Berikutnya, tayangan Discovery Channel itu seperti oase di padang gurun pak. Tahu kan oase pak, tidak selalu ada.
Mungkin Dewas itu orang-orang kaya nan elit , yang sedari kecil mendapat tayangan kabel, diisi siaran luar negeri dan kurang paham soal metafora "oase di padang gurun" ini.
Dulu tuh pak, Â kita menunggu tayangan yang menghibur itu seharian di TVRI, ada "Oshin", "Little Prairie" dan lain-;ain, ada nilai yang dikandung dan dapat dinikmati.Â
Maksud saya, tak ada salahnya, sesekali hiburlah pemirsa dengan tayangan bermutu, sesekali. TVRI jangan membuat hidup yang susah menjadi lebih sulit lagi.Â
Jika ingin mempersulit, persulit saja hidup sendiri jangan hidup orang lain.
Ketiga, menganggap kontrak berbiaya mahal yang dibuat TVRI akan bernasib seperti Jiwasraya.
(Menarik napas dalam) Jikalau ingin mendramatisasi, janganlah berlebihan nanti akan terdengar melayang di udara, tidak turun-turun, kehabisan napas jadinya.
"Saya akan sampaikan kenapa Liga Inggris itu menjadi salah satu pemicu gagal bayar ataupun munculnya utang skala kecil seperti Jiwasraya," ujar anggota Dewan Pengawas TVRI Pamungkas Trishadiatmoko dalam rapat di Kompleks Parlemen, Selasa (21/1/2020).
Helmy Yahya berespons. "Pernyataan Dewas Moko (anggota Dewas TVRI Pamungkas Trishadiatmoko) bahwa menyamakan Liga Inggris dengan Jiwasraya itu ngawur!" kata Helmy kepada wartawan, Selasa (22/1/2020).
Helmy menilai perbandingan itu serampangan. Bagaimana bisa kasus asuransi Jiwasraya yang ditakar Kejaksaan Agung berpotensi merugikan negara Rp 13 triliun dibandingkan  Liga Inggris yang dibeli TVRI dengan nilai yang jauh lebih kecil?
Sebagai informasi, pembelian hak siar sebesar Rp33,8 miliar, pembelian hak siar itu terdiri atas hak siar Liga Inggris Rp27 miliar dan BWF Rp5,8 miliar.