Pertama, Anies mungkin sedang lelah dan pusing. Siapa yang kuat menahan hook dan jab yang keras dan berulang akibat persoalan banjir dan revitalisasi monas. Anies juga manusia yang bisa lelah.Â
Kekuatan menata kata terus yang digunakan secara menerus juga demikian, ada batasnya. Bermodal ini saja, argumen-argumen Anies lambat laun lebih mudah dipatahkan.
Lihat saja, kata "bantu" berhasil disorot Istana, padahal mungkin Anies tidak menyadarinya. Ibarat petinju, jika pertahanan lawan sudah terlalu kuat, maka kita hanya akan kehabisan tenaga untuk memukul.
Terakhir soal revitalisasi Monas. Beberapa pihak menyorot kata revitalisasi. Kok revitalisasi mencabut atau menebang pohon, Anies akhirnya memilih untuk mundur atau diam.
Kedua, Anies mungkin sedang mengubah strategi komunikasi politiknya. Anies yang dulunya berani berdebat, sering mengeluarkan pernyatan kontroversial, menantang istana, kali ini mau mengubah strateginya dengan lebih nrimo.
Anies nampak ingin menjadi anak baik nan manja. Jika dipandang dari segi politik, tentu ada tujuannya. Entahlah untuk 2024, atau untuk konstestasi pemilihan Wagub DKI nanti.Â
Untuk dua hal penting ini, Anies pasti membutuhkan dukungan istana. Mana mau mendukung Anies, jika selama ini Anies dicap sebagai pembangkang dan sok tahu karena gaya komunikasinya selama ini.
Dua asumsi ini membutuhkan bukti, dan pembuktian membutuhkan waktu. Tunggu saja, sampai kapan dan di mana, sikap Anies yang tampak berbeda ini bertahan lama.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H