Lini tengah dengan komposisi tanpa Evan membuat tim lebih bermain bertahan. Kesulitan untuk mempraktikan pola ini, Vietnam akhirnya berhasil mencoploskan dua gol di gawang Nadeo Argawinata.
Melawan Myanmar di semifinal, coach Indra seperti mengetahui kesalahan tersebut, berani untuk memainkan Evan Dimas, dalam komposisi Zulfiandi, Evan Dimas Darmono, dan Muhammad Rafli.
Bola kembali dikuasai, Garuda Muda dominan di tengah dengan Evan Dimas sebagai playmaker. Hanya harus diakui, masih ada sisi lubang yang terbuka, karena dengan lini tengah seperti ini, timnas amatlah agresif.
Ketika Evan Dimas membuka ruang, Zulfiandi atau M. Rafli kesulitan memutus aliran bola saat Myanmar melakukan serangan balik. Beruntung, Myanmar tidaklah terlalu mematikan di depan gawang. Jika Vietnam, bisa saja hasilnya akan berbeda.
Berkaca dari dua pemilihan komposisi lini tengah ini, coach Indra sebaiknya harus hati-hati dalam memilih komposisi Garuda Muda di lini tengah.
Jika harus memberi saran, sebaiknya timnas tidak terlalu defensif seperti skema pertama dan juga tidak terlampau ofensif di skema kedua. Perlu pilihan skema yang mampu memaksimalkan peran Evan Dimas.
Mengapa penting karena Evan Dimas sedang on fire, dan diharapkan juga tampil hebat di final nantinya.
Oleh karena itu, komposisi yang tidak boleh berubah adalah duo Zulfiandi dan Evan Dimas, pertanyaan sekarang adalah siapa yang akan menemani kedua pemain ini demi memaksimalkan peran Evan?
Dari skema ofensif, Sani Rizki atau M. Rafli dapat dicoba untuk dimainkan. Sedangkan untuk skema yang sedikit lebih defensif, timnas dapat memainkan Rachmad Irianto atau Syahrian Abimanyu.
Dari gaya bermain Vietnam yang akan ofensif, maka timnas sebaiknya memilih skema yang tidak terlalu ofensif, yaitu memainkan Rachmad Irianto, Zulfiandi dan Evan Dimas.
Di skema ini, 4-3-3, akan cenderung menjadi 4-2-1-3 dengan Evan Dimas berada di depan dari Irianto dan Zulfiandi.