Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Akhirnya, Inilah 4 Poin Klarifikasi Said Didu Soal Videonya tentang Luhut Pandjaitan

7 April 2020   18:59 Diperbarui: 7 April 2020   19:13 2751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisruh antara Said Didu dan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan memasuki babak baru. Hari ini Said Didu mengirimkan surat kepada Luhut. Surat ini sebagai respon tuntutan dari pihak Luhut yang ingin agar Said Didu segera meminta maaf.

Isu surat tersebut berisi klarifikasi Said Didu terkait video yang diunggah di akun YouTube pribadinya berjudul 'MSD: Luhut Hanya Pikirkan Uang, Uang dan Uang'.

"Hari ini tanggal 7 april 2020 saya sudah mengirim surat ke pak Luhut Binsar Panjaitan dan tadi diterima di kantor Kemenko Kemaritiman dan Investasi sekitar jam 11 siang," kata Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu saat melakukan konferensi pers online pada Selasa (7/4/2020).

Baca Juga : Inilah Alasan Luhut Pandjaitan Ingin "Falungku" dan Tuntut Said Didu Minta Maaf 2x24 Jam

Ada 4 (empat) poin klarifikasi yang disampaikan Said Didu dalam surat terebut,

Pertama, Said Didu mengatakan bahwa Video yang berjudul 'Luhut:Hanya Pikirkan Uang, Uang dan Uang' adalah ulasan analisis tindak kebijakan pemerintah dalam menangani pandemi corona COVID-19.

Kedua, pernyataan saya bahwa pak Luhut hanya memikirkan uang, uang dan uang merupakan rangkaian tidak terpisahkan dari analisis tersebut, yang maknanya adalah:

a. Bahwa kebijakan pemerintah saat ini lebih mengutamakan kebijakan penyelamatan ekonomi dibandingkan dengan kebijakan mengatasi dampak pandemi corona.

b. Bahwa Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Bpk/ Lhut B. Pandjaitan) lebih mengutamakan kbbijakan penyelamatan investasi yang mungkin merupakan pelaksanaan tugas Bapak.

Ketiga, pernyataan saya terkait dengan Sapta Marga yang secara jelas saya katakan bahwa "semoga terbersit kembali sapta marga" merupakan harapan kepada bapak sebagai purnawirawan TNI bahwa dengan jiwa sapta marga pasti akan memikirkan rakyat, bangsa dan negara.

Keempat, sebagai tambahan infomrasi bagi Bapak bahwa keterangan tersebut jauh dari kepentingan pribadi dan semata-mata karena panggilan nurani untuk memenuhi kewajiban anak bangsa dalam mengembangkan sistem kehidupan bangsa dan Negara yang demokratis, peduli dan kritis kepada setiap aparatur Negara agar dalam mengambil kebijakan dan langkah-langkah kebijakan dan program selalu fokus untuk kepentingan rakyat banyak demi Indonesia yang maju adil, dan makmur ke depan.

Baca Juga : Wanti-wanti Pihak Luhut kepada Said Didu dan Faisal Basri, Manusia Ada Batas Kesabarannya

Di akhir surat, Said Didu mengatakan bahwa pihaknya berharap agar makna pernyataan saya dalam video tersebut menjadi jelas.

Jika kita perhatikan, Said Didu tidak segarang di videonya lagi. 

Said berharap adalah bukan judul video yang dipermasalahkan, bukan juga tentang tuduhannya bahwa Luhut ngotot agar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tidak 'mengganggu' dana untuk pembangunan IKN baru, dan hal tersebut dapat menambah beban utang negara.

Akan tetapi Said Didu berharap agar makna di dalam videonya yang perlu dimengerti. Ibarat orang memberikan kado, ini seperti meminta orang untuk memahami makna dari kado tersebut dibandingkan melihat harga barang atau bentuknya.

Sekarang tinggal menunggu respon dari pihak Luhut. Dari tuntutannya, nampaknya ini masih jauh karena tidak ada permintaan maaf dari Said Didu. Apakah Luhut akan terus menuntut hingga memidanakan Said Didu? Kita tunggu saja.

Publik tentu berharap agar perseteruan keduanya segera usai dengna cara yang baik. Semoga juga ada pelajaran atau hikmah yang diambil dari perseteruan ini bagi kedua belah pihak.

Salam

Referensi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun