JELANG LAGA melawan Vietnam di partai final cabang sepak bola SEA Games, timnas U-22 Indonesia besutan Indra Sjafrie tentu sedang mempersiapkan dengan matang baik stamina maupun strategi yang tepat.
Kedua tim sudah bertemu saat bermain di penyisihan grup. Hasilnya timnas U-22 Indonesia dipecundangi dengan skor 1-2.
Pada pertandingan tersebut, Indonesia yang sempat unggul melalui sontekan Sani Rizki Fauzi di menit ke-23, dibalas lewat dua gol Nguyen Thanh Chung (64') dan Nguyen Hoang Duc di menit ke-90+1.
Kekalahan di fase grup tersebut sebaiknya menjadi evaluasi dari tim kepelatihan Indra Sjafrie untuk menyiapkan strategi yang lebih baik menghadapi kematangan Vietnam yang dilatih pelatih bertangan dingin asal Korea, Park Hang-seo.
Apa yang dapat diperhatikan soal strategi? Jika kita jeli mengamati, coach Indra Sjafrie sebenarnya tak banyak mengubah tim dari soal formasi. Formasi 4-3-3 sepertinya sudah menjadi pattern dari permainan menyerang ala Indra.
Perubahan yang sering dibuat Indra berkisar soal komposisi pemain, atau pemain yang dipilih terkhususnya di sektor lini tengah Garuda Muda. Di lini belakang dan depan, coach Indra sepertinya sudah memiliki pilihan tetap.
Di belakang, kuartet Asnawi Mangkualam, Andy Setyo Nugroho, Bagas Adi Nugroho, dan Firza Andhika sudah menjadi pilihan tetap dari coach Indra. Hanya jika Firza kecapekan atau mengalami cedera, maka tempatnya akan digantikan oleh Alexander Djin.
Di lini depan, coach Indra hampir dalam setiap laga mengandalkan trisula Osvaldo Haay, Egy Vikri, dan Saadil Ramdani. Kala melawan Myanmar, ketiga pemain ini tampil amat padu, kita patut berharap penampilan ketiga pemain ini mencapai puncaknya di laga final.
Komposisi Lini Tengah yang Tepat Untuk Timnas U-22
Lain belakang dan depan, lini tengah sudah beberapa kali mengalami perubahan. Paling tidak ada dua skema yang pernah dicoba oleh coach Indra dengan alasan rotasi pemain untuk menjaga kebugaran pemain dan juga untuk mengatasi gaya bermain lawan yang dihadapi.
Untuk alasan kedua, bisa dilihat contohnya ketika Garuda Muda menghadapi Vietnam di fase grup. Saat itu coach Indra memutuskan untuk tidak menurunkan Evan Dimas. Trio lini tengah saat itu diisi oleh Sani Rizki Fauzi, Zulfiandi, dan Rachmat Irianto.
Di komposisi ini, aliran bola berjalan sedikit lebih lambat tanpa Evan Dimas, bola jarang dimainkan dari kaki ke kaki tapi lebih direct, langsung menghujam lini belakang Vietnam sambil menunggu Vietnam melakukan kesalahan. Berhasil di awal, tetapi sesudah itu timnas terlihat menderita ditekan Vietnam.
Lini tengah dengan komposisi tanpa Evan membuat tim lebih bermain bertahan. Kesulitan untuk mempraktikan pola ini, Vietnam akhirnya berhasil mencoploskan dua gol di gawang Nadeo Argawinata.
Melawan Myanmar di semifinal, coach Indra seperti mengetahui kesalahan tersebut, berani untuk memainkan Evan Dimas, dalam komposisi Zulfiandi, Evan Dimas Darmono, dan Muhammad Rafli.
Bola kembali dikuasai, Garuda Muda dominan di tengah dengan Evan Dimas sebagai playmaker. Hanya harus diakui, masih ada sisi lubang yang terbuka, karena dengan lini tengah seperti ini, timnas amatlah agresif.
Ketika Evan Dimas membuka ruang, Zulfiandi atau M. Rafli kesulitan memutus aliran bola saat Myanmar melakukan serangan balik. Beruntung, Myanmar tidaklah terlalu mematikan di depan gawang. Jika Vietnam, bisa saja hasilnya akan berbeda.
Berkaca dari dua pemilihan komposisi lini tengah ini, coach Indra sebaiknya harus hati-hati dalam memilih komposisi Garuda Muda di lini tengah.
Jika harus memberi saran, sebaiknya timnas tidak terlalu defensif seperti skema pertama dan juga tidak terlampau ofensif di skema kedua. Perlu pilihan skema yang mampu memaksimalkan peran Evan Dimas.
Mengapa penting karena Evan Dimas sedang on fire, dan diharapkan juga tampil hebat di final nantinya.
Oleh karena itu, komposisi yang tidak boleh berubah adalah duo Zulfiandi dan Evan Dimas, pertanyaan sekarang adalah siapa yang akan menemani kedua pemain ini demi memaksimalkan peran Evan?
Dari skema ofensif, Sani Rizki atau M. Rafli dapat dicoba untuk dimainkan. Sedangkan untuk skema yang sedikit lebih defensif, timnas dapat memainkan Rachmad Irianto atau Syahrian Abimanyu.
Dari gaya bermain Vietnam yang akan ofensif, maka timnas sebaiknya memilih skema yang tidak terlalu ofensif, yaitu memainkan Rachmad Irianto, Zulfiandi dan Evan Dimas.
Di skema ini, 4-3-3, akan cenderung menjadi 4-2-1-3 dengan Evan Dimas berada di depan dari Irianto dan Zulfiandi.
Harapannya adalah Zulfiandi dapat menjadi gelandang bertahan, sedangkan Rachmad Irianto menjadi pemain perusak yang dapat memotong alur serangan lawan.
Prediksi saya, seperti babak semifinal, peran Evan Dimas akan amat krusial. Oleh karena itu, memilih komposisi yang tepat sehingga bisa memaksimalkan peran Evan akan menjadi kunci kemenangan atas Vietnam.
Jika ini berlangsung baik, Evan Dimas dapat lebih fokus untuk mengatur serangan, sekaligus dapat muncul dari lini kedua berada di belakang Osvaldo Haay untuk membobol gawang lawang.
Melawan Myanmar skema ini berjalan baik, meski tidak terlalu sempurna karena stamina Evan nampak terkuras, karena harus turun terlalu jauh membantu pertahanan tetapi juga harus ikut menyerang.
Format ini bisa mujarab karena Huynh Tan Sinh dan Ho Tan Tai di lini belakang akan konsentrasi menjaga gerakan Osvaldo di depan, sehingga ruang untuk Evan Dimas melakukan penetrasi diharapkan terbuka lebar untuk membobol gawang Vietnam.
Sampai disini, kita tunggu saja bagaimana coach Indra mampu meramu komposisi yang tepat sekaligus memaksimalkan peran Evan, dan yang terlebih penting medali emas sepakbola dapat dibawa pulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H