengan lebih memperketat anjuran pemerintah seperti  3M yakni mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak, bahkan sudah bergerak ke 5 M dengan menambah aspek membatasi mobilitas atau interaksi serta menjauhi kerumunan.

Akan tetapi ada juga yang berespons seperti pasrah terhadap keadaan. Merasa bahwa ini adalah sebuah takdir yang harus dijalani tanpa upaya baru untuk mencegah dan menjaga agar tubuh kita tetap sehat. "Ah, sudah mau bermutasi seperti apapun, ya kita sudah harus hadapi" kata orang dalam jenis yang ini.

Saya sebenarnya berusaha paham akan tanggapan seperti ini. Kelompok orang seperti ini biasanya nampak lelah dengan apa yang dia telah lakukan dalam keadaan seperti ini, atau bahkan sudah merasa maksimal telah melakukan apa yang perlu dikerjakan.

Misalnya ada yang bicara seperti ini karena sudah lelah melakukan upaya protokol kesehatan bahka sudah beradaptasi untuk memiliki kebiasaan baru yang sehat, seperti tidur teratur, makan makanan sehat atau olahraga teratur. "Ya, sudah saya sudah lakukan, virus bermutasi, saya bisa apa lagi, semua sudah saya lakukan" kata orang dalam kelompok ini.

Dalam keadaan seperti ini saya pikir hal yang penting dan harus dijaga ketika virus bermutasi adalah kita perlu untuk terus beradaptasi bukan saja soal kebiasaan hidup sehat tetapi juga masuk ke dalam mindset "adaptasi semangat".

Maksud saya seperti ini; virus terus bermutasi tetapi semangat kita untuk menghadapinya harus ikut bermutasi atau semakin berkobar lagi.

Kita tentu sepakat bahwa 2021 adalah tahun harapan. Harapan itu sebuah hal yang positif, di tengah situasi yang pelik yang tak boleh hilang adalah harapan dan semangat.

Tadi pagi saya baru ngobrol dengan orang tua yang sudah lansia, soal menghadapi keadaan pandemi yang entah kapan akan usai. Mereka mengatakan sebuah kalimat yang membuat saya penuh dengan harapan untuk menghadapi pandemic Covid-19 di tahun 2021 ini. 

"Jika kita boleh melewati 2020 di tengah kekalutan yang terjadi, masak 2021 kita tidak bisa melewatinya" begitu kata mereka.

Kalimat yang memotivasi ini tentu saja menambah semangat saya untuk menghadapi berita virus mutasi di atas dengan kontrol penuh dan positif. Meski tentu tidak mudah menjalaninyha, namun hal ini perlu terus diusahakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun