Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Polemik Diksi "Bantu" dan Anies Baswedan yang Tampak "Beda"

27 Januari 2020   08:30 Diperbarui: 27 Januari 2020   08:33 1905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Tribunnews

Istana dan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan kembali saling menyindir. Kali ini banjir yang terjadi di underpass Kemayoran Jakarta yang menjadi topik panasnya.

Saling sindir ini dimulai ketika saat ketinggian air sudah mencapai mencapai 3,5 meter karena hujan yang mengguyur Jakarta sejak Jumat (24/1/2020) pagi hingga siang hari.

Pemprov DKI Jakarta lalu mengeluarkan pernyataan bahwa kawasan tersebut bukan tanggung jawab mereka dan mengatakan bahwa hal itu merupakan kewenangan pemerintah pusat.

"Itu di bawah wewenang Sekretariat Negara, pemerintah pusat. Kawasan Kemayoran kan di bawah otoritas Setneg," ujar Sekretaris Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Dudi Gardesi kepada wartawan, Sabtu (25/1/2020).

Istana lantas berespons. Melalui Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Utomo, pihak Istana mengajak Pemprov DKI duduk bareng mengatasi permasalahan ini dan berharap jangan ada lagi polemik di media.

"Saya minta jajaran pejabat pemda DKI, khususnya dalam menangani banjir agar tidak berpolemik, tapi harus bersinergi. Mari kita bersama-sama mengatasi banjir ini, kita utamakan kelancaran pelayanan publik dan kepentingan masyarakat," ucap Heru dalam keterangan tertulis, Minggu (26/1).

Anies yang berusaha menengahi ternyata membuat polemik ini menjadi sedikit memanas, di sinilah diksi "bantu" atau "membantu"  itu dipersoalkan.

"Jadi begini, kawasan itu memang berada di dalam kewenangan Sekretariat Negara, tapi Pemprov DKI ikut membantu untuk pastikan bahwa itu bisa tuntas segera," kata Anies kepada wartawan di Hotel Grand Sahid, Jakarta Pusat, Minggu (26/1).

Heru lantas menyambar dan mengatakan bahwa Pemprov DKI tidak bisa hanya membantu, namun juga harus ikut bertanggung jawab.

"Jangan hanya karena ada area yang kewenangannya ada di Sekretariat Negara, jadi Pemprov DKI hanya membantu. Memang sepatutnya menjadi tanggung jawab Pemprov DKI bukan hanya sekedar membantu," ujar Heru tegas.

Saat meninjau kembali underpass Minggu (26/1/2020), Anies lalu tampak lebih tenang dan berharap agar polemik diksi "bantu" itu tidak diperpanjang.

Anies menegaskan Pemprov DKI bakal melakukan penyedotan jika banjir melanda wilayah Jakarta. Lalu Anies meminta diksi 'bantu' untuk tidak dipermasalahkan.

"Tapi yang pasti, bahwa jangankan kawasan umum seperti ini, ada perkampungan, rumah-rumah yang tergenang aja kita sedot kok. Kita bantu untuk menyedot, seperti juga sekarang. Kita bantu juga menyedot. Tapi nggak usah kata bantu itu jadi diperpanjang," ujar Anies.

***

Akhir-akhir ini, Istana dan Anies memang kerap bersenggolan soal banjir. Contohnya,  soal naturalisasi dan normalisasi yang membuat Anies dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono saling silang pendapat di depan publik. 

Kuncinya adalah saling sinergi. Hanya harapan tersebut memang sulit tercapai karena kedua pihak tampak tak mau saling kalah. Anies bahkan berani menantang debat beberapa pihak yang tidak sepaham dengannya. 

Anies lebih senang memanaskan daripada mendinginkan. Tak mau gampang kalah, ingin menang meski kerap hanya bermodalkan penataan kata yang istimewa.

Akan tetapi ada yang berbeda dalam polemik diksi "bantu" ini, Anies nampak lebih tenang dan pro aktif dan mendinginkan situasi. Anies seperti lebih cepat sadar akan kesalahan diksinya, dan kembali meluruskan situasi. 

Kondisi yang terlihat bertolak belakang dengan geliat Anies selama ini.

Ada apa dengan Anies? Mengapa Anies nampak terlihat berbeda?

Jika kita jeli melihat cara Anies yang beda ini, maka hal ini sudah terlihat juga dari tanggapan Anies soal Revitalisasi Monas, bahkan dalam kasus ini, Anies terlihat lebih menghindar.

Mengapa Anies demikian? Paling tidak ada dua alasan yang dapat dikemukakan.

Pertama, Anies mungkin sedang lelah dan pusing. Siapa yang kuat menahan hook dan jab yang keras dan berulang akibat persoalan banjir dan revitalisasi monas. Anies juga manusia yang bisa lelah. 

Kekuatan menata kata terus yang digunakan secara menerus juga demikian, ada batasnya. Bermodal ini saja, argumen-argumen Anies lambat laun lebih mudah dipatahkan.

Lihat saja, kata "bantu" berhasil disorot Istana, padahal mungkin Anies tidak menyadarinya. Ibarat petinju, jika pertahanan lawan sudah terlalu kuat, maka kita hanya akan kehabisan tenaga untuk memukul.

Terakhir soal revitalisasi Monas. Beberapa pihak menyorot kata revitalisasi. Kok revitalisasi mencabut atau menebang pohon, Anies akhirnya memilih untuk mundur atau diam.

Kedua, Anies mungkin sedang mengubah strategi komunikasi politiknya. Anies yang dulunya berani berdebat, sering mengeluarkan pernyatan kontroversial, menantang istana, kali ini mau mengubah strateginya dengan lebih nrimo.

Anies nampak ingin menjadi anak baik nan manja. Jika dipandang dari segi politik, tentu ada tujuannya. Entahlah untuk 2024, atau untuk konstestasi pemilihan Wagub DKI nanti. 

Untuk dua hal penting ini, Anies pasti membutuhkan dukungan istana. Mana mau mendukung Anies, jika selama ini Anies dicap sebagai pembangkang dan sok tahu karena gaya komunikasinya selama ini.

Dua asumsi ini membutuhkan bukti, dan pembuktian membutuhkan waktu. Tunggu saja, sampai kapan dan di mana, sikap Anies yang tampak berbeda ini bertahan lama. 

Referensi : 1 - 2 - 3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun