Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

22 Mei, Janda Itu Masih Menjual Buah Alpukat

20 Mei 2019   22:16 Diperbarui: 21 Mei 2019   02:35 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi Alpukat So'e I Gambar :Dokpri

Tumbuhan yang konon berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah ini, memang  legit dan kaya akan asam folat, sehingga berguna bagi kesehatan, sehingga banyak yang meminatinya, meski katanya mengandung kolesterol yang tinggi.

Suatu saat, saya berusaha menyapanya sekedar untuk membeli beberapa buah alpukat. Wanita itu tersenyum, entah mengapa dia memberi saya beberapa bonus buah alpukat meski dengan ukuran yang lebih kecil.

Katanya sudah hampir 10 tahun dia berjualan di tempat itu,  mejanya memang sudah reot, tapi tentu tidak berumur 10 tahun. Katanya, dulu, dia hanya meletakan buah itu, di pinggir jalan di atas kertas koran bekas. Sesudah sedikit merasakan untung, baru dia membuat sebuah meja kecil.

22 Mei nanti Indonesia sudah mendapat pengumuman dari KPU siapa yang menjadi pemenang pilpres, Jokowi atau Prabowo. Sebelum itu, kisruh politik terjadi, ancaman dari pihak yang kemungkinan kalah untuk mengumpulkan massa di ibu kota diberitakan secara masif di media. Ada ketakutan, ada ancaman akan keamanan bangsa, meski mungkin hanya menyedot segelintir dari jumlah rakyat Indonesia tercinta ini.

Janda tua ini, tidak pernah tahu dan peduli akan berita-berita tersebut. Janda itu masih harus menjual alpukat untuk membuatnya bertahan hidup. Ketika banyak orang bisa hidup tanpa bekerja dan hanya berurusan dengan demonstrasi, dan politik, janda tua ini masih menjual alpukat.

Apapun yang terjadi di 22 Mei nanti, janda tua ini masih duduk di bawah pohon rindang, menjaga alpukatnya. Saya? Saya juga masih harus bekerja untuk hidup. Tukang tambal ban? Ah, dia terlalu malas, sekali tambal seharga 15 ribu rupiah, hanya dia habiskan untuk membeli rokok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun