Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Kehilangan Fokus dalam Menulis? "Wildly Important" adalah Koentji

11 Mei 2020   14:46 Diperbarui: 13 Mei 2020   15:58 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ada hujan tak ada angin, suatu hari seorang teman bertanya pada saya. “Bro, bagaimana sih bisa fokus saat sedang menulis sebuah artikel?”.

Gubraak. Saya terserempak bingung untuk menjawabnya. Ini kan pertanyaan sulit. Persoalannya, saya ini amatir soal yang beginian, level minimal pulak. Ibarat orang mau belajar nyetir mobil, tapi nanyanya pada mantan kondektur. Jadinya gelaplah isi dunia.

Tapi mamak saya pernah menasihati begini; kebahagiaan sejati itu adalah memberi dari kekurangan. Karena nasihat mamak itulah, lalu saya memberanikan untuk menjawab pertanyaan dari teman itu dengan amat seadanya.

“Soal fokus ya Bro? Baiklah. Fokus itu penting dalam hidup Bro” saya mulai bermanuver, sok tahu.

“Lalu…?” tanya teman saya tadi, seperti penasaran akan apa yang mau saya ungkapkan.

“Nah, supaya fokus, banyak minta ampun dosa, lalu hidup harus banyak tawakalnya”

“Lalu, hubungannya dengan fokus dalam menulis apa Bro?”

“Nah itu dia…Bro, sebelum membahas soal fokus dalam tulisan, lu minta ampun dosa lu dulu deh”.

“Kampr*t..”

***

Kurang lebih seminggu, sesudah percakapan yang hampir tak ada gunanya itu, saya tiba –tiba mendapat ilham tentang fokus ini, setelah rampung membaca sebuah buku bagus.

Buku tersebut berjudul “The 4 Disciplines of Execution” yang ditulis oleh Sean Covey dan Chris McChessney, ini buku box seller lho. Promosi nih? Bukan, hanya ingin sedikit sombong bahwa saya juga pernah baca buku bagus. Eahh..

Dalam buku ini dipaparkan tentang Empat Disiplin yang perlu dilakukan agar eksesusi seorang leader terhadap sebuah proyek bisnis atau berkaitan dengan pengelolaan manajemen di kantor dapat berhasil.

"Gagasan bagus mungkin akan banyak muncul ketika hendak menulis, tetapi kita harus memilih untuk “Fokus pada the Wildly Important” yakni ide utama atau sasaran penting tersebut." 

Empat prinsip itu adalah Fokus pada The Wildly Important, Bertindak pada Lead Measures, Mengelola Scoreboard yang memotivasi dan Menciptakan Irama Akuntabilitas.

Meskipun tidak khusus membahas tentang menulis, namun saya pikir akan menarik jika isi buku ini dikuliti dan dianalogikan sebagai pijakan dalam belajar menulis. Misalnya, ketika bicara soal fokus, maka dapat dihubungkan dengan disiplin pertama yakni “Fokus pada The Wildly Important”.

Nah sebagai jembatan dari isi buku ke fokus menulis, perlu diajukan sebuah pertanyaan; Mengapa orang tidak fokus ketika sedang menulis?

Dalam buku ini, dijelaskan bahwa sebenarnya ada “musuh” dari fokus di bidang manajemen yang harus diketahui yaitu Whirlwind atau angin puting peliung.

Whirlwind dalam sebuah pekerjaan digambarkan sebagai sesuatu yang dapat merampas fokus ketika sedang bekerja dan nampak mendesak sekali.

Apa contohnya whirlwind dalam menulis ini? Sesuatu yang tiba-tiba datang dan mengaburkan ide awal kita.

Saya memberikan contoh ketika ingin menulis tulisan bertema bola—topik yang saya (pernah) biasa tuliskan di K. Seumpama, saya ingin menulis tema atau ide tentang “Kesetiaan Lionel Messi pada Barcelona”.

Tiba-tiba di tengah tulisan, saya teringat tentang Newell Old Boys, klub pertama Messi waktu masih muda, gawatnya saya mendadak lebih ingin membahas Newell Old Boys. Padahal, tema awal yang direncanakan sebelumnya adalah menuliskan tentang Barcelona. Ini yang namanya kehilangan fokus.

Nah, “Fokus pada The Wildly Important” ini berarti mengarahkan pada sasaran yang paling penting. Seringkali, “Wildly Important” ini dalam menulis disebut dengan ide utama. Sedangkan “Whirlwind” adalah hal yang sepertinya mendesak, tapi bukan paling penting.

Artinya, dalam contoh tema, “Kesetiaan Barcelona dan Lionel Messi” disebut sebagai ide utamanya untuk ditulis dan Newells Old Boys hanyalah Whirlwind yang perlu disingkirkan meskipun terlihat “menggairahkan” juga untuk ditulis.

Pada prinsipnya seperti ini; Jika terlalu banyak hal yang ingin dituliskan maka akan semakin berkurang fokus dari pencapaian terhadap ide utama kita.

Gagasan bagus mungkin akan banyak muncul ketika hendak menulis, tetapi kita harus memilih untuk “Fokus pada the Wildly Important” yakni ide utama atau sasaran penting tersebut.

Lalu bagaimana caranya untuk menjaga “Fokus pada The Wildly Important” dalam aktififas menulis kita? Paling tidak, saya melihat ada 2 (dua) hal yang dapat dilakukan;

Pertama, usahakan untuk membuat outline sebelum menulis. Outline ini dikenal juga dengan kerangka tulisan, kuali ide/gagasan dan sebagainya.

Prinsip yang terkandung di dalam outline adalah apa sasaran penting dalam tulisan tersebut, dan poin-poin apa yang mendukung sasaran penting dari tulisan tersebut.

