Tumbuhan yang konon berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah ini, memang  legit dan kaya akan asam folat, sehingga berguna bagi kesehatan, sehingga banyak yang meminatinya, meski katanya mengandung kolesterol yang tinggi.
Suatu saat, saya berusaha menyapanya sekedar untuk membeli beberapa buah alpukat. Wanita itu tersenyum, entah mengapa dia memberi saya beberapa bonus buah alpukat meski dengan ukuran yang lebih kecil.
Katanya sudah hampir 10 tahun dia berjualan di tempat itu, Â mejanya memang sudah reot, tapi tentu tidak berumur 10 tahun. Katanya, dulu, dia hanya meletakan buah itu, di pinggir jalan di atas kertas koran bekas. Sesudah sedikit merasakan untung, baru dia membuat sebuah meja kecil.
22 Mei nanti Indonesia sudah mendapat pengumuman dari KPU siapa yang menjadi pemenang pilpres, Jokowi atau Prabowo. Sebelum itu, kisruh politik terjadi, ancaman dari pihak yang kemungkinan kalah untuk mengumpulkan massa di ibu kota diberitakan secara masif di media. Ada ketakutan, ada ancaman akan keamanan bangsa, meski mungkin hanya menyedot segelintir dari jumlah rakyat Indonesia tercinta ini.
Janda tua ini, tidak pernah tahu dan peduli akan berita-berita tersebut. Janda itu masih harus menjual alpukat untuk membuatnya bertahan hidup. Ketika banyak orang bisa hidup tanpa bekerja dan hanya berurusan dengan demonstrasi, dan politik, janda tua ini masih menjual alpukat.
Apapun yang terjadi di 22 Mei nanti, janda tua ini masih duduk di bawah pohon rindang, menjaga alpukatnya. Saya? Saya juga masih harus bekerja untuk hidup. Tukang tambal ban? Ah, dia terlalu malas, sekali tambal seharga 15 ribu rupiah, hanya dia habiskan untuk membeli rokok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H