Jika dicermati surat permohonan maaf ini maka ada 2 (dua) poin yang ini dijelaskan oleh Andi dalam surat permohonan maaf ini.
Pertama, Andi mengatakan bahwa maksud dari surat itu adalah pemberitahuan dukungan kepada program Desa Lawan Covid-19 yang diinisiasi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi dari perusahaannya. Hal ini dilakukannya murni karena alasan kemanusiaan.
Kedua, Andi menegaskan bahwa keterlibatan perusahaannya direncanakan tidak akan menggunakan anggaran APBD atau APBD namun murni dari Amartha dan donasi masyarakat yang akan dipertanggungjawabkan secara transparan dan akuntabel.
"Dukungan yang diberikan, dilakukan tanpa menggunakan anggaran negara, baik APBN maupun APBD," kata Andi.
Di akhir surat, Andi mengatakan bahwa polemik yang terjadi akan menjadi pelajaran baginya sebagai anak muda yang ingin berkontribusi bagi negara namun tetap mengikuti aturan dalam sistem birokrasi. Ia bernjani akan akan terus membantu pemerintah menangani penyebaran covid-19.
"Sekali lagi terima kasih dan mohon maaf atas kegaduhan dan ketidaknyamanan yang timbul. Apapun yang terjadi saya tetap membantu desa dalam kapasitas dan keterbatasan saya," tutur Andi.
*****
Ada beberapa catatan yang diberikan setelah permintaan maaf dari Andi ini.Â
Pertama, sistim birokrasi kita memang seringkali membuat hal-hal yang harus segera dapat dilakukan menjadi lebih lambat, inilah mungkin poin yang dimaksudkan Andi.
Kita berharap saat banyak diperlukannya aksi kemanusiaan dalam situasi seperti ini, sistim birokrasi bukannya memperlambat atau mempersulit tetapi dapat lebih dipermudah agar bantuan kemanusiaan apapun bentuknya dapat segera terselurkan.
Akan tetapi yang harus ditekankan adalah memang terlalu memalukan apabila surat dari Sekab ini tidak melihat dan dapat menyaring hal-hal semacam ini sebelumnya. Â Semoga ini adalah kesalahan secara individu dan Andi memang perlu segera untuk belajar dan jangan berani melakukan kesalahan yang sama.