Secara teori, dari buku “The 4 Disciplines of Execution”, sasaran penting itu disebut dengan “Wildly Important” atau ide utama, sedangkan gagasan penyokong untuk memperkuat ide utama itu tulisan kita disebut dengan “Wild Important Goal” (WIG).

Dari tulisan bola tadi, mari kita kuliti lebih jauh. Ide utamanya adalah menuliskan tulisan dengan tema “Kesetiaan Lionel Messi pada Barcelona”. Apa yang dapat dijadikan WIG, atau poin-poin penyokong atau pendukung tulisan dengan tema ini?

Untuk menggali dan mendapatkan poin/gagasan pendukungnya, kita bisa menggunakan pola 5W-1H, brainstorming, mind mapping atau apa saja. Metode dapat berbeda, yang terpenting adalah menghasilkan poin/gagasan yang bisa mendukung sasaran/ide utama kita.

Misalnya, dengan mengajukan berbagai pertanyaan. “Berapa lama Messi sudah bermain di Barcelona?”, “Apa yang membuat dia sangat dekat dengan Barcelona, besar gajinya, gelar yang diraihnya?” lalu “Bagaimana relasinya dengan pelatih, pemain?” dan sebagainya. 

Jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini akhirnya dijadikan sebagai gagasan pendukung dari ide utama tulisan kita. 

Lalu muncul pertanyaan, bukankah ada kemungkinan untuk membahas juga soal Newell Old Boys tadi? Nah ini pertanyaan menarik.

Ketika sudah membuat outline, maka whirlwind yang pada awalnya dianggap sebagai pengganggu dapat ditransformasikan menjadi pendukung atau pelengkap dalam tulisan kita, bahkan dapat menjadi amunisi yang baik bagi tulisan kita nantinya.

Ini berarti outline dapat membantu kita untuk mengontrol penuh tulisan kita sembari terus fokus pada sasaran penting/ide utama, dengan sokongan gagasan lainnya saat menulis nantinya.

Kedua, berani untuk menghilangan gagasan pendukung yang dianggap kurang penting atau tidak perlu. Perlu diingat kembali bahwa dalam “Fokus pada Wildly Important” ada prinsip penting, yakni “gagasan yang baik akan selalu lebih banyak daripada kapasitas untuk mengeksekusinya”.

Tentang ini, dalam prinsip manajemen di buku “The 4 Disciplines of Execution” dijelaskan bahwa bila sebuah tim fokus pada 2 atau 3 sasaran, maka tim tersebut akan lebih efektif untuk mencapai sasaran penting mereka, daripada lebih banyak sasaran.

Artinya jika ada poin yang telah dibuat dan perlu ditelaah kembali ataupun memungkinkan agar bisa digabungkan menjadi satu maka gabungkan saja, bahkan jika harus dikeluarkan karena dirasa tidak perlu. Kick!

Misalnya, ketika me-list elemen gagasan pendukung yang akan dimasukkan di tulisan “Kesetiaan Messi pada Barcelona” terdaftar juga gagasan pendukung “Anak dan istri Messi”.

Lha, ini mungkin kurang cocok diurai di tema ini, karena itu singkirkan dulu sementara. Tapi jangan dihapus karena mungkin saja dapat menjadi selumbar penting untuk tulisan lainnya. Misalnya untuk tema tulisan “ Cinta Messi pada Keluarga” atau yang lain. Joss kan?

Ada sebuah illustrasi yang cukup baik dari buku “The 4 Disciplines of Execution” untuk menggambarkan keharusan membatasi gagasan pendukung dari ide utama tersebut.

Dituliskan bahwa ibarat seorang pengawas lalu lintas pesawat terbang di sebuah menara, maka sebagai penulis, kita harus memastikan bahwa pesawat dapat mendarat dengan selamat, dan itulah esensi “Fokus pada Wildly Important” tadi.

Sang pengawas memang bertugas memastikan atau memantau banyak pesawat yang sedang terbang berada dalam radar, tetapi tugas utamanya adalah mampu mendaratkan satu pesawat terbang yang harus mendarat pada saat itu dengan baik (land one at time).

Artinya, dari banyaknya unsur penyokong yang bisa dituliskan, tetap perlu dibatasi di outline. Arahnya, agar ketika nantinya elemen itu dijadikan tulisan dapat melancarkan ide utama kita mendarat dengan mulus atau dipahami dengan baik oleh pembaca. Nah, bayan toh?

Soal fokus di outline saya rasa sudah beres. Lalu bagaimana soal isi tulisan nanti? Jangan buru-buru dulu, makanan aja harus melalui proses 32 kali kunyahan, apalagi belajar menulis yang ribet ini.

Rencananya dalam tulisan berikut, saya akan mengajak kita menggalinya isi tulisan dengan menggunakan prinsip kedua dalam buku The 4 Disciplines of Execution, yakni “Bertindak pada Lead Measures”. Baru rencana saja lho.

Gambaran dalam bagian ini adalah membuat isi tulisan lebih konsisten terhadap Wildly Important tadi. Menariknya, dalam buku ini dijelaskan bahwa lead measures dapat membuat kita akan cenderung dipaksa agar kontraintuitif, atau berlawanan dengan intuisi atau logika yang diyakini. Hal itu nanti kita bahas di edisi berikut. Ciee.

Paling penting, sekarang ini, jika ditanya lagi oleh teman tadi tentang bagaimana bisa fokus dalam menulis, sudah ada sedikit jawaban yang lebih ngepas daripada menganjurkan untuk harus banyak berserah pada yang diatas kan?

Catatan sedang dari saya : Jika banyak kekurangan semoga dimaklumi, saya hanya menunaikan amanah mamak untuk memberi dari kekurangan, dan daya upaya mencerna buku dengan lebih baik. Aihhh...ngeless...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun