Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menuliskan Kebingungan dalam Pertikaian Denny Siregar Vs Demokrat

6 Mei 2020   10:25 Diperbarui: 6 Mei 2020   10:54 2774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pegiat Medsos, Denny Siregar I Gambar : Tangkapan Layar TvOne via Tribunews

Nah, pagi ini temanya adalah  "bingung". Semoga tulisan ini menarik. Jika tidak juga tak apa-apa. 

Begini, dulu waktu saya baru mau  belajar menulis, saya mengadu kepada seorang teman yang saya anggap expert dalam bidang kepenulisan tentang kebingungan untuk menemukan ide sebelum menulis.

"Saya bingung om...." kata saya, lesu.

"Nah itu dia..bagus itu...tuliskan saja kebingunganmu itu..." kata expert tadi, santai.

Hahh? Bagus? Menuliskan kebingungan??Apa pula ini?

Pelan tapi tak pasti, saya mulai paham.

Jadi sebenarnya expert itu tak selamanya maha tahu---iyalah yang Mahatahu hanyalah Tuhan, tapi karena sudah kadung dianggap expert, daripada malu-maluin minimal dia mencari cara agar saya tidak menyerah untuk mulai menulis.

Maksudnya, daripada si expert mencari sebuah ide baru di dalam kebingungan saya, dia memilih untuk menyarankan agar kebingungan ide itu dijadikan tulisan yang dapat membuat kebingungan itu serta merta akan hilang dalam kebingungan itu sendiri.  

Pusing karena kalimat mengelipat seperti tadi? Saya juga pusing bos. Sepertinya expert itu kurang minum aqua. Ding---ding---ding---ding-ding-ding.(nada lagu).

Tapi hari ini rumus teman yang katanya ahli tadi itu saya ingin aplikasikan.

Dalam keadaan bingung, saya akan memaksa untuk menulis, menulis tentang kasus yang lagi serius yaitu pertikaian antara Denny Siregar (DS) vs Partai Demokrat (PD).

Sudah tahu kan kasusnya? Kalau belum tahu, kurang gaul, nanti tambah bingung lho.

Jadi begini, pegiat sosial bernama Denny Siregar itu diumpat oleh beberapa pengurus Partai Demokrat.  Pasalnya PD  merasa Denny telah 'menyerang' Almira Tunggadewi Yudhoyono, putri ketua umum mereka, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Ini dimulai dari cuitan DS yang merespons postingan AHY saat mengunggah kegiatan tugas sekolah Almira, yaitu membuat pidato dengan bahasa Inggris. Tugas itu katanya adalah pidato yang harus disampaikan langsung ke Presiden Joko Widodo (Jokowi), dengan  judul 'Lockdown Speech'.

DS sepertinya merasakan getaran asing saat menyimak judul dan  puisi tersebut dan segera menuliskan sebuah tweet yang memang hot. "Bapak udah. Anak udah juga. Sekarang cucu juga dikerahkan.. Kalo ada cicit, cicit juga bisa ikutan minta lockdown..,"

Baca Tulisan Lucu :  Bumbu Penyedap Arteria Dahlan Vs Najwa Shihab

Apa maksudnya? Tak perlu lama. Satu " negara" PD datang "menyerbu", bukan negara api ya.  DS dianggap telah melakukan Cyberbulling kepada anak-anak, anak bos partai pula.

Seperti yang dicuit oleh Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Demokrat Ossy Dermawan .

"Apa yg dilakukan @Dennysiregar7 thd Almira tdk bisa dianggap remeh. Cyberbullying thd anak sgt serius dampaknya bg pertumb anak ke depan. Apalg sang ibu pun turut dibully. Utk itu, saya himbau kpd @KPAI_official scr serius melihat insiden ini. Cukup Almira jd 'korban' terakhir,"

Bahkan Wasekjen Demokrat, Irwan yang mempertanyakan kehormatan DS lho, dengan menilai  cuitan DS yang menyinggung Almira tak patut untuk ditiru.

"Apakah dalam dirimu sudah tidak tersisa lagi kehormatan sedikitpun? Bukankah Anak yang baik dan sopan adalah hasil dari perilaku hormat ayah dan ibunya. Sebagai orang tua kita punya tanggung jawab itu. Tentu tweet ini bukan teladan yang baik untuk diwariskan,"  

Keren kali isi kalimat di atas ini. Quote of the day.

Waduh, tindakan hukum bahkan  sudah disiapkan. Melalui Kepala Badan Hukum dan Pengamanan Partai Demokrat Ardy Mbalembout, dikatakan bahwa JIKALAU Denny tidak menghapus tweet-nya dalam waktu 3 x 24 jam maka Demokrat akan mensomasi hingga mempolisikan Denny.

"3 x 24 jam (waktu yang diberikan Demokrat untuk Denny Siregar menghapus cuitannya terkait Almira-red). Nah itu (somasi-red) salah satu langkah kalau dia tidak ada itikad baik," tegas Ardy di Bareskrim Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan seperti dikutip dari Detik.com.

