Bagaimana jika seorang istri marah pada suami, bicara terus tak usah berhitung. Ini memang kocak.Â
Pria atau suami itu paling pintar buat alasan. Sebelum dia menaklukan hati dengan kata-kata alasan, marahin sampai hanis, curahkan keluh kesah. Inilah the power of emak-emak.
Terkadang, terkadang ya, istri yang tidak punya power "cerewet" ini terlihat lemah. Tetapi tidak selamanya demikian. Cerewet berlebihan nanti membuat suami kabur lho, lalu ada juga istri yang tak perlu cerewet, diam saja, hanya dengan beberapa sinyal, suami juga paham. Sip.
Saya pikir, dari beberapa kalimat yang menarik ini, saya pikir memastikan momen dan waktu untuk marah dan melihat pola kemarahan dari rekan atau istri dan suami juga amat penting.
Misalnya, seorang istri biasanya akan marah ketika pulang kerja dan melihat rumah dalam keadaan berantakan. Nah, suami jika pulang kerja terlebih dahulu, pastikan jangan menciptakan benih-benih kemarahan seperti itu.
Baca juga: Mengurangi Ledakan Emosi Orang Tua Pemarah
Salah satu trik yang diceritakan seorang teman, yang baru menikah 7 tahun seperti ini. Jika istri pulang, sapa dirinya, berikan senyum, berikan pelukan jika bisa, biasanya ampuh, meski rumah masih berantakan istri tak akan langsung marah-marah.
Lalu istri juga demikian, jangan marah saat merasa suami sedang capek. Marahlah saat pagi hari, jangan malam hari. Pagi hari itu, suami katanya lebih taat. Rumusnya agak rumit untuk dijelaskan, tetapi suami istri pasti tahu lah.
Sesama rekan kantor juga  memiliki pola, tinggal pintar membaca. Ada yang langsung marah jika omongannya tidak didengar, ada yang marah jika ketika dia bicara dipotong lawan bicara, macam-macam.
Oleh karena itu, tingkatkan kemampuan untuk memahami rekan, istri, dan suami kita. Jika berhasil, maka relasi niscaya akan semakin baik.
Oh iya, terakhir. Saya kira "menghitung" itu kata lain dari berpikir terlebih dahulu. Kita seringkali terjebak untuk langsung marah, biasakan berpikir, dengan pertanyaan sederhana. Mengapa dan bagaimana, sehingga kata-kata yang keluar juga bukan kata yang merusak tetapi konstruktif.