Lalu apa sih tanggapan dari DS? Kayaknya santai aja tuh, meski itu "kayaknya",  karena dalam hati mungkin rada-rada grogi juga.

DS lalu mencoba membantah dengan mengatakan bahwa tidak ada sedikitpun tujuan dari dirinya untuk  'menyerang' Almira, cuitannya hanyalah sebuah sindiran ke Demokrat.

"Lagian nggak ada tuh saya cyberbullying. Saya lagi nyindir Demokrat, bukan bullying anaknya Annisa. Apalagi dibilang bully anak kecil,"

"Kalau dibaca keseluruhan dengan tidak baperan, itu kan sindiran untuk Demokrat yang dari awal caper dengan lockdown. Demokrat lagi caper, partainya nyungsep," tambah DS.

Kabar paling up to date, DS belum mau menghapus cuitannya tersebut dan mempersilahkan Demokrat menuntut. "Nggak lah. Mau nuntut hukum silahkan. Biarkan cuitan itu apa adanya," .

Namun, DS tidak menolak jika nantinya pengurus Partai Demokrat mengajak untuk komunikasi. "Ya komunikasi aja. Namanya komunikasi kan harus baik lah," kata DS.

Okay, begitulah ceritanya. Ayok berdiskusi secara imajiner supaya menemukan kebingungannya itu. Ayok siapa takut.

Sekarang mari kita berpikir melalui berbagai pertanyaan yang tak beraturan. Pertanyaan kepalanya adalah, kepada siapa kita harus berpihak?  DS atau PD.

Baca Juga Tulisan Tidak Menarik : Rasa Benci pada Model Rambut Kim Jong Un 

Mungkin ada yang menjawab "Demokrat dong".  Cyberbulling itu tindakan yang tidak baik, kasihan anak-anak yang tak berdosa.

Lalu benar, apa contoh yang bisa diberikan oleh pegiat sosial semacam DS ini? Bukankah melindungi anak-anak dari sebuah tindakan pembulian adalah sebuah keharusan untuk terus diperjuangan oleh kita! Horray! Hidup KPAI. Ehh.

TETAPI sabar dulu. Kan konteksnya DS sedang menyindir PD dan menduga bahwa pidato soal lockdown itu memang bermuatan politis.

Apa itu berarti ada  settingan? Ya, mungkin saja kan. Apakah anak kelas 6 Sekolah Dasar dapat berpidato secara serius tentang tema yang berat itu?

Lalu siapa yang memastikan bahwa isi dari pidato tersebut tidak dibuat oleh orang tuanya atau bahkan pengurus partai?

Apalagi selama ini Demokrat dikenal termasuk yang mengkritik dan memaksa agar pemerintah melakukan kebijakan lockdown daripada PSBB kan?

TAPI tetap tidak bisa bos. Konteks-konteks, tapi tanpa pemahaman teks akan bermasalah. Kon- jika dipisahkan dari -teks, akan berbahaya sekali.

Apalagi begini. Menurut hemat orang, menyindir itu ada batasnya, lalu rasa-rasa juga lah akan berkembang liar kemana, jika mengarah ke anak kecil lah bisa sedikit  ditahan-tahan?

Kan DS tidak bermaksud begitu? Tidak bermaksud tapi kena serempet juga kan? Jangan anggap serempet itu masalah biasa bos. Itu bisa jadi masalah besar bos. Antar kampung bisa tawuran karena serempet.

Bukankah kena masalah baru orang tahu apa kesalahan yang diperbuatnya? Benar juga ya.

(Ceramah) Itulah persoalan influencer, youtuber dan semacamnya jaman ini. Kadang-kadang tidak pikir panjang. Lihat saja contoh dari  Youtuber yang membuat prank dengan memberikan bantuan sembako  dengan makanan busuk. Sekarang dikejar-kejar, kasihan kan keluarganya sampai nangis-nangis. Lho kok jadi ngomongin ini?

Jadi maksudanya DS tidak berpikir panjang? Panjang pendek mah bukan urusan, tapi ya kalau sudah kena getah, harus dibersihkan bos. Apa yang perlu dibersihkan? Getahnya. Aduhh.

Udah..udah.. berhenti ngomongin youtuber sama kena getahnya.  Kayaknya sudah bingung dan pusing di level dewa, jadi ayo segera hentikan diskusi ini.

Eh..sabar dulu. Masih ada dua pertanyaan pamungkas di akhir tulisan ini bos.

Pertama, apakah pidato itu adalah setingan atau sebuah sindiran politik? Mungkin. Kedua, apakah DS telah melakukan cyberbully pada anak-anak? Mungkin.

Jadi apa hubungan sindiran politik dan cyberbully? Ah, bingung.

Masih bingung, tapi sudah selesai tulisannya kan? Yup. Benar juga petuah teman yang mengaku ahli itu. 

Referensi 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun